MAKASSAR,PAREPOS.FAJAR.CO.ID– Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin, HM Jusuf Kalla (JK) menilai proses pemilihan Rektor Unhas berlangsung demokratis. Hal ini disampaikan JK usai mengikuti pemilihan Rektor Unhas di Kampus Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis 27 Januari 2022. “Ini pemilihan yang sangat demokratis,” sebut JK, yang juga salah seorang anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas.
Dengan terpilihnya rektor Unhas yang baru, JK berharap agar bersatu untuk memajukan nama Unhas ditingkat nasional. “Tentu saja yang kita harapkan adalah kemajuan,” ujar JK lagi.
Di sisi lain, kata JK, Unhas saat ini sudah sangat maju. Bahkan sudah mengalahkan beberapa kampus di Pulau Jawa. “Unhas saat ini diposisi nomor 5 terbaik. Itu di Jawa sudah banyak yang dikalahkan,” Sebut mantan Wakil Presiden RI tersebut.
Seperti diketahui, Pemilihan Rektor Unhas Periode 2022 – 2026 yang digelar Kamis siang tadi, akhirnya menetapkan Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc sebagai Rektor Unhas terpilih. Ia meraih 11 suara sekaligus mengalahkan perolehan suara dua kandidat lainnya, yakni Prof. Dr. Budu M Meded yang mendapatkan 9 suara. Sedangkan di posisi ketiga diraih Prof. Dr. Farida Patittingi yang berhasil mengumpulkan 5 suara.
Prof Jamaluddin Jompa
Dikutip dari salah satu laman media online, Prof Jamaluddin Jompa lahir di Kabupaten Takalar pada 8 Maret 1967. Usianya kini telah menginjak 54 tahun. Ayahnya berprofesi sebagai tentara. Masa kecilnya harus berpindah-pindah tempat demi mengikuti tempat bertugas dari sang ayah.
Prof Jamaluddin Jompa menceritakan kehidupan masa kecilnya dihabiskan di asrama tentara. Lebih dekat dengan alam, lantaran lokasi asrama tentara yang berada di tengah hutan. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), dia harus berpindah sekolah sebanyak tiga kali karena harus ikuti sang ayah bertugas,
Inilah yang membuatnya berpindah-pindah dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu tahun 1989 dengan konsentrasi ilmu di budidaya perairan Unhas, ia melanjutkan pendidikan magisternya di bidang coral reef assessment and monitoring di McMaster University Kanada pada tahun 1994.
“Waktu tamat SMA saya pikir harusnya pindah-pindah ketika masuk di perguruan tinggi. Itulah yang melatarbelakangi kenapa setelah selesai di Kanada saya pindah lagi di Australia. Mungkin karena dari yang sudah pindah-pindah,” akunya.
Prof Jeje sapaan akrabnya mengatakan masa kecilnya sangat bahagia. Memiliki banyak teman karena keseringan berpindah-pindah. “Saya bahagia karena memiliki banyak teman, setiap saya pindah tempat dan sekolah dapat teman baru lagi,” katanya,
Cuma tantangannya, harus belajar dengan budaya baru dan bahasa baru. “Saya dulu tidak bisa bahasa Bugis, setelah pindah ke lingkungan bahasa Bugis jadi harus belajar lagi bahasa Bugis. Saya banyak bermain dengan anak-anak beda tipe dan budaya sehingga masa kecil saya sudah beragan dalam bergaul sama anak-anak,” tuturnya.
Didikan Orang Tua
Prof Jamaluddin Jompa tumbuh dengan didikan orang tua penuh teladan. Walau ayahnya seorang tentara, tapi ia tidak pernah dipukul atau mendapat perlakuan keras. Justru, ia melihat sosok sang ayah sebagai pekerja keras. Tak hanya sebagai tentara, bahkan sang ayah bertani di sawah dan berkebun.
Keras keras inilah yang mendorong dirinya untuk selalu membantu orang tuanya yang banting tulang dalam mencari nafkah. Tak hanya itu harus bertambak dan mencari ikah di sungai.
Bahkan sampai memasuki masa pensiun, orang tuanya tetap bekerja keras. Makanya, ia berpikir sebagai anak harus bekerja cerdas. Tidak terus-menerus kerja keras di sawah, kebun dan tambak. “Didikan itu membuat kami merasa ikut membantu orang tua dan membahagiakan orang tua dalam masa hampir pensiun masih bekerja keras,” ujarnya
“Itu bagian dalam perjalanan hidup, tapi saya juga jadikan itu pembelajaran hidup. Yang diberikan orang tua, selain kasih sayang, juga dengan didikan untuk bekerja keras. Saya tambahkan harus kerja cerdas. Karena bekerja sebagai petani di zaman itu butuh fisik yang kuat tapi rewardnya terlalu sedikit,” sebutnya.
