Oleh: Nurhalisa (Mahasiswi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare)
PAREPARE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Globalisasi dapat diartikan dunia menyempit. Mau kemana saja dan hitungan menit. Dengan siapa saja kita bisa saling berhimpitan.
Berita di luar negeri sana, di dalam negeri pun jadi hit. Bahkan virus dari luar negeri pun bisa sampai ke desan terpencil di Indonesia. Semua itu adalah dampak globalisasi.
Terkoneksi dengan siapa saja tanpa butuh waktu lama karena internet yang jadi andalan seluruh pemakainya. Mau mencari apapun langsung di klik tanpa ribet. Mau makanan jepang korea tidak perlu terbang jauh ke luar negeri. Mau lihat idola tidak perlu jauh-jauh ketemu langsung.
Dengan Internet Semua Jadi Mudah
Banyak hal yang mudah jadi viral karena gampang tersebar. Banyak orang terkenal karena keunikan, keanehan, keasyikan yang dimilikinya. Semua karena globalisasi.
Globalisasi adalah tersebar luasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang ada di setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas yang jelas dari suatu negara.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Adanya kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Banyak pihak berpendapat globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar lainnya bahkan berhasil melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat globalisasi bisa jadi mulai muncul di milenium ketiga sebelum Masehi.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung sangat cepat. Istilah globalisasi makin sering bergaung sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak pertengahan 1990-an.
Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengelompokkan empat aspek dasar globalisasi yaitu, perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.
Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti terjadinya perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi pada akhirnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.
Di Indonesia sendiri, kita dapat melihat sudut pandang yang dapat memantik keterbukaan serta kejelasan wacana mengenai arah perkembangan ekonomi akibat globalisasi ini yang dapat Grameds baca pada buku Globalisasi, Ekonomi Konstitusi, dan Novel Ekonomi.
Pada dasarnya, pengertian globalisasi sebenarnya belum memiliki definisi yang tepat, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi identik dengan istilah global village atau desa global, di mana batas-batas wilayah negara seolah menjadi pudar bahkan seperti hilang alias jadi tanpa batas akibat kemajuan teknologi alat komunikasi dan transportasi. Mengapa batas negara seolah pudar bahkan lenyap?
Batas negara disebut pudar karena semua orang bisa mengunjungi negara manapun dengan sangat mudah karena bantuan alat transportasi modern.
Selain itu, komunikasi antar masyarakat beda negara bisa dengan mudah dilakukan karena bantuan alat komunikasi dan jaringan internet. Batas negara disebut pudar karena sekarang jika kita membutuhkah suatu barang kita bahkan bisa menemukan barang-barang dagang dari luar negeri dengan sangat mudah. Sekejap mata hanya dengan senam jari maka barang apapun bisa dipesan.
Selain itu, komunikasi antar masyarakat beda negara bisa dengan mudah dilakukan karena bantuan alat komunikasi dan jaringan internet. Batas negara disebut pudar karena sekarang jika kita membutuhkah suatu barang kita bahkan bisa menemukan barang-barang dagang dari luar negeri dengan sangat mudah. Sekejap mata hanya dengan senam jari maka barang apapun bisa dipesan.
Dahulu kita harus susah payah datang ke kantor pos untuk berkirim kabar, perlu beberapa hari untuk menyampaikan pesan lewat surat berperangko. Kalau mau cepat sedikit bisa pakai telegram, namun lewat telegram kabar yang disampaikan hanya sedikit.
Belum lagi jarak kantor pos dari rumah itu jauh. Perlu usaha untuk tiba di sana. Namun keseruannya tentu tak tergantikan. Menjelang hari raya dulu kantor pos akan kebanjiran order kiriman kartu lebaran. Kita bisa mengirimkan kartu lebaran ke keluarga atau kolega jauh. pun kita akan suka cita mendengar suara pak pos yang mengantarkan kartu lebaran untuk kita.
Saat ini dengan hanya menggunakan teknologi seperti smartphone dengan koneksi internetnya, kita dengan sangat mudah berkirim pesan dengan hitungan detik, bahkan bisa bertatap muka langsung. Kalau hari raya maka ucapan selamat tinggal copy paste kiriman orang kalau sebar.
Hanya dalam hitungan detik pesan kita sudah diterima. Sama halnya transportasi, perkembangan teknologi mendorong manusia membuat inovasi seperti ojek online. Kini masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar dengan tingkat mobilitas yang tinggi, akan sangat terbantu dengan adanya aplikasi layanan ojek online ini.
Karena adanya globalisasi ini, berbagai hal menjadi serba instan dan kita menjadi dipermudah dalam pemenuhan kebutuhan, begitu pula dengan berbagai ilmu pengetahuan yang ikut berkembang dengan adanya globalisasi yang dibahas pada buku Globalisasi Adalah Mitos oleh Paul Hirst. (*)