Selamat Datang Sang Nakhoda Baru Kota Parepare

  • Bagikan

Oleh: Zaid Zainal
(Dosen UNM Makassar, Ketua LSM Lapekom)

Kota Parepare, yang dikenal sebagai salah satu kota pendidikan di Sulawesi Selatan, kini memasuki babak baru dengan hadirnya pemimpin baru yang diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam sektor pendidikan.

Sebagai Masyarakat yang akan dipimpin tentunya mendambakan harapan baru sesuai janji janji politik yang disampaikan pada masa kampanye segera diwujudkan.

Pendidikan adalah fondasi masa depan, dan sudah saatnya kita semua, baik pemerintah, masyarakat, maupun pihak terkait, untuk lebih peduli dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kota ini.

  • Perlunya Perhatian Terhadap Kualitas Pendidikan
    Perhatian terhadap kualitas pendidikan bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak yang berakar pada teori-teori pembangunan manusia (human capital theory) dan teori modal sosial (social capital theory).

Teori human capital menekankan pentingnya investasi dalam pendidikan sebagai faktor penentu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan kualitas pendidikan menghasilkan tenaga kerja terampil, inovatif, dan kompetitif, yang pada akhirnya mendorong kemajuan ekonomi kota. Kualitas pendidikan yang rendah, sebaliknya, akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kesenjangan sosial.

Teori modal sosial, di sisi lain, menyoroti peran pendidikan dalam membangun jaringan sosial yang kuat dan kepercayaan antar individu.

Pendidikan yang berkualitas membekali individu dengan kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan memecahkan masalah secara efektif, sehingga memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Keberhasilan seorang kepala pemerintahan, dalam konteks ini, tidak hanya diukur dari pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga dari keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kualitas pendidikan.

Sebuah pemerintahan yang berhasil akan tercermin dalam indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi, di mana pendidikan merupakan salah satu indikator utamanya.

Kaitannya dengan keberhasilan kepala pemerintahan sangatlah erat. Pemimpin yang visioner akan menyadari bahwa investasi dalam pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan return yang signifikan bagi kota.

Keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan akan menjadi bukti nyata kepemimpinan yang efektif dan berdampak positif bagi masyarakat.

Sebaliknya, kegagalan dalam memperhatikan sektor pendidikan akan berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat dan akan menjadi catatan sejarah kepemimpinan yang kurang berhasil.

  • Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan di Kota Parepare
    Keinginan untuk melakukan peningkatan kulaitas Pendidikan di Parepare selalu digaungkan oleh hampir semua pemimpin/walikota sebelumnya, akan tetapi selama ini hanya sampai tataran teori dan tidak pernah dimplementasikan dalam bentuk kebijakan.

Berbicara mengenai kulaitas Pendidikan tentu tidak akan terlepas dari sekolah, meskipun tidak bisa dipungkiri inovasi sekolah sangat ditentukan oleh kualitas dan kebijakan pimpinan di atasnya utamanya kepala dinas Pendidikan.

Beberapa strategi konkret perlu diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Parepare:

  1. Rekrutmen Kepala Sekolah yang Kompeten dan Transparan
    Rekrutmen kepala sekolah selain harus tegak lurus menjalankan perintah undang undang, juga harus dilakukan secara transparan dan berdasarkan meritokrasi. Proses seleksi harus melibatkan pakar pendidikan dan memperhatikan kompetensi kepemimpinan, manajemen, serta pemahaman terhadap kurikulum dan perkembangan pendidikan terkini.

Hal ini akan memastikan terwujudnya kepemimpinan yang efektif di setiap sekolah. Pengangkatan kepala sekolah yang didasarkan pada faktor-faktor di luar kompetensi dan integritas, seperti like and dislike, kedekatan dengan tim sukses, atau faktor-faktor non-objektif lainnya, akan berdampak sangat negatif.

Kepala sekolah yang dipilih berdasarkan faktor non-objektif mungkin kurang memiliki kompetensi manajerial yang dibutuhkan untuk memimpin sekolah secara efektif.

Hal ini dapat mengakibatkan manajemen sekolah yang buruk, penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan kurangnya inovasi dalam pembelajaran.