Cita-Cita Keliling Dunia
Prof Jamaluddin Jompa memiliki cita-cita untuk keliling dunia. Hal itu muncul ketika berada di sawah melihat pesawat melintas. “Jadi saya ingin keliling dunia. Saya harus kerja keras wujudkan itu. Saya kira agak aneh keliling dunia karena susah dilakukan. Mau jadi apa saja tidak peduli yang penting keliling dunia,” bebernya.
Cita-cita itu untuk berkeliling dunia itu pun mulai terbuka ketika masuk di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FKIP) Unhas. Semangat untuk berkeliling dunia mendorongnya untuk terus menempuh pendidikan di luar negeri. “Harus cari tempat paling jauh dan saya berhasil ke negara paling jauh dari Indonesia, yakni Kanada. Bumi inikan bulat, kalau kita melewati Pasifik, itukan setengah lalu pulangnya lewat Rusia, maka kita mengelilingi dunia bulat, 360 derajat. Jadi cita-cita saya telah tercapai,” ucapnya.
Mengambil Jurusan Budidaya Perairan
Prof Jamaluddin Jompa menuturkan awalnya hingga bisa mengambil jurusan budidaya perairan di FKIP Unhas. Ia mengatakan awalnya hanya berpikir untuk bisa masuk dengan bebas tes di Unhas. Alasannya karena masalah ekonomi. Sebab, jika tak lulus lewat jalur bebas tes, takutnya tak bisa kuliah karena tidak mampu membayar biaya pendaftaran.
Selain itu, ia realistis bahwa untuk kuliah itu butuh biaya besar. Ia pun konsultasi dengan beberapa temannya. Untuk Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik jelas butuh biaya besar.
Sementara Prof Jeje kala itu memasang target cepat selesai dengan biaya murah. “Jadi saya putuskan pada saat itu, karena rumah saya dekat denagn laut dan sungai, saya suka cari ikan, jadi mungkin bidang ini yang ingin saya kembangkan melalui kesarjanaan di masa mendatang. Pada saat itu makanya saya memilih budidaya perikanan,” bebernya.
Ahli di Bidang Biologi dan Kelautan
Prof Jamaluddin Jompa dikenal ahli di bidang biologi dan kelautan. Ia mengaku hal ini tidak sama sekali direncanakan. Dia membeberkan esensi dari belajar bukan hanya mempelajari bidang yang digeluti, melainkan mempelajari tren, mempelajari dunia sekitar di waktu sekarang dan di masa mendatang.
Prof Jeje mengatakan, ketika menempuh pendidikan strata satu, ia banyak belajar bahwa ke depan sumber daya itu ada di laut yang maha luas. Tujuh puluh persen bumi adalah laut, sehingga ia beralih mempelajari kelautan tanpa meninggalkan perikanan.
Setelah itu Prof Jeje melihat hal yang tidak diperhatikan Indonesia pada masa itu, yakni terumbu karang. “Terumbu karang belum dijadikan komoditi isu besar pada saat itu. Padahal terumbu karang satu-satunya keunggulan Indonesia yang tidak dimiliki negara lain”.
“Jika berbicara hutan, negara lain lebih banyak hutan. Berbicara tambang, negara lain juga banyak, mau bicara apa saja negara lain punya, tapi terumbu karang Indonesia tidak bisa dikalahkan. Itulah keunggulan diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada Indonesia yang tidak diberikan kepada bangsa lain,” ungkapnya
Lanjut dia, salah satu aspek dalam kehidupan adalah proses kehidupan sendiri. Sangat banyak yang belum dipahami tentang proses kehidupan, terutama organisme di laut. Kekayaan sumber daya laut yang begitu banyak memiliki karaterisitk biologi kehdupan yang sangat beragam.
Makanya ia sangat tertarik untuk mendalami dan hampir tidak ada peluang untuk dikuasai secara menyeluruh. “Ini bidang sangat menantang. Saya suka hal-hal yang menantang untuk kemudian disebarkan kepada teman-teman. Ini kesempatan untuk kita jadi pelopor dan trendsetter di dunia karena kita bisa mengajari dunia tentang biologi laut,” pungkasnya.
Sahabat Pulau
Terpilihnya Prof Jamaluddin Jompa sebagai Rektor Unhas mendapat respon positif dari masyarakat, khususnya wilayah kepulauan.
Masyarakat menilai, keterpilihan itu kedepan kiranya akan mampu menghasilkan mahasiswa yang berguna bagi nusa dan bangsa. Termasuk kepedulian mereka akan keberadaan terumbu karang dan habitat laut. Prof Jeje pun merupakan salah satu pencetus lahirnya organisasi himpunan wartawan bahari yakni forum jurnalis bahari (Forjubi).(*)