BOGOR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan selesai menyelenggarakan Pendidikan Kader Pemuda Bela Negara Kemenpora RI tahun 2024, Senin tanggal 20 Mei 2024.
Bertindak sebagai inspektur upacara penutupan, Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora RI, Prof Dr M Asrorun Ni’am Sholeh, dihadiri Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI G Eko Sunarto, perwakilan Ropeg Setjen Kemhan, perwakilan Set Badiklat Kemhan, perwakilan Pusdiklat Badiklat Kemhan, dan undangan lainnya.
Sambutan Menteri Pemuda dan Olah Raga yang dibacakan Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora RI menyampaikan, selama ini banyak kalangan menganggap bahwa bela negara merupakan dominasi sektoral pertahanan keamanan semata. Padahal, perkembangan bentuk dan wujud ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara semakin bersifat lintas sektoral yang tidak dapat diatasi melalui pendekatan pertahanan keamanan semata.
Mulai dari manipulasi ajaran agama dan radikalisme yang menodai kehidupan demokrasi, liberalisasi ekonomi, ketergantungan terhadap teknologi, pelunturan esensi kebudayaan bangsa, hingga yang mendampak kesiapan pertahanan keamanan nasional.
Pendidikan Kader Pemuda Bela Negara tidak hanya diharapkan untuk dapat membobol stigma bela negara yang dominan sektoral pertahanan keamanan. Pendidikan kader pemuda bela negara ini diharapkan mampu menjadikan pemuda sebagai agen pemberantasan bahaya laten ego sektoral agar dapat benar-benar menangkal beragam ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara yang semakin bersifat lintas sektoral.
Pada praktiknya kelak, kesadaran akan pentingnya kerja sama sektoral akan memerlukan keterpaduan dan keselarasan yang utuh dengan segenap rakyat Indonesia sebagai faktor dominan yang utama dalam bela negara.
"Di sinilah makna sesungguhnya dari hasil Pendidikan Kader Pemuda Bela Negara.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kedaulatan rakyat bukanlah semata rakyat secara fisik yang berhak atas pelayanan publik dari negara. Kedaulatan rakyat juga merupakan manifestasi dari kemerdekaan untuk menentukan nasib sendiri yang dapat dilihat antara lain dari beragam kebijakan nasional yang mengatur jalannya negara dan kelembagaan negara," ujarnya,
Oleh karena, tambahnya Menpora, dalam tahapan pendidikan, para kader pemuda bela negara diberikan pula pendidikan soft skill dalam kurikulum bela megara non fisik, yang diharapkan dapat menjadi bekal di kemudian hari, ketika terjun di masyarakat.
"Dan untuk kepentingan ini pula kita mengundang para pakar dan pelaku di bidangnya masing-masing, sehingga para peserta akan mampu melakukan ATM (amati, tiru dan modifikasi), atas apa yang dilihat, didengar dan dipelajari, selama pedidikan.
Dikatakan, kader bela negara adalah generasi bangsa yang beretika dan berintegritas, dengan demikian akan menjadi sendi- sendi pengawal kebijakan negara yang merupakan manifestasi kedaulatan rakyat, yang akan mengokohkan upaya bela negara, akan mengantarkan dan mengawal pencapaian visi pembangunan nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya secara material dan spiritual.
"Yang secara seimbang, mampu mewujudkan manusia paripurna dengan segenap keutuhan potensinya, kiranya PKPBN ini juga dapat menjadi salah satu solusi untuk menghadapi tantangan yang kompleks pada masa yang akan datang," tandasnya.
Menpora berharap, tingkatkan terus keahlian dan keterampilan seperti kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Pemerintahan Republik Indonesia telah membuka luas partisipasi pemuda- pemudi generasi muda Indonesia, seiring sejalan mewujudkan harapan masa depan Indonesia bersama-sama.
Inklusifitas dalam ekosistem kolaborasi lintas generasi telah membangun optimisme kolektif bahwa sekarang para pemuda-pemudi mendapatkan tempat terhormat di dalam pembangunan nasional, posisi Indonesia memang sedang berproses menyelesaikan persoalan korupsi, kemiskinan, pengangguran, narkoba, pornografi, hoaks, ujaran kebencian serta sejumlah problem bangsa lainnya.
"Tetapi semua itu bukan menjadi alasan bagi para pemuda untuk berhenti melaju menuju Indonesia maju dan menciptakan masyarakat adil dan makmur. Di sisi lain, perkembangan teknologi terkini dan arus informasi yang semakin cepat membuat kesenjangan penguasaan terhadap teknologi dan informasi antar generasi," katanya. (*)