PANGKEP, PAREPOS.FAJAR.CO.ID– Proyek nasional pembangunan rel kereta api mendapat tuntutan warga. Pasalnya, pengerjaan proyek dinilai meresahkan akibat debu yang menganggu pernapasan warga. Ros (45), salah seorang warga Tala-tala, Kelurahan Bontokio, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep mengeluhkan kondisi jalan berdebu yang disebabkan pengerjaan proyek rel kereta api.
Ros mengatakan selama pengerjaan proyek rel kereta api, pihak pengelola tidak pernah sama sekali memberikan kompensasi dampak debu. “Tiap hari saya bersihkan rumah gara-gara debu dari mobil proyek, tapi tidak ada kompensasi hingga saat ini,” kesalnya.
Ros menilai pihak pengelola hanya memikirkan diri sendiri tanpa melihat kondisi masyarakat yang terkena dampak debu tersebut. “Jangankan kompensasi dampak debu, pemeriksaan kesehatan saja tidak ada,” ucapnya.
Pemerhati lingkungan, Amir Egge mengatakan pihak pengelola rel kereta api harusnya tetap memikirkan dampak dari pada aktifitas roda empat dan roda enam yang mengangkut material rel kereta api.
Karena, kata dia, ketika musim kemarau debunya berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar dan pengguna jalan. Sedangkan pada musim hujan mengakibatkan jalan raya berlumpur dan licin yang membahayakan pengguna jalan. “Jangan cuman memikirkan diri sendiri dan keuntungan semata,” ketusnya.
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek rel kereta api wilayah Minasatene, Ari Wibowo mengatakan tidak ada kompensasi debu dianggarkan. Namun, yang di persyaratkan dalam pelaksanaan hanya dilakukan penyiraman. “Tidak ada uang debu. Hanya penyiraman saja untuk memitigasi dan mengurangi dampak debu ke lingkungan,” ucap Ari.
Dikatakan Ari, pada musim hujan penyiraman tentu tidak diberlakukan, tapi akan digantikan dengan membersihkan jalan. “Jadi kita hanya membersihkan jalan dari kotoran tanah yang terbawa,” tandasnya. (min/B)