MAKASSAR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Kongkow-kongkow bikers yang beda dari biasanya coba digagas Komunitas Bikers Subuhan (KBS), di Pelataran Masjid Amirul Mukminin (Masjid Terapung), Pantai Losari, Sabtu malam hingga Ahad dini hari, 18 Juni 2023.
Mereka menggagas kegiatan akhir pekan bertajuk Subuhan Bersama. Kendati namanya subuhan bersama, kegiatan ini dimulai dari setelah salat Isya, Sabtu malam.
Rangkaian kegiatannya juga beragam. Dimulai dengan pentas musik akustik yang diisi kelompok pengamen jalanan, lalu dilanjutkan dengan materi dakwah yang disampaikan oleh Ust HM Fahri Jawad.
Dakwah Ustaz Jawad lebih banyak berisi dialog. Di antaranya mengulas bagaimana tata cara salat jamak (gabung) dan qashar (singkat) yang kerap dihadapi bikers saat sedang touring. Bagaimana mengondisikan pakaian untuk salat saat touring.
Subuhan Bersama kali ini jadi yang pertama melibatkan komunitas motor lain. Turut hadir Komunitas Lussa-lussa, Astrea Bahagia, Astrea Gowa, Lawas Makassar, serta ADV Makassar.
Mantan wali kota Makassar, Dr Ilham Arief Sirajuddin (IAS), berharap subuhan bersama rutin digelar minimal sekali sebulan.
"Insya Allah, jika berkembang nanti, bisa dilaksanakan sekali dua pekan, bahkan tiap pekan," kata pembina KBS itu.
Yang membuat subuhan bersama ini semakin seru adalah kehadiran Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Mokhamad Ngajib. Kapolres yang baru dua bulan menjabat itu menitip pesan agar Subuhan Bersama itu bisa dijaga konsistensinya.
"Jujur saja, kota tercinta ini membutuhkan bikers yang bisa sekaligus bertindak sebagai agen perubahan. Ajaklah teman-teman bikers yang lain untuk terlibat. Insya Allah, kepolisian sangat mendukung kegiatan yang positif seperti ini," harap Ngajib.
Kapolrestabes juga bercerita sejumlah faktor yang memicu kesan buruk melekat pada bikers. Yaitu ugal-ugalan bermotor serta tawuran. Dua hal itu dipantik kebiasaan nongkrong di luar jam kewajaran, serta penggunaan knlapot nonstandar (bising--red).
Sosok Ngajib memberi kesan positif mendalam di mata anggota komunitas bikers yang hadir. Utamanya, kesederhanaan. Saat acara makan songkolo bareng, Ngajib tidak sungkan makan hanya dengan alas kertas pembungkus. Melantai berbaur dengan bikers. (*)