Wakil Ketua Umum DPP Golkar, Nurdin Halid.
MAKASSAR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Wakil Ketua Umum DPP Golkar, Nurdin Halid, mendorong adanya konsolidasi secara menyeluruh di tubuh DPD I Golkar Sulsel. Terlebih, isu perpecahan maupun ketidaksolidan pengurus maupun kader semakin mencuat.
Menurut dia, bila terus dibiarkan, Golkar akan semakin terancam, apalagi menjelang Pemilu 2024. Olehnya itu, di tengah suasana politik yang kian 'panas' dan penuh tantangan, disebutnya dibutuhkan sosok pemimpin berpengalaman, militan dan paham organisasi.
Tanpa ragu, mantan Ketua PSSI itu menyebut salah satu kader Golkar Sulsel yang dinilainya mempunyai kapabilitas itu yakni Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Meski sempat berpindah partai, tapi mantan Wali Kota Makassar itu telah membuktikan kapasitas dan kelayakannya dalam kepemimpinan.
"Figur ini (IAS) sangat dibutuhkan untuk membenahi Golkar Sulawesi Selatan, kalau Golkar tetap mau eksis di 2024. Ini yang mesti disadari oleh kader-kader Golkar di Sulawesi Selatan melihat kondisi saat ini," ungkap NH, saat berbincang dengan awak media, Kamis (23/6/2022).
Ia menekankan Pemilu 2024 sudah di depan mata, dimana partai politik lain sudah bergerak dan bermanuver untuk merebut posisi Golkar. Melihat ketatnya peta persaingan politik, kata dia, maka dibutuhkan sosok pemimpin yang memang betul-betul kapabel dan teruji.
“Ketatnya Pemilu 2024, Golkar butuh pemimpin berpengalaman, militan, dan paham organisasi,” tegas NH.
Olehnya itu, NH tidak ragu mendorong IAS untuk ikut bertarung pada Pilgub Sulsel 2024. Sinyal restu dari DPP Golkar pun mulai terlihat. Pertemuan IAS dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menghasilkan pesan bahwa IAS diminta berkeringat untuk Golkar, baik dalam lingkup daerah maupun nasional, termasuk mengantar Airlangga maju Pilpres 2024.
Lebih lanjut, NH mengungkapkan kondisi kepengurusan DPD I Golkar Sulsel yang dinilainya kurang kondusif dan jauh dari kata solid. Hal itu tidak lepas lantaran adanya masalah internal yang tidak kunjung diselesaikan dengan baik. Ia khawatir bila terus berlanjut, maka akan berdampak buruk pada Golkar Sulsel dalam menghadapi pesta politik 2024.
Ia juga mengungkapkan sangat memungkinkan untuk menggelar musyawarah daerah luar biasa (Musdalub). Apalagi, hampir 2/3 peserta Musda mengajukan keberatan terhadap keputusan Musda 2020 lalu.
“Sangat terbuka (musdalub), karena Golkar sulsel ini secara kepengurusan sah, tapi secara hukum itu masih berkasus, karena 2/3 peserta musda sudah mengajukan keberatan jika musda tidak sah. Pertanyaannya kenapa DPP mengeluarkan SK?” terangnya.
NH pun meminta agar Mahkamah Partai Golkar segera menyidangkan gugatan tersebut. Pasalnya, sudah menjadi tugasnya untuk memproses gugatan pengurus tersebut. Tanpa adanya keputusan hukum mengikat soal itu, maka kepengurusan Golkar Sulsel sulit untuk solid.
Pada kesempatan itu, NH juga menegaskan pihaknya terus memberikan atensi dan perhatian pada Golkar Sulsel. Tidak bisa dipungkiri, hubungannya dengan Golkar Sulsel sangat lekat. Ia masuk partai berlambang beringin ini sejak 1978 dan turut berjasa membesarkannya. Olehnya itu, NH mengaku tidak rela bila Golkar malah hancur, apalagi ketika dirinya masih ada.
"Beda dengan yang lain, saya itu di Golkar pilihan. Saya masuk ke Golkar masih mahasiswa, tahun 1978. Itu idealisme saya dan saya jelek-jelek begini saya membesarkan Golkar. Tidak percaya? Tanya Pak Amin Syam, benar tidak Pak Nurdin Halid membesarkan Golkar?. Tidak mungkin saya akan biarkan Golkar hancur di tangan seseorang di muka saya. Itu tidak mungkin," tandasnya. (*)