TANJUNG SELOR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Pria tak dikenal dicurigai akan berbuat kriminal di wilayah Tanjung Palas Timur. Ia diamankan warga, lalu dibawa ke kantor kepolisian sektor (polsek) setempat. Ketika diperiksa, dia bertingkah aneh. Bicaranya ngalor ngidul (pembicaraan tak terarah).
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tanjung Palas Timur, Iptu H Firman Arifai, curiga pria itu ada masalah kejiwaan. Bersama anggotanya, Firman menelusuri rekam keberadaan pria itu di wilayah hukumnya. Ternyata, perantau.
Bermodal kartu tanda penduduk (KTP) yang ditemukan di dompet pria itu, Firman berkoordinasi dengan pengurus paguyuban asal pria itu yang ada di Tanjung Selor. Tapi, tak ada yang mengenal. Firman tak tinggal diam. Dengan tetap bekerja sama dengan pengurus paguyuban tadi, Firman menelusuri keluarga pria itu di daerah tempat lahir yang tercantum di KTP. Dalam tempo tak lebih dari 24 jam, nama dan nomor kontak keluarga di kampung asal pria itu berhasil ditemukan.
Ternyata benar. Pria itu memang pernah mengalami kelainan jiwa. Keluarga mengirimkan riwayat medis yang bersangkutan. Kata keluarganya, penyakitnya tidak terlalu parah. Sepanjang rutin minum obat, akan terlihat normal saja. Makanya, dia berangkat ke Kalimantan Utara (Kaltara) dan disebut pernah bekerja di salah satu perusahaan.
Bisa jadi, saat itu obatnya habis. Lalu, penyakitnya kambuh dan berulah. Sebab, saat dicek di polsek, sama sekali tidak ada obat ditemukan. Menurut keluarganya, yang bersangkutan pernah dikirimkan obat untuk stok satu bulan. Dititip sama seseorang. Tapi, alamatnya tidak ditemukan.
Firman memutuskan menginapkan pria itu di kantornya, Polsek Tanjung Palas Timur. Diinapkan untuk dirawat, sekaligus mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terhadap warga sekitar. Berdasar rekam medis dan kopian resep obat yang dikirim keluarga pria itu via whatsapp, Firman berkoodinasi dengan dokter setempat, terkait kelanjutan obat yang bersangkutan. Koordinasi diperlukan karena obatnya tergolong obat keras. Tidak dijual bebas. Hanya boleh dikeluarkan jika ada resep dokter.
Semula Firman berpikir membawa yang bersangkutan ke rumah sakit jiwa. Namun, melihat kondisinya membaik setelah mengonsumsi obat, Firman mempertimbangkan ulang opsi ke rumah sakit jiwa itu. Dia terus berkoordinasi dengan pengurus paguyuban daerah asal pria itu terkait perkembangan teranyar. Termasuk mengirimkan foto-foto aktivitas pria itu. Salah satunya, ketika santap siang bersama personel polsek.
Selama diinapkan di Polsek Tanjung Palas Timur, Firman mengontrol ketat obat yang bersangkutan. Ia harus memastikan sendiri apakah obat yang diberikan itu benar-beanar sudah dikonsumsi sesuai jadwal dan dosis. Termasuk memperhatikan menu dan jadwal makan.
Tak kurang dari 10 hari, Firman dan anggotanya di Polsek Tanjung Palas Timur menjaga dan merawat pria tersebut. Obat dibelikan, makanan disiapkan. Kondisi mental pria tadi menjadi stabil. Bicaranya tak lagi ngawur. Sudah tertata. Mandi dan berpakaian lagi secara normal.
Melihat perkembangan positif kondisi kejiwaannya, pengurus paguyuban dan keluarga menyepakati memulangkan pria itu ke daerah asal. Firman setuju dengan catatan: ada yang mendampingi.
Masalahnya adalah: siapa yang akan mendampingi? Kalau berharap keluarganya menjemput, butuh biaya besar. Untuk sampai ke Tanjung Selor saja, pihak keluarga harus mengeluarkan biaya tiket pesawat minimal Rp 8 juta pergi-pulang per orang. Belum lagi biaya lain-lainnya.
Beruntung ada salah seorang pengurus organisasi paguyuban asal pria itu yang bersedia “mengawal” kepulangannya. Kebetulan yang bersangkutan juga mau “tengok kampung” dan cukup mengetahui wilayah tempat tinggal keluarga pria itu.
Senin (25/6/2024), pria tersebut diantar ke Tanjung Selor. Nginap satu malam. Lalu, Selasa (26/6/2024) -- dengan didampingi salah seorang pengurus organisasi paguyuban-- menuju Tarakan menggunakan speedboat dan selanjutnya ke Bandara Juwata untuk diterbangkan ke daerah asalnya. Firman sendiri ikut membantu biaya pemulangan.
“Assalamu’alaikum Wr Wb. Keluarga sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan saudara-saudara di perantauan. Semoga diberi kesehatan yang baik dan rezeki melimpah. Salam dari kedua orangtua untuk Pak Kapolsek (Iptu Firman Arifai, Red). Terima kasih banyak atas bantuannya. Semoga Allah membalas kebaikannya,” begitu pesan dari sang pengantar via grup WA paguyubannya, sesaat setelah menyerahkan pria itu kepada keluarganya sekitar pukul 24:00 Wita, kemarin.
Kapolsek Tanjung Palas Timur, Firman Arifai, juga berterima kasih kepada pengurus organisasi paguyuban daerah asal pria tadi yang secara aktif membantu proses pemulangan yang bersangkutan.
“Di perantauan, kesulitan-kesulitan seperti itu tidak menutup kemungkinan kita mengalaminya dan keluarga di kampung tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saudara-saudara di perantauan yang bisa berbagi dan menyelesaikan. Itulah salah satu tujuan dibentuknya organisasi paguyuban. Membantu jika ada warga di rantau perlu bantuan,” tutur Firman.
“Terima kasih semuanya yang telah memberikan support tenaga, materi, dan doa sehingga kita berhasil mengantarkan saudara kita yang mendapat masalah di perantauan, kembali berkumpul dengan keluarganya di kampung,” tandas Firman. (*)