Profesi Kader Jkn-Kis Sangat Dinikmati Lyli Sumarni

  • Bagikan

Lyli Sumarni (47) adalah salah seorang Kader JKN-KIS yang bertugas di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap). Lyli sapaannya, telah menjadi Kader JKN-KIS sejak akhir tahun 2018. Ia mengaku sangat menikmati rutinitasnya sebagai Kader JKN-KIS, sebab dapat membantu dan memudahkan peserta JKN-KIS.

“Menjadi kader JKN-KIS, mafaatnya besar sekali bagi saya, karena saya bisa membantu dan memudahkan peserta. Meskipun sebenarnya setiap pekerjaan ada resikonya masing-masing, tergantung kita menyikapinya. Walau kadang ada duka, bagi saya lebih banyak sukanya, karena saya bisa membantu banyak orang,” ungkap Lyli, Jumat (20/08).

Lyli juga menuturkan bahwa setelah menjadi Kader JKN-KIS, dirinya menjadi lebih paham tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), sehingga dapat memberikan edukasi kepada peserta JKN-KIS yang dikunjunginya, terutama mengenai pembayaran iuran.

Salah satu yang menjadi pengalaman awal Lyli menjadi Kader JKN-KIS adalah ketika mengunjungi peserta untuk melakukan penagihan iuran dan bahkan disebut sebagai penipu oleh peserta. Ini kemudian yang menjadi tantangan Lyli untuk memberikan pemahaman hingga akhirnya peserta tersebut mau melunasi dan rutin untuk membayar iuran.

“Pernah juga pengalaman saya, ketika disangka penipu oleh peserta, mungkin karena saya tidak pandai bercakap menggunakan bahasa daerah, sedangkan keseharian warga di sini, menggunakan bahasa daerah. Namun dengan pendekatan kekeluargaan yang saya gunakan, peserta yang awalnya mengira saya seorang penipu, akhirnya mau melunasi tunggakan iuran dan rutin tiap bulan membayar iuran,” ungkap Lyli.

Lyli juga mengungkapkan bahwa, yang terpenting ketika mengunjungi peserta adalah dengan melalukan pendekatan kekeluargaan dan tidak serta merta langsung menagih iuran. Sehingga yang diharapkan, selain melunasi tunggakan, juga rutin untuk membayar iuran tiap bulan.

“Mengujungi peserta yang memiliki tuggakan, tidak dengan cara penagihan yang biasa, tetapi dengan menggunakan konsep kekeluargaan, sehingga peserta yang kami kunjungi juga senang dan pada akhirnya mau membayar dan bahkan mengajak keluarga dan tetangganya untuk rutin bayar iuran. Selain menagih peserta yang iurannya menunggak, saya juga rutin mengingatkan untuk membayar iuran tiap bulan agar terhindar dari denda pelayanan. Ada salah seorang peserta yang mengidap penyakit tumor otak sehingga rutin berobat ke rumah sakit. Peserta tersebut juga rutin membayar iuran tiap bulan karena telah merasakan banyak manfaat dari kepesertaannya,” cerita Lyli.(*)

  • Bagikan