Demikian pula apabila proses seleksi yang tidak transparan dan didasarkan pada faktor-faktor subjektif akan merusak integritas sistem pendidikan dan menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan guru, siswa, dan masyarakat.

Hal ini dapat memicu konflik dan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan. Sebab lainnya adalah lahirlah kepala sekolah yang kurang bertanggung jawab dan akuntabel terhadap kinerja sekolah.

  1. Sistem Penerimaan Siswa Baru yang Adil dan Transparan
    Penyakit tahunan yang turut menghambat peningkatan kualitas Pendidikan di Parepare adalah sistem penerimaan siswa baru (PPDB).

Aturan pusat dan daerah selalu ada dan hanya menjadi pelengkap dan pemanis pada setiap masa PPDB. Perusaknya adalah intervensi dari pemangku kebijakan terhadap pihak sekolah dan panitia yang terus dilakukan meskipun sudah menggunakan teknologi aplikasi yang canggih untuk menunjukkan Tingkat transfaransi drai phak sekolah.

Berbagai efek yang ditimbulkan oleh kebijakan diatas, diantaranya; siswa dari keluarga kurang mampu atau yang tidak punya jaringan pejabat atau anggota DPRD akan terpinggirkan, kehilangan kesempatan untuk mengakses pendidikan yang berkualitas.

Akibat lain yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah membuka peluang bagi praktik korupsi dan kolusi. Pihak-pihak tertentu dapat memanfaatkan celah sistem untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Selanjutnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan akan meningkat, sehingga mengurangi partisipasi masyarakat dalam mendukung program-program pendidikan.

  1. Peningkatan Kualitas Guru melalui Pelatihan dan Pengembangan Berkelanjutan
    Investasi dalam pelatihan dan pengembangan guru sangat penting. Program pelatihan yang efektif harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru secara merata, bukan hanya untuk kelompok tertentu. Pelatihan yang sekadar formalitas dan hanya untuk memenuhi kewajiban administratif harus dihindari.

Program pelatihan harus berkelanjutan dan relevan dengan perkembangan pendidikan terkini, serta berfokus pada peningkatan kompetensi guru dalam berbagai aspek, termasuk: Pengembangan Pedagogi, Teknologi Pendidikan, Manajemen Kelas, serta Kurikulum dan Pembelajaran.

Program pelatihan harus dirancang berdasarkan kebutuhan guru yang sebenarnya, yang dapat diidentifikasi melalui survei, wawancara, dan observasi. Pelatihan juga harus melibatkan partisipasi aktif guru dalam perencanaan dan pelaksanaan program.

Evaluasi program pelatihan secara berkala sangat penting untuk memastikan efektivitas program dan melakukan perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian, pelatihan dan pengembangan guru akan menjadi investasi yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Kota Parepare.

  1. Regrouping (penggabungan ) Sekolah
    Berdasarkan hasil observasi terbatas penulis pada sekolah dasar di Parepare, terdapat beberapa sekolah 2 sampai 3 sekolah yang berada dalam satu kompleks (berdekatan), ketimpangan terjadi karena ada sekolah yang siswa nya dalam satu kelas kurang dari 15 orang sementara sekolah yang dekatnya biasa menampung sampai 30 orang dalam satu kelas, bahkan dalam satu tingkatan biasa terdapat 3 rombel.

Ketimpangan ini sangat menimbulkan banyak efek negative utamanya dari segi kualitas dan efesiensi anggaran. Regrouping sekolah yang berdekatan dapat dilakukan secara strategis untuk mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan efisiensi, baik anggaran maupun operasional.

Regrouping yang terencana dengan baik dapat menghasilkan penghematan biaya operasional seperti pengurangan jumlah kepala sekolah, staf administrasi, dan tenaga kebersihan jika sekolah digabung.

Selain itu, penggabungan sumber daya seperti laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas olahraga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi pemborosan. Penggunaan sumber daya manusia juga menjadi lebih efisien karena guru dapat mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan keahliannya di sekolah yang lebih besar.

Namun, regrouping harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti aksesibilitas, kepadatan penduduk, dan kebutuhan khusus siswa. Studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan perlu dilakukan sebelum regrouping dilakukan.

Perencanaan yang matang dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting untuk keberhasilan regrouping sekolah. (*)

  • Bagikan