BARRU PAREPOS.FAJAR.CO.ID — Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Barru yang sejahtra, mandiri, berkeadilan dan bernafaskan Keagamaan Pemerintah Kabupaten Barru melakukan berbagai akselerasi pembangunan dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah masalah Stunting.
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2018, Angka Prevalensi stunting Kabupaten Barru berada pada kategori tinggi yaitu 34,1 persen.
Sedangkan berdasarkan data SSGBI tahun 2021 yaitu 26,4%, kedua angka tersebut berada diatas Prevalensi Stunting Nasional (30,8 persen data Riskesdas) dan (24,4 Persen-SSGBI), Sehingga Kabupaten Barru perlu melakukan aksi pencegahan penurunan Stunting yang dimulai dari tahap analisis.
Percepatan penurunan dan pencegahan stunting terintegrasi dan penurunan dan pencegahan dan membentuk gugus tugas percepatan penurunan terintegrasi.
Ketua TP PKK yang juga sebagai tim percepatan penurunan stunting Kabupaten Barru drg.
Hj Hasna Syam Mars mengatakan, Stunting adalah kondisi pendek atau kerdil atau gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama di 1000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).
HPK adalah Seribu hari pertama kehidupan (sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun) merupakan periode masa emas/golden period yang sangat penting karena kebanyakan kerusakan, atau terhambatnya pertumbuhan yang disebabkan oleh kurang gizi, terjadi selama periode tersebut.
Gagal tumbuh dapat terjadi karena terhambatnya perkembangan otak yang tidak dapat diperbaiki sesudah periode tersebut. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memfokuskan perhatian pada periode 1000 hari pertama kehidupan, dan memastikan bahwa ibu mendapat gizi yang cukup selama kehamilan serta mengerjakan berbagai langkah untuk mencegah anak menjadi kurang gizi selama dua tahun pertama kehidupannya.
Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah/pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya.
“Untuk mengetahui apakah seorang anak Stunting maka dilakukan pengukuran panjang dan tinggi badan anak secara rutin untuk diplotkan ke dalam kurva pertumbuhan (semisal kurva WHO atau KMS). Dari kurva pertumbuhan, kita bisa menyimpulkan apakah seorang anak tumbuh sesuai usianya atau mengalami gagal tumbuh,”ujarnya.
Penyebab Kurang Gizi kata dia adalah kondisi kurangnya asupan makanan. faktor penting yang turut berkontribusi terhadap masalah kurang gizi sebetulnya dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi dan politik yang kemudian menyebabkan kemiskinan sebagai penyebab utama kurang giziMinimnya pola asuh yang baik terutama dalam pemberian ASI, makanan pendamping ASI, dan perawatan terhadap ibu sebelum dan selama kehamilan serta setelah persalinan juga turut berkontribusi
Layanan kesehatan yang kurang memadai, misalnya ibu dan anak tidak dapat menerima intervensi yang memadai untuk mencegah dan menangani kurang gizi dan berbagai penyakit menular juga merupakan faktor penyebab kekurangan gizi.
“Kita Cegah Stunting demi Indonesia Sehat
Kita bisa memulai dengan melakukan intervensi spesifik alias yang langsung bisa kita kerjakan. Dengan orang-orang terdekat di sekitar kita, baik itu keluarga, saudara, tetangga, atau teman. Misalnya yang sedang hamil, menyusui, atau memiliki anak usia baduta (bawah dua tahun) kita bisa menyampaikan informasi tentang pentingnya konsumsi tablet tambah darah dan folat bagi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, pemberian makanan pendamping ASI setelah anak berusia 6 bulan, meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun,”ujarnya.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh PLT Kadis Provinsi Sulsel DR.dr.Bahtiar Baso M.Kes sebagai pemateri dan
Materi juga dibawakan oleh PLT. Kepala Kantor Bappeda Barru Bapak Umar, SKM, M.Kes di aula kantor Bappeda. (Mad)