‘TP Effect’ dan pengaruhnya pada Pilkada Parepare

  • Bagikan

Oleh: Aditnya Putra M. I. Kom

(Analisis Politik)

Dari 415 daerah di Indonesia yang akan menyelenggarakan Pilkada, Kota Parepare termasuk salah satu daerah yang memiliki kontestasi politik yang dinamis. Sebab ketika sebanyak 41 daerah hanya memiliki calon tunggal, Pilwalkot kota Parepare justru diikuti oleh 4 pasangan calon. Dari keempat calon tersebut, salah satu yang memiliki peluang besar adalah pasangan nomor urut 4 yang diusung oleh partai Golkar, Gelora, dan Demokrat, yaitu Erna Rasyid Taufan dan Rahmat Sjamsu Alam.

Erna Rasyid Taufan adalah Ketua DPD II Partai Golkar Parepare. Sedangkan Rahmat Sjamsu Alam merupakan Ketua Partai Demokrat Parepare. Survei yang dilakukan pada tanggal 27 September sampai 7 Oktober 2024 dari salah satu asosiasi survei yang terdaftar di KPU, yaitu ALSHCI, menempatkan pasangan ini unggul dari pasangan lain sebesar 34,9 persen.

Ada beberapa faktor pendukung keunggulan pasangan ini, seperti konstituen partai-partai pendukung serta tokoh-tokoh yang berada di dalamnya. Salah satu figur yang kemudian menyebabkan pasangan ini memiliki keuntungan elektoral dibandingkan lawan-lawannya adalah mantan Walikota Parepare periode sebelumnya, yaitu Dr H Taufan Pawe (TP) SH MH. Jejak prestasi terbesar Taufan Pawe selama menjabat Walikota Parepare adalah pada konsep pembangunan ”Kota Industri Tanpa Cerobong Asap” dan inovasi layanan publik di dalamnya, yang membuat ia berhasil memperoleh berbagai penghargaan. Usai mengabdi sebagai Wali Kota Parepare, rakyat mempercayakannya sebagai Anggota Komisi II DPR-RI yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri, Pertanahan, dan Pemberdayaan Aparatur.

Keberhasilan Taufan Pawe memimpin kota Parepare tampak dari hasil Survei Kepuasan Masyarakat. Pada tahun 2021, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Taufan Pawe berdasarkan survey dari Celebes Research Centre berada di angka 67.5%. Pada tahun 2022 naik menjadi 75%. Di penghujung masa jabatannya, Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pemerintah Kota Parepare mencapai 97.3%, dengan sebanyak 91% merasa senang dengan kepemimpinannya.

Dukungan dari Taufan Pawe terhadap pasangan no. 4 dapat menimbulkan apa yang disebut dengan TP Effect atau efek TP, yang melibatkan bukan hanya coattail effect, namun juga proxy effect dan constituency service effect. Dalam konteks politik, proksi merujuk pada kandidat atau tokoh yang dianggap sebagai perpanjangan tangan atau wakil dari seorang pemimpin atau figur utama.

Kandidat yang menjadi proksi biasanya diusung atau didukung oleh tokoh populer dan dipercaya oleh pemilih untuk melanjutkan visi, misi, dan kebijakan yang telah berhasil dilakukan oleh tokoh tersebut. Proksi kerap kali muncul ketika seorang pemimpin yang telah sukses membangun citra kuat tidak dapat mencalonkan diri lagi, misalnya karena terbatas oleh aturan masa jabatan.

Adapun Coattail effect adalah fenomena di mana popularitas atau kekuatan elektoral seorang tokoh populer, mampu "menarik" kandidat lain yang berada di partainya untuk memperoleh suara lebih banyak. Dengan kata lain, pemilih yang menyukai tokoh populer tersebut akan cenderung memilih kandidat-kandidat lain dari partai atau kelompok yang sama dalam pemilihan di tingkat berbeda.

Ketika seorang tokoh politik populer mendukung seorang kandidat sebagai proksi, efek coattail dapat diperkuat karena adanya hubungan atau asosiasi langsung dengan pemimpin yang disukai oleh publik. Ketika seorang kandidat dianggap sebagai proksi dari tokoh yang sukses dan populer, asosiasi tersebut mengalir ke pemilih, yang memperkuat coattail effect. Pemilih yang menyukai atau mempercayai tokoh utama akan lebih mudah mendukung kandidat yang diasosiasikan dengan tokoh tersebut. Dengan kata lain, dukungan seorang tokoh kepada proksi menciptakan efek coattail yang memengaruhi preferensi pemilih.

Kandidat proksi kemudian biasanya memanfaatkan kepercayaan dan loyalitas pemilih terhadap tokoh populer yang diwakilinya. Hal ini sesuai dengan konsep coattail effect, di mana pemilih yang setia pada pemimpin utama juga akan mendukung kandidat lain dari partai atau kelompok yang sama. Kepercayaan ini tidak hanya membantu meningkatkan suara kandidat proksi, tetapi juga memperkuat loyalitas pemilih kepada partai atau kelompok secara keseluruhan.

Kesukaan terhadap figur juga membuat pemilih cenderung memberikan suaranya kepada kandidat yang dianggap representasi langsung (proxy) dari tokoh tersebut, meskipun mungkin tidak selalu mendukung partai.

Dan yang terakhir adalah Constituency service effect, yaitu efek di mana anggota legislatif, seperti anggota DPR, memberikan manfaat langsung kepada konstituen atau masyarakat di daerah pemilihannya melalui pelayanan dan bantuan khusus. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan baik dan meningkatkan dukungan politik dengan cara mengadvokasi kepentingan lokal, memberikan bantuan langsung, atau menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh warga di daerah tersebut.

Dengan demikian, dukungan Taufan Pawe dapat memperkuat efek coattail terhadap pasangan Erna Rasyid Taufan dan Rahmat Sjamsu Alam sebagai proksi, yang diharapkan mampu melanjutkan program-program tersebut pemerintahan sebelumnya, dan di disisi lain, kewenangan Taufan Pawe sebagai anggota DPR-RI akan memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan program-program rezim pemerintahan yang baru dan melancarkan koordinasi daerah dan pusat. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version