Bupati Wajo H Amran Mahmud saat berkunjung di balai kerajinan batik di Yogyakarta.
WAJO, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Bupati Wajo H Amran Mahmud mengunjungi Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) atau yang lebih dikenal dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta, Kamis, 4 Agustus kemarin.
Dia didampingi Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Perindagkop UKM) Ambo Mai, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Porapar), Ketua Dekranasda Sitti Maryam, dan Ketua Silk Solution Center (SSC) Wajo Kurnia Syam. Rombongan diterima Kepala BBSPJIKB Hendra Yetty bersama jajaran.
Amran Mahmud menyampaikan, tujuan kunjungannya untuk membangun sinergi sebagai upaya untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) industri kecil dan menengah (IKM) di Wajo, khususnya persuteraan.
"Ini masih merupakan upaya kami untuk mengembalikan kejayaan sutera Wajo. Potensi kita cukup melimpah, sehingga perlu mendapatkan sentuhan teknologi padat karya untuk menghasilkan produk ekonomi kreatif," katanya.
Amran Mahmud mencontohkan pengembangan SDM dan pembinaan kepada pelaku IKM persuteraan yang dibutuhkan, misalnya bagaimana memaksimalkan penggunaan alat tenun bukan mesin (ATBM). Selain itu, metode pewarnaan agar warna tidak luntur.
"Kunjungan ini juga sekaligus masih rangkaian upaya kami untuk mendapatkan bagaimana memenuhi permintaan Pengurus Pusat (PP) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), bagaimana Kabupaten Wajo bisa membuat bendera merah putih (duplikat bendera pusaka) dari sutera, yang syaratnya harus warna alam dan tidak luntur, tidak boleh ada jahitan serta suteranya asli 100 persen," jelasnya.
Amran Mahmud pun menyampaikan terima kasih atas penerimaan dan sambutan luar biasa dari Kepala BBSPJIKB. Terlebih, rombongan diperkenankan melihat berbagai koleksi batik dan kerajinan, termasuk proses pembuatannya.
"Kami minta kepada OPD (organisasi perangkat daerah) terkait, agar segera menyusun konsep mengenai hal-hal yang bisa dikerjasamakan dalam hal pengembangan SDM IKM persuteraan di Kabupaten Wajo," tutur Amran Mahmud.
Sebagai informasi, BBSPJIKB di Yogyakarta dan BBSSPJIT di Bandung dahulu adalah satu lembaga. Lembaga ini dibentuk pemerintah Hindia Belanda pada 1922 dengan nama Balai Percobaan Pertenunan dan Batik (Textile Inrichting en Batik Proefstation) di Bandung dengan tujuan memberikan penyuluhan kepada perajin tekstil dan batik.
Kemudian, pada 1929 secara khusus didirikan Stasiun Pengujian Batik di Yogyakarta, dan pada 1952 lembaga ini dipisah menjadi Balai Tekstil di Bandung dan Balai Batik di Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, lembaga ini beberapa kali mengalami perubahan nama, termasuk menjadi nama yang lebih dikenal, yaitu Balai Besar Kerajinan dan Batik. Terakhir, pada 2022 menjadi BBSPJIKB. (chi)