Perputaran Uang di Sulbar Masih Perlu Didorong

  • Bagikan

Kepala Perwakilan BI Sulbar Hermanto dan Sekda Majene Ardiansyah pada kegiatan GNPIP di halaman Boyang Assamalewuang Majene.

MAJENE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus. Namun, tidak dapat disebut inflasi jika dari satu atau dua barang mengalami kenaikan harga, kecuali kenaikan harga meluas dengan barang lainnya.

Hal ini, dituturkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Barat Hermanto saat menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di halaman Boyang Assamalewuang Majene, kemarin.

"Jika dicermati, inflasi tidak terasa atau tidak kelihatan, namun akan terasa jika mengalami pada level yang cukup tinggi. Seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tentunya juga akan mengalami kenaikan harga barang lainnya terutama pangan, sehingga pengendalian inflasi pangan sangat penting," urainya.

Untuk itu, Hermanto juga menyampaikan, secara global diperkirakan akan terjadi krisis pangan dan dipastikan mengalami kenaikan harga pangan secara global serta akan berdampak secara nasional dan daerah.

"Jadi tugas kita bagaimana mengatur jumlah uang beredar dalam posisi yang wajar, jika tidak wajar, maka akan terjadi inflasi semakin meningkat, atau perputaran uang berkurang, maka juga terjadi perputaran ekonomi kurang maksimal," ulasnya.

Dijelaskan, tujuan utama BI berkomitmen untuk senantiasa memelihara kestabilan nilai dan tukar rupiah yaitu inflasi itu sendiri dan kurs rupiah, karena semua aktivitas ekonomi pasti membutuhkan uang yang tentunya terkait tugas BI.

"Menurut hitungan kami, khusus perputaran uang di Sulbar masih perlu didorong, karena inflasi bukan disebabkan perputaran uang terlalu tinggi, tapi pasokan pangan perlu ditingkatkan," pintanya.

Hadir dalam GNPIP, Sekprov Sulbar Muhammad Idris, Sekda Majene, Forkopimda, para Pimpinan OPD, Ketua dan anggota DPRD, Poktan, para pimpinan Ponpes, para siswa serta seluruh undangan lainnya. (edy)

  • Bagikan