Menkeu Peringatkan Harga Pangan dan Energi Bakal Melonjak Ekstrem, Berikut Penjelasannya

  • Bagikan

JAKARTA, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyebut perekonomian Indonesia sudah berhasil pulih. Namun, dia mengimbau ada banyak ancaman global yang mengintai, seperti harga pangan dan energi akan melonjak ekstrem.

Sri Mulyani menuturkan, lonjakan harga pangan dan energi terjadi akibat perang Rusia dan Ukraina yang telah menyebabkan disrupsi sistem suplai dan sanksi ekonomi.

"Kita harus antisipasi risiko yang berlangsung, yaitu konflik Rusia dan Ukraina yang telah menyebabkan disrupsi sistem suplai dan sanksi ekonomi yang menyebabkan harga komoditas terutama energi dan pangan melonjak ekstrem," kata Sri Mulyani melalui siaran youtube dalam Talkshow Neraca Komoditas, dikutip Rabu 1 Juni 2022.

Menkeu melanjutkan, salah satu faktor terjadinya disrupsi sistem suplai adalah kemunculan varian baru COVID-19 membuat beberapa kota di China harus lockdown, terutama Shanghai yang merupakan pusat perdagangan China dan dunia. Hal ini membuat ekonomi China mengalami perlambatan.

"Lockdown atau pembatasan kegiatan yang sangat berdampak pada ekonomi RRT dan tentu akan berdampak pada perekonomian dunia. Hal ini dikarenakan jumlah dan juga size dari perekonomian yang sangat besar," jelas Sri Mulyani.

Tak hanya itu, Sri Mulyani meminta lonjakan inflasi juga patut untuk diwaspadai. Pasalnya, banyak negara memilih untuk melakukan pengetatan moneter dalam mengendalikan inflasi yang terus bergejolak.

Kendati demikian, kata Menkeu, di tengah berbagai gejolak global ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,01 persen pada kuartal I 2022. Padahal, di kuartal I 2022 ada peningkatan penyebaran kasus COVID-19 varian omicron.

"Kita patut mensyukuri bahwa Indonesia saat ini makin mampu menjaga dari pandemi COVID-19, meskipun secara global masih ada beberapa negara yang tengah dan masih terus mencoba untuk mengendalikan COVID-19 terutama varian omicron," kata dia.

Menurutnya, hal ini ditopang oleh neraca perdagangan Indonesia yang surplus selama 24 bulan berturut-turut, seiring dengan peningkatan harga komoditas internasional.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version