SUMSEL, PAREPOS.FAJAR.CO.ID— Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program Taxi Alsintan sebagai upaya menghadirkan teknologi pertanian di tengah-tengah petani dan aksekerasi pemulihan ekonomi di sektor pertanian. Adapun Taxi Alsintan merupakan program penyediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara mandiri oleh pelaku usaha di sektor pertanian melalui fasilitasi bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Di tengah kesulitan anggaran pemerintah dan pandemi Covid-19, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong program Taxi Alsintan sebagai solusi dalam pemulihan ekonomi nasional,” demikian diungkapkan Direktur Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Andi Nur Alam Syah dalam rapat kordinasi Taxi Alsintan di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Taxi Alsintan ini merupakan ide cemerlang dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) agar petani bisa dengan mudah memiliki alsintan tanpa harus lagi mengandalkan bantuan pemerintah. Program ini langsung diinisiasi Mentan SYL dari pengalamannya ketika menjabat Bupati Gowa yang mendorong agar Taxi bisa dimiliki secara pribadi, bukan hanya perusahaan-perusahaan besar.
“Idenya dari situ bahwa masyarakat bisa memiliki sendiri, atau bersama-sama terhadap taxi alsintan yang pembiayannya melalui fasilitasi KUR,” ungkap Nur Alam.
Lebih lanjut, Nur Alam mengatakan Kementan saat ini memang tengah mengupayakan agar petani, kelompok tani maupun Unit Pengelola Jasa Alsintan (UPJA) bisa bertransformasi dalam menjalankan usahanya menjadi sebuah bisnis yang lebih modern. Dengan demikian, usaha tani menjadi lebih efisien dan keuntungan yang diterima pun menjadi berlipat.
“Khusus alsintan ini, sebenarnya banyak negara yang mendorong penggunaan teknologi dalam pengolahan lahan hingga panen. Seperti Jepang, kini menjadi negara dengan dengan sepenuhnya mengandalkan mekanisasi,” ujarnya.
Namun semuanya itu, sambungnya, hal ini diraih dengan perjalanan yang cukup panjang hingga 50 tahun lebih. Pengalaman panjang ini kemudian membuat Jepang mulai membuat para petaninya tidak lagi mengandalkan bantuan alsintan dari pemerintah.
“Tapi apakah Jepang hari ini bantuan terhadap petaninya sudah tidak ada? Masih. Begitu pun kita. Tapi kita baru baru 7 tahun membangun mekanisasi pertanian kita tapi sudah bisa mentransformasi pertanian kita dari tradisional menjadi mekanisasi dan kita di ruangan ini adalah pelaku-pelakunya,” ucap Nur Alam.
Ia menambahkan buktinya nyaris tidak ada lagi petani yang menggunakan sistem pengolahan tanahnya menggunakan kerbau atau sapi. Begitu juga dengan panen. Rata-rata menggunakan mekanisasi pertanian.
“Ini menandakan bahwa transformasi pertanian kita selama 7 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, sukses melancarkan program mekanisasi secara masif,” terang Nur Alam.
Lebih lanjut Nur Alam mengatakan terkait adanya pandemi Covid-19, membuat pemerintah mau tidak mau mengurangi belanja di sektor pertaniannya. Jika pada 2015 lalu, anggaran untuk pengadaan alsintan bisa mencapai Rp 2,5 triliun, namun di 2020 hingga 2022 ini, pembelian alsintan untuk petani berkurang hingga kini tersisa Rp 700 miliar. Realitas ini kemudian disikapi Menteri Pertanian dengan lahirnya terobosan Taxi Alsintan, dimana petani bisa membeli alsintan untuk dimiliki melalui keringanan pembiayaan melalui KUR.
“Kenapa pak Menteri diminta lebih khusus ke KUR pertanian karena beliau mendapatkan predikat terbaik terkait realisasi KUR yang penyalurannya hampir Rp 90 triliun pada Tahun 2021. Itu kerja luar biasa yang dilakukan oleh Menteri Pertanian,” jelasnya.
Karena itu, Nur Alam yakin dengan pengadaan alsintan secara mandiri ini, petani akan lebih semangat memacu dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Disamping itu, tingkat kepemilikan dan kepuasan untuk penggunaan alsintan di kalangan petani menjadi lebih tinggi, yang situasinya tentu akan sangat berbeda jika bantuan alsintan tersebut bersumber dari APBN.
