Toleransi

  • Bagikan

Oleh : Dr Hj Erna Taufan Rasyid
(Ketua DPD Partai Golkar Parepare)

Awal September lalu, saya ditemui sejumlah pemuka agama Kristiani. Ada sembilan orang yang hadir. Rerata adalah pendeta.

Kami duduk dan sama-sama mendialogkan toleransi. Kami sepaham. Agama selalu menjadi isu sensitif di tengah masyarakat. Yang bisa saja dimanfaatkan oleh orang jahat untuk mengadudomba, memecah-belah, menciptakan kerusuhan hingga persekusi yang mengancam harta dan nyawa warga tak berdosa.

Sebagai Muballigah, saya sampaikan Islam sebenarnya sudah lama selesai dengan isu toleransi. Alquran membimbing umat Islam dalam memperlakukan yang tidak seiman. Baik untuk yang menunjukkan persahabatan, maupun yang menampakkan permusuhan.

Alquran memerintahkan umat Islam untuk berbuat adil kepada siapapun. “Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil­lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa..,” (QS Al-Maidah: 8).

Dan kepada non muslim yang sudah divonis kafir oleh Rasulullah Saw sendiri, kita menanggapinya dengan ayat Surah Al Kafirun. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku." (QS Al Kafirun : 6)

Saya masih ingin menambahkan satu ayat lagi. Tentang larangan untuk mengolok atau menistakan agama lain. Ini yang belum banyak pahami. "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan." (Al An'am : 108).


Di akhir pertemuan, kami sepakat untuk menggiatkan pertemuan antarpemuka agama. Dengan demikian, kita bisa menunjukkan teladan toleransi kepada masing-masing umat. Jika para pemuka agama-agama ini menunjukkan keharmonisan, bekerjasama dalam kemanusiaan, maka umat pasti akan ikut.


Toleransi bagi saya, sudah menjadi bagian dari kehidupan saya sendiri. Keyakinan keluarga kami begitu beragam. Generasi kakek dari ibu saya, dulu, ada yang menganut kepercayaan tertentu. Namanya Tudolo. Ini agama leluhur dari Tana Toraja.

Namun iman terhadap Islam dianugerahkan kepada Kakek saya, Drs Dahlan Kondolele. Dia sejak kecil memang dirawat oleh keluarga muslim, dan setelah baligh memutuskan memeluk Islam. Kakek kemudian aktif di Muhammadiyah dan sempat menjadi Dekan Sospol, Universitas Muhammadiyah.

Keputusannya untuk masuk Islam, didukung oleh dua saudaranya yang lain. Mereka hidup dengan rukun hingga akhir hayatnya. Harmonisasi yang ditunjukkan para kakek kami inilah yang menjadi teladan sifat toleransi dalam keluarga. Bahwa agama, adalah sesuatu yang tidak patut dipertentangkan. Tapi bisa didialogkan.

Mungkin jika melihat sekilas dari cara saya berhijab, orang bisa saja memvonis saya bagian dari Islam garis keras. Padahal cara berhijab ini, adalah hasil dari pemahaman saya tentang adab berbusana seorang muslimah. Saya pun memiliki jaringan pertemanan dengan aktivis atau muballig dari berbagai mazhab. Bagi saya, mazhab adalah urusan pribadi dan tidak boleh dipaksakan kepada yang berbeda mazhab.

Saya ingat, usai pertemuan dengan para pendeta itu, seorang suster mendatangi saya. Dia menepuk pundak saya dan mengatakan sesuatu. Yang saya ingat, "Orang yang selalu berada dalam kebenaran, maka dia akan terus naik dan tak akan turun."

Saya tidak tahu apakah itu ayat dari Injil yang dikutip oleh suster itu, ataukah falsafah orang berilmu. Tapi kalimat itu sangat bijak. Jadi saya mencarinya di internet. Ternyata, itu ayat Injil.

"Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." (Ulangan 28:13 TB).

Dalam Islam, Allah Swt mengangkat derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu. Dengan iman dan ilmu, tentu lah kebenaran akan bersamanya.

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah : 11).

Selain iman dan ilmu, derajat kedudukan muslim juga akan diperkuat jika dia menjadi penolong agama Allah. Salah satu golongan yang menolong agama Allah adalah mereka yang konsisten menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-harinya, baik untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya.

Tulisan ini saya tutup dengan mengutip ayat 7, Surah Muhammad. "Wahai orang yang beriman. Jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version