PAREPARE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Parepare menyerukan seluruh alumni HMI untuk tetap mengedepankan etika dan silaturahmi sebagai alumni menjelang pesta demokrasi. "Pilkada ini jangan kita saling mencederai hanya karena perbedaan, tetapi kalau bicara kader, tentu alummi hanya memilih figur yang punya background KAHMI," kata Wakil Ketua KAHMI Parepare, Muh Ali, dalam rapat pengurus KAHMI di Gazzas Kafe, Rabu 28 Agustus.
Ali meminta seluruh kader dan alumni HMI dapat berperan dan menjadi garda terdepan dalam mewujudkan demokrasi yang bermartabat di Kota Parepare, sehingga melahirkan pemimpin berkualitas dan berintegritas. "Jangan sampai kita menjadi penonton dan ketinggalan dengan lebel intelektualitas dengan mereka yang punya kepentingan di Parepare," kata mantan Ketua KNPI Parepare ini.
Sementara itu, Dewan Pakar KAHMI, Rahman Saleh menambahkan, di Pilkada walikota dukung mendukung sifatnya normatif saja, agar tidak mengundang perpecahan internal. Sebab dalam kontestasi, unsur bapernya menonjol daripada rasionalitas.
"Hanya penekanan kita tentu sebagai insan KAHMI mengutamakan sesama kader dan alumni, tapi semua terserah ke pribadi, meski diakui dukungan pribadi, menumbuhkan persaudaraan. Dukungan kita semua pada wilayah normatif, bukan secara kelembagaan," tegas mantan anggota DPRD Parepare ini.
Dari empat pasangan yang akan berkontestasi, ada tiga figur alumni HMI, yaitu Rahmat Sjamsu Alam, Taqyuddin Djabbar, H Muhammad Zaini. "Siapa-siapa yang naik kita datang beri ucapan selamat. Soal pilihan semua diserahkan personal ke anggota KAHMI ke mana," kata Rahman Saleh.
Ketua Andalusia Institut ini menegaskan, dari bakal calon, ada dua atau tiga alummi HMI. Namun persoalan siapa yang didukung sepenuhnya individu yang memilih apakah si A, B atau C. "Semua diserahkan pada hati nurani," tegasnya.
Tokoh senior KAHMI, Nurazis Talib menegaskan, secara kelembagaan KAHMI tidak merekomendasikan siapa figur, tapi secara personal KAHMI ada di mana-mana. "KAHMI hanya mematok kriteria umum, yaitu calon walikota dan calon wakil walikota yang memahami betul kondisi geografis dan mengedepankan kader dibandingkan yang lain. Kader yang dimaksud adalah kader yang memberi kontribusi bagi kemajuan organisasi," tegas mantan Kadispora Parepare ini.
Nurazis menambahkan, KAHMI tidak pernah ke mana-mana tapi selalu ada dimana-mana. Ia menegaskan, lebih elegan kalau KAHMI tidak terlibat dukung mendukung, karena semua calon dan pendukung adalah teman. "Kami persilakan para pendukung untuk memilih mana yang terbaik menurut personal masing-masing, tapi tidak boleh mendukung secara kelembagaan atas nama KAHMI, " tegasnya.
Yang pasti, kata aktivis tahun 80-an ini, KAHMI hanya mematok kriteria umum calon yang harus didukung. Yang terpenting memilih pemimpin tidak boleh mengedepankan pragmatis, tapi yang punya potensi Sumber Daya Manusia (SDM) andal.
"Kita harus mengedepankan kecerdasaan intelektual, sehingga Parepare lebih baik dari sebelumnya, memahami secara geografis Parepare dan kami cenderung memilih kader yang memberi kontribusi positif untuk KAHMI. Persoalan siapa yg mau didukung, serahkan kepada masing-masing. Hanya penekanan tadi memberi kontribusi pengembangan untuk organisasi KAHMI," pungkasnya. (*)