JAKARTA, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Pria yang kurang percaya diri akan kelihaiannya berhubungan seks terkadang menggunakan alat bantu untuk memberikan kepuasan lebih kepada pasangannya. Salah satunya menggunakan cincin penis atau cock ring.
Cincin penis banyak digunakan para pria, karena dipercaya memberikan kepuasan seks yang lebih baik. Pasalnya, selain bisa membuat ereksi lebih besar dan keras, cincin penis juga dapat membantu pria bertahan lebih lama saat melakukan hubungan seks dan bahkan membantu pasangan mencapai orgasme.
Sayangnya, tak banyak pria yang paham akan risiko di balik penggunaannya. Salah satu risiko memakai cincin penis adalah kondisi macet, yang secara efektif mencekik penis. Hal ini, seperti dilansir Daily Mail juga dapat menyebabkan bagian penis mati karena kekurangan oksigen jika tidak ditangani dengan cukup cepat.
Dalam kasus yang jarang terjadi, pria membutuhkan anggota tubuhnya ini diamputasi. Kondisi ini akan diperparah jika mereka menggunakan cincin penis dari bahan logam, karena memiliki elastisitas yang lebih rendah. Itulah sebabnya mereka cenderung macet.
Sebagai perbandingan, cincin penis yang terbuat dari bahan yang kurang kuat, seperti karet, dapat dipotong dengan mudah dalam keadaan darurat.
Petugas medis terpaksa menggunakan bor langsung pada alat kelamin pria dalam upaya untuk memotong cincin logam dan melepaskan cengkeramannya.
Dr Richard Viney, seorang konsultan ahli bedah urologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, mendesak pria untuk menghindari penggunaan cincin penis yang terbuat dari bahan keras.
"Bahan non-elastis seperti logam atau plastik keras harus dihindari. Bahaya dengan ini adalah bahwa mereka akan mengganggu drainase alami darah dari penis yang sedang ereksi sedemikian rupa sehingga membengkak berlebihan di luar cincin," kata dia.
Hal ini, jelasnya, bisa membuat cincin penis tidak bisa dilepas, dengan bagian penis melewati cincin kemudian mulai mati karena kekurangan darah segar.
Dr Viney menambahkan bahwa bahkan melepas cincin penis keras semacam itu bukannya tanpa risiko, karena peralatan berat diperlukan untuk memotongnya.
"Melepas darurat cincin penis tersebut sangat menantang dan bukan tanpa risiko cedera penis yang signifikan," katanya.
Profesor Giulio Garaffa, ahli uro-andrologi di International Andrology, klinik kesehatan seksual pria swasta di London, juga memperingatkan bahwa menggunakan cincin penis membawa sejumlah risiko.
Komplikasi ini dapat berkisar dari yang kecil, seperti trauma pada kulit dan jaringan subkutan hingga yang besar, seperti hilangnya penis setelah tercekik oleh cincin, katanya.
Dia menambahkan ini terutama berlaku untuk yang terbuat dari bahan seperti logam.
“Tentunya cincin penis yang terbuat dari bahan yang tidak elastis lebih cenderung menimbulkan masalah, seperti jika tersangkut di pangkal penis, lebih sulit untuk dilepas,” ujarnya. (*)