RETRET RAMADHAN

  • Bagikan

Oleh : Irwan Idrus
(Ketua Prodi Manajemen UMPAR)

Akhir-akhir ini istilah retret lazim kita dengar. Retret seringkali merujuk pada suatu kegiatan penyegaran mental, fisik atau ruhani yang dilakukan pada suasana tenang dan terpencil, jauh dari hiruk pikuk. Seperti halnya yang dilakukan oleh para kepala daerah di seluruh Indonesia yang baru-baru ini dilaksanakan di Magelang.

Saya tertarik menggunakan istilah retret dalam konteks Ramadhan. Retret Ramadhan memberikan ruang pada kita untuk berpikir lebih dalam mengenai tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Ini adalah momen untuk mengevaluasi diri dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam berbagai aspek, baik aspek agama, sosial, kemasyarakatan maupun pribadi.

Dalam buku Madrasah Ruhaniah; berguru pada ilahi di bulan suci dijelaskan bahwa puasa seyogiyanya dijadikan sebagai sebuah “madrasah” yang dimaknai menjalani sebuah pelatihan (training) selama sebulan penuh dengan berbagai aktifitas ibadah.

Ibadah yang dilakukan setiap setiap hari sebagai bagian dari retret Ramadhan dengan reward pahala yang dilipatgandakan sampai 70 kali, adalah bagian dari motivasi agar memiliki kesungguhan dan komitmen diri sehingga nantinya menjadi kebiasaan yang baik (good habit) yang akan selalu dilakukan pasca ramadhan.

Kebiasaan membaca dan mentadabburi Al quran, sholat lail/ tarawih, bersedeqah, berbagi kepada sesama dan berbagai bentuk perbuatan baik lainnya selama bulan suci Ramadhan sejatinya dapat terus berlanjut pasca Ramadhan.

Itulah sebabnya mengukur ketercapaian hasil atau output dari Ramadhan tidak bisa dilihat saat bulan suci Ramadhan, tapi itu akan terlihat pasca Ramadhan. Apakah kebiasaan baik itu tetap berlanjut ataukah tidak.

Nah sayang sekali memang karena Ramadhan yang datang setiap tahun, yang entah sudah berapa puluh tahun hadir membersamai kita, ada yang 20 tahun, ada yang 30 tahun ada yang 40 tahun tergantung umur kita saat ini, efeknya terhadap kehidupan sosial masih minim.

Yang terlihat habis Ramadhan, habis juga kebiasaan baik itu, entah karena berfikir reward pahala yang sudah tidak lagi dilipatgandakan 70 kali atau memang gagal memahami esensi puasa.

Oleh karena itu sangat penting membangun mindset yang benar dalam mengikuti retret Ramadhan. Kalau paradigma berfikirnya sudah bagus maka akan melahirkan dampak positif yang luar biasa dalam kehidupan baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Sehingga kehadiran kita selalu membawa solusi dan kebahagiaan bagi orang lain, bukan sebaliknya.

Dalam bahasa Al Quran tujuan akhir dari puasa adalah membentuk insan yang bertaqwa; QS. Al Baqarah (183). Wallahu a’lam bissawab. (*)

  • Bagikan