PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PAREPARE-- Mayjen TNI (Purn) H Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki belum sebulan menjadi Ketua Dewan Masjid Indonesia Sulsel. Dia pun langsung memetakan potensi sekaligus ancaman yang dihadapi masjid-masjid di seluruh Sulsel yang jumlahnya lebih 14.000. Dari banyak hal yang ditemukan, ada satu ancaman yang menjadi fokus perhatiannya, yakni regenerasi.
Andi Muhammad menjelaskan, saat ini, komposisi pengurus dan Takmir di masjid-masjid hampir seluruhnya orang paruh baya atau bahkan lanjut usia. Sementara anak muda jumlahnya amat sedikit.
"Minat anak muda untuk menjadi Takmir masjid ini yang harus ditumbuhkan. Tapi saya sadari ini bukan pekerjaan mudah. Kita harus cari solusi untuk mengatasi candu media sosial dan gaya hidup milenial yang menjauhkan mereka dari masjid," kata Andi Muhammad saat ditemui di Media Cafe Pare Pos, Sabtu, 18 November.
Menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggiatkan kaderisasi pada Prima (Perhimpunan Remaja Masjid) DMI. Di samping itu, DMI Sulsel juga harus menjalankan program-program yang bisa menarik perhatian generasi milenial agar beraktivitas di masjid.
Dewasa ini, masjid sudah harus meningkatkan fungsinya yang selama ini hanya difokuskan sebagai tempat beribadah. Di zaman Rasulullah Saw dan para sahabat setelahnya, masjid-masjid juga dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan sosial-ekonomi. Bahkan masjid menjadi pusat kehidupan masyarakat.
Namun di Sulsel, Mantan Panglima Divif 2/Kostrad ini mengaku sangat miris melihat suasana sebagian besar masjid. "Saya dan beberapa pengurus Shalat lima waktu dari masjid ke masjid. Ada masjid yang dari azan sampai selesai hanya satu orang. Paling banyak satu saf. Padahal di situ banyak penduduk. Kecintaan terhadap masjid ini yang harus kita tumbuhkan," jelasnya.
Yang membuatnya lebih miris adalah minimnya jamaah dari generasi milenial. Andi Muhammad bahkan pernah Shalat Zuhur di masjid pada salah satu perguruan tinggi Islam, di mana para mahasiswa dan mahasiswinya lebih banyak kongkow di sekitaran masjid.
"Saya selalu khawatir, jangan sampai kita ini akan menjadi pengurus dan takmir generasi terakhir. Aduh. Ini tidak bisa dibiarkan. Anak-anak kita harus ditarik perhatiannya ke masjid. Supaya mereka mencintai masjidnya dan kelak menggantikan kita mengurus kemakmuran masjid," paparnya.
Meski demikian, Andi Muhammad juga mengaku gembira melihat beberapa masjid yang sudah meningkatkan fungsinya sebagai tempat pendidikan. Masjid-masjid seperti ini biasanya lebih ramai dengan jamaah yang beragam, mulai dari lansia sampai pelajar.
Di Pinrang, bahkan ada masjid yang sudah memiliki koperasi dan usaha air mineral. Dia berharap akan semakin banyak masjid yang punya usaha yang tidak hanya menopang operasional masjid, tetapi juga mendongkrak perekonomian warga sekitar, khususnya warga yang kurang beruntung.
"Jangan bangga dengan banyaknya isi celengan. Tapi banggalah ketika masjid kita sudah bisa membantu orang-orang susah di sekitarnya. Cara ini juga ampuh untuk menarik perhatian orang-orang ke masjid," ucapnya.
Dia juga berpesan kepada pengurus dan takmir agar mengedepankan keikhlasan dalam merawat masjid di lingkungannya. "Saya sudah merasakan beragam nikmat sepanjang karir saya. Tapi tidak ada yang mengalahkan nikmatnya iman dan mengurus masjid. Karena itu, saya tidak akan pernah lelah mengurus masjid," ujarnya.
Ke depan, Andi Muhammad akan memastikan seluruh kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa sudah memiliki DMI secara kelembagaan. Dengan begitu, akan lebih mudah mengkoordinasikan peluang dan tantangan yang dihadapi tiap-tiap masjid.
Dia mengatakan, selain masjid raya dan masjid agung, masjid-masjid lainnya akan secara otomatis menjadi anggota DMI. "Sekarang pendataan terus berjalan. Masjid-masjid akan kita tata manajemen pengelolaannya. Begitu juga pengurus-pengurus dari desa hingga kabupaten, harus dipastikan jalan," tutupnya. (aha)