Oleh : Zulkifli Surahmat S Pd I, M Pd
Menjelang perhelatan akbar kontestasi pemilihan umum di 2024, selain menjadi berita gembira bagi masyarakat yang berdemokrasi perlu untuk diperhatikan dan menjadi konsentrasi bagi para pendidik dan orang tua terkait interaksi anak pada dunia usia dini dengan lingkungan sekitar.
Pendidikan politik pada anak memiliki peranan krusial dalam memberikan dasar pemahaman tentang sistem politik dan kewarganegaraan kepada anak-anak, sebagai persiapan mereka menjadi warga negara yang terinformasi dan bertanggung jawab di masa depan.
Kasus pertama, saya melakukan sebuah refleksi studi kasus pada anggota keluarga saya yang berumur 7 tahun. Di tengah perjalanan menuju ke tempat kerja si kecil bertanya, “Kenapa ada banyak gambar yang bertuliskan 2024? Apakah sekarang sudah berganti tahun?”. Saya menjawab, “Belum. Beberapa minggu lagi Nak.”
Pertanyaannya pun bertambah. “Lalu kenapa bertuliskan 2024?”. Saya merenung sejenak, dan berpikir panjang jawaban apa yang saya harus berikan. Ataukah saya harus mengatakan bahwa kontestasi politik itu bukan untuk anak kecil atau belum bisa memilih karena dia dianggap belum cukup dewasa untuk menentukan nasib bangsa ke depan.
Tetapi bagaimana dengan Lansia yang sudah berumur dan penyandang disabilitas tetap bisa menentukan nasib bangsa ke depannya dengan pilihannya ini sedikit kontradiksi dengan pemikiran saya. Lalu otoritas siapakah yang bertanggung jawab untuk menyampaikan materi politik dengan bahasa dan pendekatan yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak?
Kasus kedua, seorang cucu calon legislatif yang juga berumur 5 tahun. Memiliki perasaan aneh ketika tiba-tiba foto neneknya terpajang di berbagai tempat. Ketika saya tanya, neneknya mau jadi apa? Si kecil bilang mau jadi artis. Katanya karena foto neneknya terpajang di mana-mana. Sungguh jawaban yang sangat tidak terduga dan memberi dimensi baru bagi saya.
Pendidikan politik di sekolah bertujuan untuk memperkenalkan konsep politik secara sederhana dan relevan dengan kehidupan anak-anak. Melalui pendidikan politik, anak-anak dapat belajar tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, prinsip dasar demokrasi, pengambilan keputusan politik, dan bagaimana mereka dapat berpartisipasi dalam proses politik dengan cara yang positif.
Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, anak-anak saat ini terpapar dengan berbagai informasi politik dari berbagai sumber. Namun, informasi yang diterima tanpa panduan yang tepat dapat menyebabkan pemahaman yang salah atau tidak lengkap tentang politik. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan politik di sekolah untuk memberikan landasan pengetahuan politik yang akurat dan seimbang kepada anak-anak.
Selanjutnya, lemahnya pengetahuan politik pada orang tua dan guru sehingga lemahnya transfer pendidikan politik pada anak, sehingga hal ini dapat menyebabkan politik menjadi hal yang tabuh bagi anak. Karena ketidakmampuan orang terdekat dalam memberikan penjelasan yang cukup dan memadai pada anak.
Sheldon S. Wolin (1960) dalam teori pembentukan identitas politiknya menyatakan bahwa “Pengalaman politik awal membentuk karakter dan kualitas pengalaman politik dan keterlibatan seseorang di masa depan.”. Dengan pemahaman tersebut, menjadi semakin jelas bahwa pendidikan politik di tingkat sekolah dasar bukan hanya sekadar penting, melainkan suatu keharusan.
Melalui pendidikan politik ini, kita dapat membentuk identitas politik yang kokoh pada anak-anak sejak usia dini. Ini bukan hanya tentang memberikan pengetahuan tentang struktur pemerintahan atau proses pemilihan umum, tetapi juga tentang mengembangkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai demokrasi, partisipasi aktif, dan tanggung jawab sebagai warga negara.
Dengan demikian, pendidikan politik di sekolah dasar bukan hanya menjadi alat untuk menyampaikan fakta, tetapi juga untuk membentuk dasar yang kuat bagi keterlibatan politik yang berarti dan bertanggung jawab di masa depan. (**)