Oleh : Hj Dr Erna Rasyid Taufan
(Ketua DPD Partai Golkar Parepare)
BANYAK yang berkeyakinan, amal atau perbuatan kita, baik atau buruk, biasanya akan dibalas kontan ketika berhaji atau berumrah di tanah suci. Kita mungkin sudah sering mendengar kisah atau cerita-cerita yang menakjubkan dari pengalaman orang yang haji atau umrah di Makkah, atau Madinah.
Nah, saya mengalami kejadian seperti itu.
Pada Kamis akhir pekan lalu, saat hendak menziarahi Makam Agung Nabi Muhammad Saw di Masjid Nabawi, saya bersama putri kami, Amartiwi, didekati oleh beberapa orang Askar. Mereka kemudian menyodorkan kursi roda yang diduduki perempuan renta. Saya dan Tiwi paham. Askar meminta kami untuk membawa serta perempuan tua itu berziarah kepada Nabi Muhammad Saw.
Dari wajah dan posturnya, saya menebak dia dari India. Semoga bisa berbahasa Inggris. Mengingat warga India rerata bisa berbahasa Inggris. Namun ternyata, asalnya dari Pakistan. Bahasanya Urdu. Tidak satu kosa katapun saya tahu.
Saya melihat Tiwi kurang senang karena terpaksa membawa orang asing. Selain tidak bisa berbahasa Inggris, perempuan tua itu ternyata masih bisa berdiri. Bahkan berjalan sebentar mengambil beberapa gambar dengan ponselnya. Setelah itu duduk manis menunggu didorong oleh orang asing yang baru saja dikenalnya.
Ketidaksenangan Tiwi bisa saya pahami. Namun saya membujuknya dan menyampaikan, setiap peristiwa yang kita alami, akan selalu ada hikmahnya. Bisa saja kita tidak suka dengan sebuah kejadian, tapi itu baik untuk kita. Begitu pula sebaliknya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Belum lima menit setelah itu, tiba-tiba ada Askar mengarahkan kami ke antrean lain. Padahal tadinya kami antre di jalur yang sangat padat. Di antrean baru ini sepertinya jalur khusus. Sangat sedikit orang dan kita bisa berjalan masuk dengan lancar.
Kami pun sampai ke Raudah dengan sangat mudah. Saya mengingatkan Tiwi supaya beribadah semaksimal mungkin di sini, karena Raudah merupakan salah satu tempat yang paling mulia. Kemuliaannya sampai dikatakan apapun yang kita doakan, Insya Allah dikabulkan.
Saya memanfaatkannya untuk Shalat Taubat, Shalat Hajat, Shalat Dhuha lalu berdoa. Tak terasa, kami sudah hampir setengah jam di dalam Raudah. Saya langsung kaget dan tersadar. Bukankah, sebelum-sebelumnya waktu ibadah kita selalu dibatasi di Raudah. Bahkan sempat dua rakaat dan berdoa saja sudah sangat beruntung. Saya melihat sekeliling, tidak ada petugas yang datang mengingatkan.
Andaikan tidak mengingat bahwa di luar sana masih ada ribuan jamaah yang mengantre, saya masih ingin sekali tinggal. Sekadar merasakan kehadiran Nabi Muhammad Saw di dekat kami. Siapa yang tidak mau merasakan kedekatan dengan Rasulullah? Secara fisik maupun mistis. Namun kami sadar, ada begitu banyak orang yang ingin melepaskan kerinduan terhadap Rasulnya. Kami pun pamit dan menyampaikan salam perpisahan.
Saya melihat raut wajah Tiwi sudah lebih ceria. Dia barangkali merasakan kebahagiaan yang saya rasakan di dalam Raudah tadi. Kami keluar dari pintu lain. Tentu saja bersama Ibu dari Pakistan tadi. Tiwi langsung bertanya, bagaimana dengan Ibu Pakistan ini? Apakah kita harus kembali ke pintu masuk dan menyerahkannya lagi kepada Askar?
Saya sempat bingung dan berpikir-pikir. Tidak lama, seorang pemuda datang menghampiri kami. Dia mengaku sebagai anak ibu tersebut. Saya bertanya kepada ibu itu dalam bahasa Inggris campur isyarat, benarkah pemuda itu putra Anda? Dia meyakinkan pemuda itu putranya. Kami pun meninggalkan ibu dan anak itu.
Kisah yang tersaji kepada pembaca ini sebetulnya akan saya beri judul bagaimana meraih hikmah di balik setiap peristiwa. Ketika usia sudah setengah abad, kita akan menyadari rentetan atau rangkaian peristiwa pasti selalu ada hikmah di baliknya. Entah itu peristiwa menyenangkan atau menjengkelkan. Baik atau buruk.
Akan ada saat kita diberikan beban. Kita barangkali tidak menyukainya. Bahkan tidak mau menerimanya. Namun jika kita menerima, menjalani dan bersabar, pasti Tuhan akan memperlihatkan hikmah di balik peristiwa yang ditimpakan kepada kita.
"Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambilnya sebagai pelajaran." (QS : Al Baqarah : 269).
Insya Allah pada kesempatan selanjutnya, kami akan menulis tentang tema hikmah ini. (*)