MAROS, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Sebanyak dua Daya Tarik Wisata (DTW) yang berada di Destinasi Pariwisata Kabupaten Maros masuk ke dalam publikasi perjalanan terbesar di Dunia Lonely Planet.
Lonely Planet sendiri merupakan buku panduan perjalanan dan penerbit media digital yang dimiliki oleh media besar dunia BBC Worldwide yang berdiri sejak tahun 1973. Meski masih tahap penyempurnaan, dua DTW di Kabupaten Maros sendiri itu Taman Arkeologi Leang-leang dan Kawasan Wisata Alam (KWA) Bantimurung.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Pemerintah (Pemkab) Kabupaten Maros, M. Ferdiansyah mengungkapkan jika informasi tersebut sudah diketahui saat tim Lonely Planet melakukan observasi pengambilan data pada tahun 2023.
"Infonya kami dapat dari beberapa penggemar pariwisata di Maros, tapi kedatangan mereka tidak diketahui oleh pemerintah karena independensi dalam melakukan publikasi pariwisata," ujarnya Kamis 18 Januari 2023.
Ia pun menyambut baik publikasi yang dilakukan oleh Lonely Planet terhadap pariwisata yang berada di Kabupaten Maros. "Pastinya hal ini kita sambut baik, karena untuk dijadikan rekomendasi perjalanan dunia tidak mudah, butuh persiapan terbaik untuk memperlihatkan pariwisata kita ke seluruh dunia," beber Ferdiansyah.
Sementara itu terpisah, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Sulawesi Selatan, Didi L Manaba mengatakan jika masuknya Maros menjadi destinasi pariwisata dunia merupakan bonus dan hasil dari kerja stakeholder Pariwisata yang berada Maros.
"Jadi dengan masifnya orang melakukan kegiatan promosi, termasuk stakeholder di Maros kemudian menjadikan maros juga sebagai destinasi yang dilewati sebelum ke Toraja merupakan bonus. Bahwa maros ini sayang kalau tidak dikunjungi sebelum ke toraja" Jelasnya.
Efek dari masuknya Kawasan Geopark Maros Pangkep ke dalam UNESCO Global Geopark juga dikatakan Didi menjadi salah satu faktor ketertarikan dunia terhadap pariwisata di Kabupaten Maros.
"Maros tidak lepas dari keikutsertaannya menjadi destinasi geopark dunia, itukan menjadi sorotan dunia, bagaimanapun, itulah tindak lanjut dari geopark. Jadi bukan hanya dilihat dari sisi lingkungan, tetapi juga sebagai destinasi wisata. Jadi itu saya rasa bonus tambahan bagaimana Maros bisa menuai hasil daripada apa yang dilakukan selama ini," ungkapnya.
Ia pun mengemukakan jika dua daya tarik wisata itu sendiri memang merupakan tujuan yang saling melengkapi, dimana kedua daya tarik wisatanya memiliki karakter yang berbeda namun saling menyempurnakan.
"Leang-leang dan Bantimurung merupakan peninggalan sejarah dan bentangan alam, dan sejarah itu selalu menarik perhatian dunia, apalagi dikelola dengan baik, ini momentum bagus kalau ini yang dilirik dunia, maka fokuslah pembenahan di segala sektor termasuk infrastrukturnya. Yah jadi fokuslah kesitu, bahwa ternyata bantimurung lebih spesifik direkomendasikan di dunia," ungkap Didi.
Didi yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Alumni Poltekpar Makassar itu menambahkan jika banyak media publikasi pariwisata yang sudah lama tertarik terhadap Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan termasuk Lonely Planet.
"Itu adalah media publikasi dunia, saya tidak mau fokus Lonely Planet, ada TTG Asia, banyak media yang sering ikut di kancah pariwisata dunia membuat itu menjadi salah satu efek yang sangat bagus, bahwa kita tidak susah-susah promosi dan mahal sudah dilirik oleh media yang sudah lama berkecimpung di pariwisata," jelasnya.
Lonely Planet sendiri memberikan sebanyak 40 destinasi pilihan khususnya di Sulawesi Selatan, dari 40 rekomendasi, Toraja masih menjadi destinasi dengan daya tarik wisata terbanyak yang direkomendasikan. "Kalau destinasi utama di indonesia seperti Toraja itukan sudah lama dikenal dunia, jadi bukan hanya lonely planet, semua sudah lama melihat Toraja adalah destinasi utama di indonesia dan sudah mendunia, karena sejak tahun 70 hingga 80an sudah dikerjakan bagaimana toraja dimasuki wisatawan," beber Didi.
"Jadi tidak heran kalau lonely planet memasukkan itu ke dalam platformnya, tapi terkait dengan waktu sekarang kembali diupdate lagi, soal Toraja itu hal yang bagus karena lembaga sekelas Lonely Planet masih melihat Toraja sebagai potensi destinasi yang dikunjungi wisatawan dunia khususnya eropa," tutupnya. (*)