PAREPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dan kebijakan publik dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik (PKPK) Saiful, Sabtu, 10 Agustus, menilai Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas berkontribusi menurunkan produksi pertanian sejak 2020.
Dari data yang ada, selama periode tersebut, proyek-proyek Andreas di Kementerian Pertanian (Kementan) tidak membuahkan hasil bahkan gagal total.
Salah satu contohnya di tahun 2017, kata Saiful, Kementan meminta pertanggungjawaban Andreas atas kegagalannya saat bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Kementerian Pertanian (Kementan) dalam rangka pemuliaan varietas dan produksi benih padi.
Ceritanya bermula pada 2017, saat Dwi Andreas yang menjabat sebagai Ketua AB2TI mengadakan kerjasama proyek dengan BB Padi Kementan dalam rangka pemuliaan varietas dan produksi benih padi.
Saat itu, Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BB Padi Kementan, Suprihanto membeberkan kerjasama yang akhirnya dihentikan, karena tidak sesuai dengan tujuannya, yaitu melepas varietas padi milik AB2TI yang bersifat spesifik lokasi, berdaya hasil tinggi dan layak diusulkan untuk dilepas menjadi varietas unggul nasional. Kegiatan tersebut direncanakan berlangsung selama tiga tahun sampai 2019.
Pembatalan kerjasama dengan AB2TI itu, karena mereka mengabaikan beberapa tahapan pelepasan varietas. Pembatalan tersebut berdasarkan hasil evaluasi akhir tahun 2017, menunjukkan AB2TI tidak memahami prosedur dan kaidah standar pelepasan varietas. Ditemukan beberapa hal yang menyalahi prosedur baku.
"Yaitu diabaikannya beberapa tahapan pelepasan varietas, sehingga dapat berdampak pada kualitas hasil,” jelas Saiful mengutip Suprihanto yang memberi keterangan di Kantor BB Padi, Subang, Jawa Barat, Senin (5/11/2018) waktu itu.
Padahal, sambung Suprihanto, menyiapkan varietas benih tidak boleh asal-asalan.
Tetapi harus ketat melalui proses seleksi, sehingga hasilnya memenuhi standar pelepasan varietas yang berlaku di Indonesia.
"Ini kan pekerjaan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kami nilai sebagai proyek gagal dan terpaksa dihentikan di tengah jalan, proyek ini berpotensi berdampak masalah Hukum,” ujar Suprihanto.
Menanggapi tudingan Dwi Andreas dan gagalnya proyek Andreas tersebut, Saiful justru balik bertanya dan menuding Andreas sebagai biang kerok.
"Artinya tudingan ini justru menunjuk dirinya sendiri. Karena di sepanjang periode tersebut, Andreas terlibat langsung dalam kontrak kerjasama dengan Kementan.
“Tidak berhenti di situ, pada tahun 2022 Andreas juga meneken kontrak senilai Rp5 miliar lebih untuk pemetaan komoditas hortikultura bersama Dirjen Hortikultura Kementan,” tambah Saiful
Di tahun 2023, Andreas kembali berhasil meneken kontrak untuk proyek Swakelola Pengembangan Lahan Pertanian Produktif bersama Direktorat Perlindungan dan Penyediaan Lahan Kementan.
"Nah, inilah yang saya sebut menunjuk diri sendiri atas tudingannya sendiri. Dan itu sangat tidak bertanggungjawab. Apalagi dia membawa-bawa dalih ilmiah dan rasionalitas. Ini yang sangat lucu bagi saya," ujar dia.
Saiful mengatakan, dengan mengungkap berbagai dokumen terkait sepak terjangnya di sektor pertanian, model kritik Andreas ini merupakan motif seorang pencari kerja yang bersembunyi di balik kata-kata ilmiah.
"Ini kan motif lama, bagaimana melemparkan kritik dengan tujuan mendapat proyek. Memanfaatkan kepakaran untuk mendapatkan keuntungan," kata Saiful.
Saiful tak ingin berkomentar banyak terkait apa motif di balik tudingan Andreas ini. Namun dia mengatakan bahwa dalam mengejar sebuah proyek, siapa pun dia, salah satu jurus yang lazim dipakai adalah melakukan kritik agar dilirik.
"Ya itu biasalah bagi para pengejar proyek-proyek besar di lembaga pemerintahan. Dengan terlibatnya Andreas dalam begitu banyak proyek Kementan, secara langsung menjadi alat ukur bagaimana kerja Andreas yang setelah dievaluasi tidak berkontribusi apa-apa, malah dihentikan," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Kementan Arief Cahyono menegaskan apa yang dilakukan Andreas tidak berdampak signifikan bagi kinerja Kementan dalam upayanya mencapai target swasembada. Hal ini dibuktikan dari keberhasilan Kementan dalam swasembada beras di tahun 2017, 2019 dan 2020.
