Di Sisi Palestina

  • Bagikan

Oleh: Dr Hj Erna Taufan Rasyid
(Ketua DPD Partai Golkar Parepare)

Ketika tentara Namrud menyalakan api untuk membakar Nabi Ibrahim, seekor pipit nampak sibuk bolak-balik dari oase ke lokasi pembakaran. Dari paruhnya yang mungil, dia menjatuhkan beberapa tetes air di tengah api yang mulai berkobar, lalu kembali lagi ke oase untuk mengambil air.

Aktivitasnya ini menimbulkan cemoohan dari burung lainnya. Bagaimana bisa tetesan air itu akan memadamkan kobaran api sebesar bukit. Tapi Pipit tak mau mendengar. Dia terus menjalankan tekadnya.

Hingga seekor burung Gagak berteriak dengan nada mengejeknya. Dan menyerunya bahwa perbuatannya sia-sia. Pipit dengan nafas yang tersengal berhenti di hadapan Gagak. Dia dengan lantang menegaskan, apa yang dilakukannya saat ini adalah bentuk keberpihakannya kepada kebenaran, dan rasa tanggungjawabnya atas kondisi Nabiyullah Ibrahim As.

Hikayat dari burung kecil ini mengandung hikmah yang besar. Pipit tidaklah bodoh. Dia sadar tetesan air yang dibawahnya tidak akan bisa memadamkan kobaran api yang menyelimuti tubuh Ibrahim As. Tapi dia menunjukkan di sisi mana dirinya berpihak. Di sisi kebenaran, seperti katanya.

Begitu pula ketika kita bicara soal Gaza. Yang hampir sebulan ini terus dibombardir oleh jet-jet tempur zionis Israel. Data terakhir menunjukkan, sudah lebih 8.000 warga sipil tewas. Lebih 3.000 di antaranya adalah anak-anak. 2000 lebih perempuan dan Lansia.

Kita tidak perlu bingung mengapa Hamas mengaktifkan operasi militer Badai Suci, dan mengakibatkan Israel menyerang Gaza secara membabi-buta. Jangan pernah lupakan, Zionis Israel lah selama beberapa dekade ini menjajah, mengusir penduduk Palestina, mengambil rumah dan tanahnya, lalu membunuh mereka. Tidak ada kata yang pantas kita sandangkan kepada entitas Zionis ini selain; biadab.

Kebiadaban dan penjajahan inilah yang membuat Pemerintah Republik Indonesia, tidak akan pernah mengakui kedaulatan Israel. Karena itu sama saja membenarkan penjajahan. Membenarkan kebatilan. Indonesia, dalam kebijakan politik luar negerinya, akan selalu berada di sisi rakyat Palestina.

Sikap negara kita, rasa-rasanya masih lebih baik dibandingkan negara berpenduduk muslim lainnya yang membuka kedutaan Israel. Yordania, Mesir dan Turki, misalnya. Membuka kedutaan besar berarti mengakui kedaulatan negara tersebut.

Terakhir, di penghujung Pemerintahan Donald Trump, Israel menawarkan persahabatan kepada negara-negara muslim lainnya. Mereka mengincar Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan negara-negara di jazirah Timur Tengah yang juga berstatus Petro Dollar.

Jangan melihat masalah ini sebagai masalah agama. Karena di Gaza, Muslim dan Kristiani bahu-membahu mempertahankan tanah airnya. Bahkan sebagian umat Yahudi (selain ultrakonservatif) sudah muak dengan ulah Zionis yang sangat apartheid.

Palestina adalah tanah suci bagi tiga agama Samawi; Islam, Kristen dan Yahudi. Sekitar 80 tahun lalu, tiga umat Ibrahimiyah ini begitu akur dalam beribadah. Muslim beribadah di Masjid Suci Al Aqsa. Kristen merenungkan napak tilas Al Masih Isa, dan Yahudi di tembok ratapan. Di luar kompleks Al Aqsa, ada kegiatan perniagaan yang ramai.

Namun semuanya itu sisa kenangan. Keserakahan lah yang menghancurkan keharmonisan ketiga agama langit ini. Minyak ditemukan di Timur Tengah. Pipa-pipa raksasa dibangun melintasi beberapa negara. Puluhan ribu kilometer. Hingga masuk ke benua Eropa.

Kapitalisasi minyak ini melibatkan politik dan rancangan ekonomi yang begitu rumit. Intervensi militer pun dilakukan untuk menaklukkan negara-negara yang tidak ingin minyaknya dikuasai oleh pihak asing. Maka Irak, Suriah, Yaman, hingga Libya pun dibuat hancur lebur.

Persoalan Palestina tidaklah berdiri sendiri. Dia masuk dalam pusaran geopolitik di Timur Tengah. Apalagi sekarang, beberapa negara mulai menunjukkan dukungan militernya. Di sisi Palestina ada Iran, Irak, Yaman, Suriah dan Lebanon. Sementara di sisi Israel, ada AS dan NATO. Dua kekuatan dunia terbesar, Rusia dan China, nampaknya masih berusaha agar ada gencatan senjata. Agar korban sipil tidak jatuh lebih banyak lagi.

Kita tidak tahu mengapa Tuhan sampai saat ini belum menjawab doa-doa dari seluruh penjuru dunia, agar derita rakyat Palestina segera berakhir. Yang jelas, Tuhan tidak akan pernah zalim terhadap hambanya.

Seperti cerita burung pipit pada mukjizat Nabi Ibrahim As di atas, kita hanya perlu menampakkan di sisi mana kita berada. Di sisi kebenaran tentunya. Kita sebagai umat Islam yang meyakini kebenaran Alquran, sisa menunggu janji Allah Swt tentang Israel, yang diwahyukan dalam Surah Al Isra : 4 - 7.

"Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, "Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar."

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (*)

Editor: PARE POS
  • Bagikan

Exit mobile version