“Sumatera Selatan kita targetkan 50 unit taxi alsintan yang beroperasi pada akhir bulan Maret ini, dimana progres sampai hari ini sudah ada 30 unit Taxi Alsintan yang segera beroperasi menyongsong musim panen tahun ini,” katanya.
“Yang jelas kita akan fokus di 9 provinsi sentra dan mudah-mudahan perkembangannya sama di Sumatera Selatan. Saya mendapatkan Sumatera Selatan ini ini sudah luar biasa, tinggal sedikit lagi bagaimana mengklasterkan dan nanti bisa kita fasilitas menjadi taxi alsintan yang lebih mandiri,” imbuh Nur Alam.
Nur Alam juga meminta pihak perbankan tidak perlu takut merealisasikan KUR Taxi Alsintan ini kepada petani. Sebab dalam program ini, setiap alsintan yang diperoleh melalui sistem KUR, akan mendapatkan pengawalan dan pembinaan dari Kementan. Dengan demikian, kredit macet dalam KUR Alsintan ini bisa diminimalisir sekecil mungkin.
“Semua kekhawatiran bapak-bapak terkait tadi ada pembicaraan mengenai potensi kerusakan kami akan bertanggungjawab. Kami akan menandatangani fakta interitas dengan semua penyedia untuk menjamin perawatan dan sparepart,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pembiayaan Pertanian, Indah Megahwati meminta agar persyaratan untuk KUR Alsintan ini dipermudah. Sebab aturan yang ada saat ini terbilang cukup berat terutama terkait aturan down payment (DP) atau uang muka yang dikenakan bank sebesar 30 persen.
“Masalah krusial soal DP dan agunan ini memang alot dibahas bersama Himbara,” kata Indah.
Indah menegaskan persoalan DP dan agunan ini memang sangat terkait dengan ‘trust’. Sebab bank berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah jangan sampai terjadi kredit macet. Namun demikian, dia meminta bank tidak perlu khawatir sebab pengalaman selama ini, sangat jarang terjadi kredit macet untuk KUR di pertanian.
“Sementara program (Taxi Alsintan) yang sedang dijalanakan ini bukan program baru tapi bagaimana perbankan ini trust dan mau menyalurkan tapi tidak ada kredit macet,” katanya.
Dijelaskan dia, dalam aturan perbankan, memang ada aturan mengenai adanya agunan untuk kredit diatas Rp 100 juta. Sementara harga untuk combine harvester saja yang paling diminati petani harganya berkisar Rp 450 juta. Dia mendorong lahirnya regulasi yang bisa lebih mempermudah petani dalam mengakses KUR Alsintan.
“Kita masih menggunakan KUR biasa, nah mudah-mudahan secepatnya ini ada KUR taxi Alsintan ini sehingga DP misalnya cukup 20 persen atau 10 persen,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mempunyai program terobosan program kegiatan Taxi Alsintan. Adapun program ini memberikan keleluasaan bagi petani yang ada di Indonesia untuk mengakses KUR Alsintan dengan berbasis petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
Bambang menjelaskan di Sumsel sendiri ada 5 penyalur KUR Alsintan yakni BNI, Mandiri, BRI, Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Sumsel. Sementara sejak 2018 sampai 2022, hingga 18 Februari ini sudah ada 154 alsintan yang difasilitasi oleh Perbankan yang terhubungkan dengan taxi alsintan, termasuk juga Bank Sumsel Babel yang dimulai 2021 kemarin.
“Adapun jenis alat yang sudah direalisasikan sebanyak 17 alat dengan senilai Rp 48,7 miliar. Alat tersebut berupa combine harvester, traktor roda 4 dan jenis alsintan lainnya yang tersebar di berbagai kabupaten,” sebutnya.
Untuk administrasi persyaratan memperoleh KUR, seperti BNI yakni DP 30 persen, biaya administrasi Rp 500 ribu, biaya notaris Rp 2 juta, biaya asuransi Rp 6 juta dan biaya blokir angsuran Rp 32 juta.
“Kami saat ini ada empat kabupaten paling tidak ada 13 alat yang siap untuk melakukan serapan sehingga sampai saat ini kalau kita jumlahkan ada 30 alat yang bisa kita buat klaster program Taxi Alsitan,” pungkas Bambang.(*/ade)