Seni pencak silat merupakan olah raga bela diri warisan bangsa yang perlu dilestarikan. Di tahun 70-an sampai tahun 80-an, masyarakat Parepare akrab menyebut beberapa nama guru pencak silat yang aktif melatih peserta didiknya sampai menguasai beberapa jurus atau disebut sendeng.
Diantaranya ada guru Sinrang, guru Supu’, Ambo’ Jetta dan masih ada nama lainnya. Para murid pencak silat ini mengidolakan gurunya dan diantara murid tersebut punya ilmu bela diri yang menjad khas dari gurunya. Ambo Jetta mengkombinasi pencak silat dan karate kemudian diberi nama black panther.
Seni pencak silat ini perlu dipikirkan keberlanjutannya agar pencak silat bisa bertahan sebagai salah satu kearifan lokal bela diri “sendeng”. Mengapa karate di China tidak punah? karena diajarkan secara formal.
Masih ada beberapa pendekar pencak silat yang masih hidup, salah satunya adalah Bapak Abdul Salam, rumah beliau di Jalan Kalimantan, senggol sebelah utara.
Beliau dan rekan sejawatnya bisa dijadikan sebagai nara sumber untuk mulai dipikirkan disusun kurikulum seni bela diri pencak silat untuk diajarkan di sekolah sebagai pelajaran kearifan lokal sehingga antara satu pelatih dengan pelatih lainnya ada panduan yang berstandar.
Semasa SMP, ada guru saya yang ahli silat, jika ada siswa yang nakal beliau minta untuk diserang tetapi dengan sekejap siswa itu takluk oleh gerakan kilat sang guru, beliau adalah almarhum Bapak Badaruddin, dikenal dengan Pak Bada.
Semoga almarhum dilapangkan kuburnya dan diampuni dosanya selama hidup di dunia, Aaminn YRA. Generaasi muda perlu mengenal dan mempelajari pencak silat ini, bukan hanya sebagai cabang olah raga yang bisa menyehatkan badan tetapi juga bisa sebagai pendidikan karakter yaitu karakter pemberani dan sportif.
Prinsip olah raga itu adalah sportif, kalah dan menang harus rela menerima hasilnya itulah sifat sportif. Bagaimana pendapat anda, apa ide anda agar seni bela diri pencak silat di Parepare bisa kembali diajarkan oleh para pendekar atau guru silat lokal?… Jangan lupa bahagia.