Konservator Museum Aryanto dari Makassar bersama Tim Ahli saat melakukan konservasi sejumlah koleksi di Museum Mandar Majene. (Foto: Ardedy)
MAJENE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Benda pusaka sebagai benda karya seni yang bernilai tinggi, juga menjadi benda budaya saksi sejarah perkembangan budaya Bangsa Indonesia.
Upaya melestarikan benda-benda pusaka khususnya di Museum Mandar Kabupaten Majene, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Majene melakukan kegiatan konservasi koleksi museum Mandar Majene, Sabtu, 21 Mei 2022.
Konservator Museum Mandar Aryanto dari Makassar bersama dua orang tim ahli menjelaskan, konservasi adalah suatu tindakan pelestarian dengan cara memelihara dan mengawetkan benda cagar budaya sebagai upaya menghambat dan menghindari terjadinya kerusakan dan pemusnahan.
"Artinya konservasi untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung pada koleksi museum, yaitu suatu benda cagar budaya yang sudah menjadi milik museum dan memiliki nilai ilmu pengetahuan, nilai keagamaan, nilai historis, nilai kesenian, teknologi, dan sebagainya," ulasnya.
Dikatakan, setiap benda budaya yang menjadi koleksi museum disimpan dan dirawat agar dapat dimanfaatkan masyarakat pengunjung museum untuk berbagai keperluan. Seperti pendidikan, penelitian, pengembangan nilai-nilai budaya warisan bangsa, bahkan sebagai sarana rekreasi.
"Museum sebagai salah satu unit pelaksana teknis yang mengelola benda cagar budaya, fungsi pelestarian dan perlindungan serta peran museum sebagai lembaga pelestarian warisan budaya bangsa. Selain itu juga bagian asset yang tiada ternilai, menyimpan dan menyajikannya untuk kepentingan masyarakat dalam wujud koleksinya," paparnya.
Bahkan, lanjutnya, konservasi bertujuan melakukan upaya perawatan, pemeliharaan, pengawetan, perlindungan, perbaikan, dan pengamanan terhadap koleksi museum agar terhindar dari proses kerusakan akibat dari berbagai faktor penyebab, antara lain faktor alam, seperti iklim, cuaca, kelembaban, cahaya, bencana alam dan faktor makhluk hidup, yaitu vandalisme, kriminalisme, insect, rayap, jamur, lumut, fungsi, dan sebagainya.
"Jenis kerusakan yang sering terjadi pada koleksi museum pada umumnya sangat tergantung pada komposisi penyusun koleksi itu sendiri," urainya.
Sementara, Kabid Pengembangan Kebudayaan Disbudpar Majene Muhammad Syamsu Nur menyebut, pengumpulan dan pengelolaan koleksi museum melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik BOP MTB 2022 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud Ristek RI) Disbudpar Majene.
"Kegiatan konservasi koleksi museum harus tetap dilaksanakan, dan jangan berhenti setelah kegiatan ini. Alasannya, tindakan konservasi dapat memperpanjang usia koleksi atau menghambat proses kerusakan lebih lanjut pada koleksi museum," ujarnya.
Ia menambahkan, kerusakan yang sering terjadi pada koleksi berbahan organik berupa pelapukan, terserang hama, seperti jamur, fungi, insect, rayap, tikus, patah, retak, robek serta perubahan warna. Sedangkan kerusakan pada koleksi berbahan nonorganik berupa perkaratan (Oksidasi), penggaraman, retak, pecah, dan sejenisnya.
Syamsu Nur menuturkan, tim kerja museum mempunyai tugas melakukan pengembangan, pembinaan, pelestarian dan pemanfaatan permuseuman dan pelestarian benda cagar budaya, sejarah serta nilai budaya.
"Lebih dari 1000 jumlah koleksi Museum Mandar Majene, sebanyak kurang lebih 70 persen sudah dikonservasi, dan setelah kegiatan ini kita tetap melanjutkan konsevasi, agar bahan yang bersumber dari kimia tidak kedaluwarsa," ujarnya. (edy)