MAKASSAR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- United Nations Children's Fund (UNICEF) menggelar roadshow di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada 6-8 November 2023.
Hal ini bentuk dukungan UNICEF untuk kampanyekan kesadaran nasional akan wasting di tahun 2023, yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan.
Roadshow dengan tema “Ayo, Cegah & Obati Wasting Biar Ga Stunting!” ini diselenggarakan di Aula Tudang Sipulu, Rujab Gubernur Sulsel, Makassar.
Khusus di Kota Makassar, UNICEF menghadirkan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan wasting, termasuk upaya pencegahan, deteksi dini dan tata laksana bila pencegahan gagal.
Kegiatan ini dilaksanakan bersama Kementerian Kesehatan, Kantor Staff Presiden (KSP), pemangku kepentingan di Sulsel, seperti TP-PKK dan Bunda PAUD, Jenewa Madani, dan ICONS Unhas sebagai Pusat Unggulan Regional Pencegahan, Deteksi Dini dan Tata laksana Wasting di Sulsel.
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja mengatakan Sulsel dipilih sebagai lokasi pelaksanaan karena terdapat kantor perwakilan di Sulsel.
“Jadi program ini telah dilaksanakan UNICEF sejak tahun 2021, awalnya berfokus pada penanganan stunting, dan sekarang dikembangkan ke penanganan wasting," kata Henky kepada Parepos, Senin (06/11/2023).
Kata Henky, di Sulsel ada peningkatan kasus wasting berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 diperkirakan ada sekitar 50.000 anak yang mengalami wasting.
Kata dia, penanganan wasting ini ada kaitannya dengan stunting. Jika bisa mencegah wasting, maka anak yang tumbuh dengan gizi yang bagus diharapkan dapat tumbuh menjadi orang tua dengan gizi yang baik dan punya kontribusi untuk mencegah lahirnya anak-anak stunting.
Selain itu, penanganan wasting di usia dini ini merupakan kelanjutan dari penanganan stunting. "Kalau stunting kan dicegah di 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari usia janin sampai umur 2 tahun. Dan ketika pemerintah bisa memberikan perhatian untuk penanganan wasting maka kami yakin bahwa gizi yang bagus itu akan diberikan dari masa lahir," jelasnya.
Di provinsi Sulsel ini, UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah, di mana kegiatan ini merupakan progam konvergensi yang melibatkan lintas wilayah dan lintas sektor.
"Jadi di lead oleh Pemprov Sulsel, turun sampai ke Kab/Kota dan tingkat desa, yang kerja sama dengan TP PPK," imbuhnya.
Dijelaskannya, bahwa untuk penanganan wasting di lintas sektor, semua dinas akan dilibatkan. Mulai dari dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas ketahanan pangan serta dinas pemberdayaan masyarakat desa. Kini, semuanya sudah terjadi proses konvergensinya.
Ia juga mengungkapkan bahwa sejauh ini UNICEF mendapat dukungan yang baik dari Pemprov Sulsel. "Kami sangat apresiasi atas inisiatif-inisiatif dari pemerintah. Apalagi program konvergensi ini merupakan program dari Pemprov. Jadi ada inisiatif pemerintah untuk memastikan ada konvergensi antar sektor dan wilayah di Sulsel untuk penanganan gizi. Baik itu wasting maupun stunting. Itu akan menjadi kunci bagi kami," terangnya.
Sementara Chief Nutrition UNICEF Indonesia, Mamadou Ndiaye mengatakan bahwa UNICEF mandatnya adalah menjangkau setiap anak. Artinya, tidak ada anak yang tertinggal apalagi dari kelompok-kelompok yang rentan.
Dilihat prevalensi secara nasional, angka stunting mungkin menurun tetapi harus diingat bahwa masih ada kelompok-kelompok rentan di bawah.
"Jika kita tidak menjangkaunya, mereka akan berisiko jatuh lebih jauh," ucap Mamadou.
Kata Mamadou, pendekatan yang dilakukan oleh UNICEF ada tiga di antaranya memastikan bahwa semua kebijakan yang ada terkait dengan penanganan gizi itu menjangkau sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Kemudian, memastikan bahwa layanan UNICEF itu berkualitas dan cakupannya juga luas sehingga masyarakat yang membutuhkan itu bisa mendapatkan.
Terakhir adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu wasting yang hubungannya dengan stunting. "Jadi kita tidak bisa menurunkan stunting jika wasting tidak bisa kita atasi," tandasnya.
Sekadar diketahui, satu dari 12 anak dibawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami wasting (terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya) dan satu dari lima mengalami stunting (terlalu pendek dibandingkan anak seusianya).
Wasting dan stunting pada anak balita mempunyai faktor risiko yang sama, dan bila anak mengalami salah satu masalah kekurangan gizi ini maka akan meningkatkan risiko mengalami masalah kekurangan gizi lainnya.
Wasting, khususnya gizi buruk memiliki risiko kematian tertinggi diantara berbagai jenis masalah gizi, dan risiko kematian semakin meningkat bila anak mengalami wasting dan stunting bersamaan, yaitu >12 lebih tinggi dibandingkan anak gizi baik.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan prevalensi wasting di Indonesia sebesar 7,7%, di mana angka ini meningkat dari hasil SSGI 2021 (7,1%).
Untuk prevalensi wasting di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari 7,8 pada tahun 2021 menjadi 8,3 pada tahun 2022. Lebih dari 70% kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai prevalensi wasting yang lebih tinggi dibandingkan angka nasional yakni 7.7%, di mana prevalensi wasting di 16 kabupaten masuk dalam kategori sedang (>5%) dan 4 kabupaten masuk dalam kategori tinggi (>10%) untuk masalah kesehatan masyarakat berdasarkan kategori dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). (min)