Peran Media Menjadi Kunci dalam Melawan Stigma Diskriminasi Terhadap ODHIV

  • Bagikan

PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PAREPARE-- Orang yang mengidap HIV/AIDS seringkali masih mendapatkan diskriminasi di lingkungan mereka.

Karena itu, peran media massa didorong meningkatkan peran melalui pemberitaan yang tepat tentang HIV/Aids akan mengedukasi, sekaligus melawan stigma negatif dan diskriminasi yang telah terbentuk di masyarakat. Terutama, menyetop stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV.

Hal itu, dilakukan sebagai optimisme untuk mencapai Indonesia bebas AIDS pada 2030 dapat terjaga. Komitmen dan dukungan semua pihak diperlukan. Salah satunya, peran media menjadi kunci dalam mengedukasi tidak diskriminasi terhadap ODHIV.

Yayasan Pendampingan Kesehatan Terpadu (YPKT) bekerja sama dengan AIDS Healthcare Foudation (AHF) menggandeng sejumlah media melaksanakan Pelatihan Jurnalistik Peduli HIV/Aids. Pesertanya, puluhan jurnalis dari berbagai media cetak, elektronik, dan online di Kota Parepare

Kegiatan itu mengusung tema "HIV/AIDS dalam Perspektif Media, Mencegah Stigma Diskriminasi dan Meningkatkan Pengetahuan". Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Rumah Sakit dr Hasri Ainun Habibie Kota Parepare, Kamis, 27 Maret 2025

Pelatihan Jurnalistik Peduli HIV/Aids menghadirkan pemateri, di antaranya, dari perwakilan Dinas Kesehatan Kota Parepare, Hardianti yang membawakan materi terkait Cascading HIV/Aids di Kota Parepare. Lalu materi kedua menghadirkan mantan Sekda Kota Parepare, Mustafa A Mappangara terkait materi percepatan penurunan stigma dan diskriminasi tanggungjawab semua stakeholder. Kemudian metari selanjutnya terkait, informasi dasar HIV dan penurunanan stigma diskriminasi ODHIV yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Pendampingan Kesehatan Terpadu (YPKT) Kota Parepare, Abdul Rizal, dan materi terakhir terkait tata cara penulisan berita untuk jurnalis prespektif inklusif oleh Shanti Syafaat.

Plh Direktur RS Hasri Ainun Habibie Kota Parepare, dr Linda Iriani Raflus M.Kes hadir membuka kegiatan itu. Hadir juga Wadir Keuangan dan Administrasi RS Ainun Habibie Kota Parepare drg Andi Lustmahria Mars.

Dalam sambutannya, dr Linda menekankan melalui kegiatan tersebut jurnalis dapat memperoleh informasi terkini yang akurat, serta menyampaikan pengetahuan tentang HIV/Aids dan cara penanganannya kepada masyarakat. Terutama
peran media menjadi kunci dalam mengedukasi untuk melawan stigima diskriminasi terhadap ODHIV.

"Tujuannya agar tidak ada lagi diskriminasi dan stigma terhadap ODHIV," katanya.

Ia menyebut bahwa program HIV/Aids saat ini sudah menjadi program nasional. "Dulu, saat kami mulai program ini di Puskesmas Madising, semuanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sekarang, itu tidak lagi terjadi," ujarnya.

Ia juga menanggapi perubahan besar dalam pandangan terhadap HIV/Aids. "Dulu ada anggapan bahwa orang dengan HIV/AIDS tidak bisa memiliki keturunan, atau bahwa keturunan mereka akan terjangkit HIV. Namun, dengan kemajuan teknologi, saat ini orang dengan HIV/AIDS bisa memiliki anak yang tidak terinfeksi HIV," jelasnya.

dr. Linda juga menyampaikan terima kasih kepada peserta workshop jurnalistik yang hadir.

"Terima kasih telah berkumpul di sini untuk menambah ilmu, khususnya di bulan Ramadan ini, sambil berpuasa kita juga meningkatkan pengetahuan," katanya.

Sementara itu, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Parepare, Hardianti memaparkan grafik perkembangan kasus HIV/Aids Kota Parepare mulai dari tahun 2006 hingga Februari 2025.

Ia juga memaparkan tujuan pengendalian HIV/Aids menju 3 Zero 20230 dan, cakupan kasus HIV berdasarkan jenis kelamin dan golongan umur.

"Kita memiliki berbagai strategi pengendalian HIV/Aids. Di antaranya, pencegahan, surveilans, penanganan kasus, dan promosi Kesehatan," ujarnya.

Sedangkan Ketua YPKT Abdul Risal dalam materi workshopnya, mengedukasi peserta mengenai dasar-dasar informasi HIV dan pentingnya penurunan stigma diskriminasu terhadap orang dengan HIV (ODHIV).

"Penting bagi kita untuk memahami dasar-dasar HIV dan penyebarannya agar kita bisa mencegah penyebaran dan penanganannya sejak dini," ungkap Abdul Risal di hadapan puluhan jurnalis.

Dia enekankan pentingnya mengetahui indikasi penderita HIV dan pola penyebarannya, serta cara mengenali hoaks seputar HIV yang sering beredar di masyarakat.

"Jurnalis perlu paham tentang prinsip penyebaran HIV, yang bisa terjadi melalui pertukaran cairan tubuh dari seseorang yang sudah terinfeksi. Prinsip ini dikenal dengan sebutan ESSE: Exit (keluar dari tubuh manusia), Survive (HIV harus bertahan hidup), Sufficient (jumlahnya cukup), dan Enter (masuk ke tubuh manusia)," tandas nakes teladan nasional ini. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version