LUWU UTARA,PAREPOS.FAJAR.CO.ID– Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan produksi sehingga terbangun lumbung pangan di masing-masing daerah. Tak hanya sampai di situ, penanganan hilirisasi pun harus diwujudkan untuk menciptakan nilai tambah komoditas pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi makro.
Berangkat dari ini, pemerintah Kabupaten Luwu Utara optimis dapat mensukseskan program Kementan. Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani menjelaskan hal ini didukung dengan potensi pertanian Luwu Utara yakni memiliki luas pertanaman padi yang terus meningkat, yakni pada tahun 2021 dengan luas lahan sawah seluas 28.993 hektar produktivitas 5,75 ton/ha, sehingga Luwu Utara surplus beras 87.373 ton.
“Kemudian adanya dukungan kebijakan pengembangan tanaman pangan diakomodir melalui RPJMD tahun 2021-2026, RTRW tentang Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan telah terakomodir dalam Revisi RTRW. Penggunaan Varietas Lokal, ada sekitar 8 varietas padi lokal yang telah terdaftar,” demikian dikatan Indah dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani yang mengangkat topik ”Potensi Lumbung Pangan di Kabupaten Luwu Utara”, Rabu (2/2/2022).
Disamping itu, lanjut Indah, pihaknya juga sudah mempunyai dokumen Kawasan Agropolitan Sukamaju yang terintegrasi dari sarana produksi, pengolahan dan pemasaran yang disusun bekerjasama dengan Kementrian ATR/BPN. Juga yang paling penting adalah Perda perlindungan untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
“Dengan luas lahan sawah eksisting yang telah menghasilkan surplus beras, potensi pengembangan luas lahan dari pembangunan Bendung Baliase dan rencana pembangunan Bendungan Rongkong serta dukungan kebijakan pengembangan tanaman pangan, maka diharapkan Luwu Utara dapat menjadi lumbung pangan yang berkontribusi terhadap pangan nasional,” papar Indah.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan Luwu Utara jika dilihat dari sisi produksi padi dikurangi konsumsi masih surplus, sehingga bisa disebut daerah sentra beras, disamping padi juga ada jagung sekitar 20 ribu hektar. Sebagai gambaran kebijakan, pertanian kedepan harus sudah terintegrasi mulai dari aspek hulu hingga hilir. Semua disiapkan offtakernya, agar disetiap kawasan sudah jelas siapa yang akan membeli, siapa yang akan menjembatani untuk akses KUR, dan agar aspek hilir lebih diperhatikan.
“Kami minta tolong Ibu Bupati pimpin rapat, hadirkan semua Bank Himbara yang ada kantor cabang di Luwu Utara maupun Bank Pembangunan Daerah Sulsel untuk dipertemukan dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan penyuluh. Tetapkan target berapa yang akan mengakses KUR, Ini sebagai langkah awal untuk menjembataninya,” ujarnya.
Suwandi menegaskan saat ini pola-pola untuk pembiayaan untuk perluasan areal yang dikembangkan petani secara intensif dan meminimalisir biaya dengan indeks tanam dan panennya 4 kali setahun atau yang dikenal Indeks Pertanaman (IP) 400. Pada sistem tana mini, benih padi yang digunakan berumur genjah, oraganime pengganggu tanaman (OPT) dikendalikan secara masif dan masif dilakukan pementauan dan pengontrolan tanaman.
“Saya usul untuk Kabupaten Luwu Utara supaya dikembangkan minimal 1.000 sampai 5.000 Ha untuk Gerakan IP400, atau minimal sama dengan Kabupaten Bone. Karena ini merupakan hal baru diperlukan all out dari semua komponen yang ada. Saya yakin kedepan Luwu Utara semakin maju, mandiri, modern karena kerja keras dan sinergi semua sektor,” tegasnya.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Prof. M. Yunus Musa menuturkan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin telah menjalin kerja sama pembenihan padi dengan Taiwan International Cooperation and Development Fund (ICDF) mulai tahun 2021 hingga 2023. Luwu Utara memiliki keunikan dibandingkan daerah lain karena memiliki unit produsen benih, ada 40 hektare sawah petani yang menjadi lokasi pembenihan.
“Pemerintah Luwu Utara harus menggunakan benih padi berkualitas yang dihasilkan oleh petani agar ketersediaan benih unggul terus meningkat. Apalagi, kabupaten itu memiliki sawah seluas 28 ribu hektare yang membutuhkan benih padi sekitar 700 ton per musim. Walhasil, dengan mendorong petani menjadi pembudidaya benih padi, kesejahteraan petani bisa meningkat,” papar Yunus.
Kadding, Ketua Petani P2MI Luwu Utara, menyatakan demi mewujudkan mandiri benih unggul di pedesaan, Perkumpulan Petani milenial Indonesia Kabupaten Luwu Utara (P2MI Luwu Utara), telah menyalurkan benih padi di 2 Desa yakni Desa Arusu dan Desa Pao. Adapun teknis penangkaran padi ini, yakni dilakukan pembibitan lebih awal dengan metode tanam pindah (TAPIN). Kegiatan penangkaran benih tersebut diawasi oleh Pengawas Benih Tanaman Kabupaten Luwu Utara yang merupakan perwakilan dari Balai Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.
“Hasil produksi penangkaran benih padi ini, kembali dibeli setelah lolos verifikasi dan mendapatkan rekomendasi dari balai benih, sertifikasi tanaman pangan, dan hortikultura Sulawesi Selatan, untuk menjadi calon benih padi yang bekersama perkumpulan petani milenial Indonesia Kabupaten Luwu Utara bekerjasama Unhas-Taiwan,” ujar Kadding.(*/ade)