Puluhan mahasiswa dan warga pengintas gempa mendirikan tenda di halaman depan kantor Bupati Majene.
MAJENE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Rupanya komitmen pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk menyalurkan bantuan dana pasca gempa di Kecamatan Malunda dan Ulumanda sejak tahun lalu hingga saat ini belum direalisasikan seratus persen.
Komitmen yang belum terkabulkan seluruhnya itu, membuat puluhan Mahasiswa di Kabupaten Majene bersama forum pemerhati masyarakat penyintas gempa 2021 menggelar aksi damai dengan mendirikan tenda di halaman depan Kantor Bupati Majene, kemarin.
Para mahasiswa menuntut janji pemerintah untuk menyalurkan dana bantuan yang sudah setahun sembilan bulan kepada warga penyintas di Malunda yang kini masih sebagian tinggal di lokasi pengungsian.
Tulisan besar juga terpanpang di depan Kantor Bupati Majene "Menyingkir Penyitas Gempa Sulbar" diikuti tulisan-tulisan yang ditempel di sepanjang teras depan Kantor Bupati Majene tersebut.
Aksi demonstrasi ini, terbilang unik, selain membangun tenda, para mahasiswa juga membakar ubi kayu dengan bahan bakar sabuk kelapa sebagai simbol memperlihatkan kondisi warga di Malunda dan mendesak pemerintah untuk segera menepati janjinya.
Koordinator Lapangan Muh Fachry Siswanto menyatakan, aksi mendirikan tenda yang digelar itu, sebagai bentuk protes pada Pemda Majene yang belum menepati seluruhnya apa yang telah dijanjikan selama ini untuk memberikan bantuan kepada korban yang saat ini masih mengungsi di Malunda.
"Kami sengaja bangun tenda, supaya kondisi pengungsian dekat dengan mata pemerintah, misalnya hunian layanan kesehatan, drainase yang baik dan menggambarkan kondisi saat ini di Malunda," paparnya.
Ia berharap, melalui aksi yang digelar, pemerintah segera merealisasikan anggaran yang sudah dijanjikan sebelumnya.
"Sebelum Pemerintah daerah bertemu dengan kami, tenda ini akan terus berdiri demi mewujudkan harapan warga di Malunda," ungkapnya.
Aksi demonstrasi berlangsung tertib dan damai dengan pengawalan, pengamanan dari kepolisian untuk memberikan jaminan keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung.
Wakapolres Majene Kompol Ujang Saputra saat memimpin pengamanan menyebut, sebagai petugas tetap menjamin rasa aman di setiap kegiatan masyarakat.
"Adik-adik mahasiswa mendirikan tenda dan membakar ubi-ubian. Untuk itu, kita berikan pengamanan dan menyampaikan imbauan untuk tetap tertib berdemonstrasi," katanya.
Sementara Sekda Majene yang menemui mahasiswa tersebut langsung berbaur dengan mahasiswa di dalam tenda tersebut. Menurut Sekda Ardiansyah, sebelumnya permohonan maaf disampaikan karena Bupati Majene tidak sempat menemui para mahasiswa lantaran bupati kondisinya tidak fit.
"Pak bupati baru tiba tadi subuh dari luar daerah dan kurang sehat, sehingga tidak sempat menemui adik-adik mahasiswa," ucapnya.
Sekda meneruskan, semoga dengan aksi ini bisa kelihatan solusi dan ada informasi terbaru terkait stimulan rumah tersebut. Termasuk, mana yang menjadi kewenangan pemda, pusat maupun Pemprov.
Karena itu, lanjutnya, kepada OPD terkait seperti BPBD Majene, Dinas Kesehatan, Dinas PU PR, Dinas PK PP dan dinas terkait lainnya agar bisa memberikan klarifikasi dan penjelasan secara rinci sekaitan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa tersebut. (edy)