Dari data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), swasembada beras telah dicapai sejak tahun 2017 dan sudah tidak impor lagi. Di tahun 2018, Indonesia tetap surplus beras 2,85 juta ton tapi muncul kebijakan untuk mengimpor beras yang kemudian menimbulkan polemik. Saat itu, secara tegas Kemenran menolak keras adanya impor. Di tahun 2019 tercatat surplus beras mencapai 2.38 juta sehingga Indonesia kembali swasembada beras.
Diketahui, upaya pencapaian swasembada merupakan langkah simultan yang dilakukan Kementan. Kementan di tahun 2015 telah merehabilitasi jaringan irigasi tersier lebih dari 2,4 juta hektar, menyediakan lebih dari 80 ribu unit traktor dan benih padi 2,7 juta hektar, melakukan mekanisasi produksi serta menjaga stok pupuk subsidi yang memadai bagi petani.
Pembangunan pertanian juga tidak hanya mengurus beras akan tetapi sektor pertanian lain yang memiliki 460 komoditas dan harus dijaga siang malam. Menariknya, ekspor komoditas pertanian 2018 melejit hingga 29,7 persen.
Kementan terus mendorong transformasi pertanian dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Dengan modernisasi target peningkatan produksi hasil pertanian menjadi lebih visibel untuk diwujudkan.
Di sektor komoditas jagung, upaya pencapaian swasembada jagung dilakukan Kementan melalui Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi jagung dengan penanaman di lahan kering, integrasi jagung di lahan sawit dan lainnya. Selain itu dilakukan penanganan pasca panen serta membangun kemitraan antara petani dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT).
Tidak mengherankan karena kerja keras ini, di sektor produksi jagung, Kementan mampu membalikkan kondisi dari Indonesia sebagai negara pengimpor jagung menjadi negara pengekspor jagung hanya dalam kurun waktu 3 tahun.
Pencapaian kerja tersebut kemudian menuai kekaguman dunia internasional Termasuk FAO (Kundhafi Kadiresan) terhadap pembangunan pertanian Indonesia dan sangat mengapresiasi hasil kerja Kementerian Pertanian (Kementan) sinergi TNI, Penyuluh, Petani, dan seluruh pihak terkait.
Negara-negara anggota Food and Agriculture (FAO) atau Badan Pangan Internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dibuat terpukau oleh progresifnya laju pembangunan pertanian Indonesia.
Bahkan menurut Rektor IPB Arif Satria, gaya kerja yang radikal dari Amran , menjadikan pertanian Indonesia sangat dinamis dengan lompatan-lompatan positif.
Masalah inflasi juga dinilai sangat positif, Misalnya inflasi bahan makanan dari tahun 2014-2017 turun dari 10,57% menjadi hanya 1,26% yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah pertanian nasional.
Dalam skala internasional, FAO tahun 2019 menyebutkan bila Indonesia berhasil melakukan penurunan inflasi terbaik dari peringkat 3 dunia tertinggi, yakni 11,71 persen menjadi 15 dengan inflasi 1,26 persen.
Untuk nilai ekspor pertanian meningkat tajam sebesar 180 triliun (85,64%) di tahun 2014-2018. Sedangkan pada volume ekspor meningkat 13,9 juta ton (55,19%) dari tahun 2014-2018. Pada nilai investasi meningkat sangat tajam yakni 36,96 triliun (330,0%) di tahun 2014-2018.
Untuk di tahun 2024 ini, Arief Cahyono melanjutkan, program cepat dilakukan Kementan mulai membuahkan hasil yang pesat. Hanya dalam beberapa bulan, Kementan berhasil membalik keadaan khususnya dalam produksi jagung. Sebelumnya di awal tahun 2024 penyediaan kebutuhan jagung harus dipenuhi dari importasi hingga 500 ribu ton akibat produksi yang berkurang.
Namun sekarang sudah dilakukan ekspor jagung perdana dari Gorontalo dengan tujuan negara Filipina sebanyak 50 ribu ton senilai Rp209 miliar. Ini adalah titik balik produksi jagung Indonesia. Ekspor dilakukan oleh tiga perusahaan swasta, yaitu PT. Sentosa Utama Lestari dan PT. Gorontalo Pangan Lestari, masing-masing sebesar 13 ribu ton, serta PT. Seger Pangan Sejahtera sebesar 24 ribu ton. Selain ekspor jagung ke Filipina, Kementan juga melepas jagung dari Gorontalo ke Jakarta sebanyak 10 ribu ton dari total pengiriman periode Januari hingga Mei 2024 sebanyak 264 ribu ton.
Selain itu, berdasarkan data BPS sinyal positif akan terjadi kenaikan produksi terus menguat. Bahkan dalam Survei Kerangka Sampel Area (KSA) amatan Juni 2024, proyeksi jumlah produksi beras di Agustus dapat mencapai 2,66 juta ton dan pada September semakin meningkat menjadi 2,96 juta ton. Total produksi Agustus – September tahun ini mencapai 5,62 juta ton, meningkat 11,5 persen bila dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 5,04 juta ton. “Program langlah cepat pompanisasi dan perluasan areal tanam (PAT) yang digagas Kementan berdampak sangat baik,” tandas Arief. (*)