MAKASSAR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Hasrullah, berharap debat calon presiden (capres) episode berikutnya dapat lebih hidup dari debat-debat sebelumnya. Karenanya, kata dia, diperlukan kesiapan yang benar-benar matang dari masing-masing kandidat.
“Debat itu adalah panggung mengadu gagasan. Makanya, harus siap dengan bahan debat. Kalau sampai keteteran, itu bisa menurunkan citra yang bersangkutan. Apalagi ini disiarkan sejumlah televisi nasional dan ditonton jutaan rakyat,” ujar ketua Komisi Disiplin Fisip Unhas periode 2015-2018 ini kepada wartawan di Makassar, kemarin.
Hasrullah mengambil contoh pertanyaan soal kebijakan bidang pertahanan oleh dua calon presiden (capres), yakni, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kepada Prabowo Subianto dalam debat kedua pada 7 Januari lalu dan, hingga kini, masih jadi perbincangan. Prabowo disebut kurang menguasai data pertahanan. Padahal, dia adalah menteri pertahanan.
“Penilaian publik seperti itu sangat merugikan. Bisa menurunkan citra calon pemimpin negara tersebut,” tuturnya.
Karenanya, lanjut mantan staf khusus Menkumham ini, siapapun yang akan mengikuti debat nanti harus di-coaching terlebih dulu. Harus diuji sendiri oleh timnya.
“Kalau perlu undang pakar terbaik di bidangnya untuk menguji sebelum tampil di panggung yang sesungguhnya,” kata dia.
Soal serangan personal dalam debat, Hasrullah -- yang pernah menjadi staf Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini -- kembali menegaskan sikapnya yang kurang sependapat dengan istilah itu.
“Ya, namanya debat pastilah lawan akan cari dan buka kelemahan kita. Makanya, simulasi itu perlu. Agar kemungkinan-kemungkinan yang bakal muncul dalam debat sudah diantisipasi,” katanya.
Hasrullah mencontohkan pesawat tempur bekas yang dibeli Kementerian Pertahanan dan disoal oleh Ganjar dan Anies. Menurut dia, masalah tersebut sebelumnya sudah ramai di publik. Sehingga seharusnya sudah diantisipasi akan muncul dalam debat.
“Kalau data valid, data yang memang benar disiapkan, mudah menjawabnya. Waktu dua menit itu cukup,” tutur mantan Sekretaris Rektor Unhas ini.
Menurut Hasrullah, pertanyaan-pertanyaan tajam dalam debat itu justru harus dimunculkan. Dan, itu harus dilihat sebagai logika positif.
“Tidak boleh ada kata negatif kalau diserang. Pun tidak seharusnya ada kalimat yang tidak relevan dengan pertanyaan. Tapi, ya, itu juga bergantung kematangan emosional dan intelektual seseorang,” kata penulis buku Dendam Konflik Poso yang diterbitkan Gramedia ini.
Karenanya, Hasrullah lagi-lagi mengharapkan tim masing-masing calon benar-benar berperan, terutama memperbanyak simulasi. “Sekali lagi, ini menyangkut citra. Siaplah dengan bahan debat sebelum menuju panggung debat,” tandas dosen yang kerap menjadi pembicara dalam seminar, baik di daerah maupun nasional ini. (*)