PINRANG,PAREPOS.FAJAR.CO.ID-- Pemerintah Kabupaten Pinrang masih perlu kerja keras untuk mengembalikan kejayaan produksi udang windu seperti tahun 1990 an. Sejumlah tantangan masih banyak dirasakan petani tambak.
Menurut pengakuan Ketua kelompok tani tambak di Lanrisang Zainuddin (56), kendala yang banyak dihadapi para petani diantaranya faktor cuaca yang saat ini tidak menentu. Baginya sulit memprediksi kondisi cuaca sekarang meski adanya dukungan teknologi. Faktor lain seperti kualitas air saluran juga menjadi penghambat pertumbuhan benih udang.
"Menurunnya mutu air saluran tambak disebabkan oleh muara saluran yang tidak normal," kata Zainuddin
Sama halnya disampaikan Ramli, menurunnya produksi udang windu disebabkan pola budidaya yang monoton.
Menurutnya, budidaya tambak perlu selingan dengan komoditas lain seperti ikan nila, bandeng dan udang vaname."Ikan nila itu sebaiknya dibudidayakan pada musim hujan dengan sistem campuran dengan udang windu" kata Ambo Pado panggilan lain Ramli.
Ambo Pado menambahkan produksi udang windu akan meningkat jika diawali dengan persiapan tambak yang sempurna dan penggunaan benih udang yang berkualitas.
Sebelumnya sejumlah program pemerintah telah disalurkan untuk mengembalikan kejayaan udang windu.
Melalui pemerintah provinsi Sulsel
program Pandawa 1.000. Pandawa-1000 merupakan inovasi pengembangan budidaya udang windu (penaeus monodon) berbasis kawasan (ecosystem approach to aquaculture) dan teknologi adaptif lokal pada areal seluas 1.011,6 ha di Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang.
Sejumlah bantuan sarana dan prasaran lain untuk memenuhi kebutuhan patani tambak sudah disalurkan.(*)