Dr. H. Muhammad Saleh, M.Ag. Dosen IAIN Parepare Ketua Majelis Dikdasmen PDM Kota Parepare
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 mengusung tema besar: “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Ini bukan sekadar slogan seremonial, melainkan sebuah seruan moral dan tanggung jawab kolektif. Pendidikan bukan hanya urusan guru dan sekolah, melainkan kewajiban bersama antara keluarga, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media. Ini adalah peristiwa nasional yang harus menyentuh kesadaran lokal kita, termasuk di Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Di tengah semangat Hardiknas itu, Kota Parepare berada dalam momentum strategis. Di bawah kepemimpinan Walikota H. Tasming Hamid, Parepare memiliki visi 2025: “Menjadikan Kota Parepare sebagai Kota Terbaik, Sejahtera, dan Maju.” Salah satu poros utama dalam visi tersebut adalah pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, yang tentu saja bermula dari sistem pendidikan yang kuat dan merata. Wali Kota Tasming Hamid menegaskan 18 program unggulan untuk Parepare, salah satunya adalah penguatan identitas Parepare sebagai “kota digital.” Di bidang pendidikan, ini berarti mendorong transformasi digital dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah konkret telah dimulai, termasuk kolaborasi dengan Google untuk digitalisasi pembelajaran di sekolah-sekolah Parepare.
Transformasi digital ini adalah langkah penting, namun jangan sampai kita terjebak pada euforia teknologi dan melupakan substansi pendidikan. Digitalisasi hanyalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana teknologi mampu menguatkan nilai-nilai, etika, dan karakter yang menjadi akar dari kebudayaan bangsa.
Pendidikan bermutu bukan sekadar soal gedung megah atau fasilitas modern. Esensinya terletak pada hadirnya guru yang kompeten, kurikulum yang relevan, serta keterlibatan aktif seluruh pihak. Rumah harus kembali menjadi madrasah/sekolah pertama, sekolah menjadi ruang pembinaan karakter, dan masyarakat menjadi ekosistem yang mendukung tumbuh kembang potensi anak.
Keluarga, dalam konteks ini, memegang peran krusial sebagai pendidik utama dan pertama. Di era digital, tantangan orang tua tidak lagi sekadar soal pemenuhan materi, tetapi bagaimana menjadi fasilitator nilai dan filter informasi. Pendidikan karakter, pengawasan moral, dan literasi digital menjadi medan pengabdian baru para orang tua. Literasi digital bagi orang tua, penguatan sinergi antara sekolah dan rumah, serta program parenting berbasis nilai lokal dan agama adalah bagian dari strategi membangun “partisipasi semesta.” Orang tua yang cerdas dan sadar pendidikan akan melahirkan anak-anak yang kuat dalam iman dan ilmu.
Di luar keluarga, masyarakat juga punya peran tak kalah penting. Tokoh masyarakat, pemuda, organisasi keagamaan, hingga komunitas lokal bisa menciptakan ruang-ruang belajar yang inklusif dan inspiratif. Parepare, dengan kekayaan budaya dan nilai religius yang tinggi, punya potensi besar menjadi model integrasi pendidikan formal dan nilai-nilai lokal.
Masjid dan majelis taklim, misalnya, bisa menjadi ruang edukatif yang mendukung pembentukan akhlak generasi muda. Kegiatan remaja masjid, pelatihan literasi Qur’an, hingga forum diskusi pemuda dapat menjadi bagian dari “pendidikan bermutu” yang menyatu dengan ruh masyarakat.
“Partisipasi semesta” seperti yang diangkat dalam tema Hardiknas 2025 bukanlah ajakan pasif. Ia adalah panggilan untuk bertindak, secara aktif dan konsisten. Kota Parepare bisa menjadi laboratorium pendidikan kolaboratif yang melibatkan guru, orang tua, pemerintah, dan masyarakat sipil dalam satu visi: membentuk manusia Indonesia yang cerdas, berakhlak, dan produktif.
Kita tidak bisa menyerahkan masa depan pendidikan hanya kepada satu pihak. Kita butuh solidaritas lintas sektor dan lintas generasi. Kita butuh narasi besar bersama, bahwa pendidikan bukan beban, melainkan investasi kolektif untuk masa depan yang lebih baik. Hardiknas 2025 harus menjadi titik balik bagi kita semua: untuk tidak lagi menjadikan pendidikan sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai proyek peradaban yang harus dijaga, diperjuangkan, dan diwariskan.
Mari satukan langkah dari rumah ke sekolah, dari lorong ke kantor, dari masjid ke aula kampus—menjadikan pendidikan sebagai napas hidup warga Parepare. Sebab, di atas fondasi pendidikan yang kuat, visi “Kota Terbaik, Sejahtera, dan Maju” bukan sekadar harapan, tapi keniscayaan.
Sudah saatnya kita semua mengambil bagian dalam gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan tunggu peran orang lain untuk memulai perubahan. Jadilah guru di rumah, motivator di sekolah, dan agen perubahan di tengah masyarakat. Pendidikan yang bermutu tidak tercipta dari satu tangan, melainkan dari berjabatnya banyak tangan dengan niat yang sama: menciptakan generasi yang unggul, berakhlak, dan siap membangun masa depan.
Sebagai bangsa yang besar, kita tidak boleh abai terhadap pendidikan. Kita semua—orang tua, guru, pemimpin, masyarakat—adalah bagian dari ekosistem yang menentukan arah masa depan anak-anak kita.
Momentum Hardiknas 2025 ini harus kita jadikan titik tolak untuk memperkuat sinergi dan partisipasi semesta dalam menghadirkan pendidikan yang benar-benar bermutu dan merata.
Marilah kita terus menghidupkan semangat Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang mengajarkan bahwa pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagaimana pesan abadi beliau: "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Artinya: Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.
Mari kita bersama bergerak—bukan hanya sekadar memperingati Hari Pendidikan Nasional setiap tahun, tetapi menjadikannya momentum berkelanjutan untuk berkontribusi nyata. Karena di setiap langkah kecil kita hari ini, terletak masa depan Indonesia yang lebih cerah. Pendidikan adalah warisan terbaik, dan kita semua adalah pewaris tanggung jawab itu. Inilah saatnya kita semua mengambil peran.
Karena bangsa yang besar bukan hanya karena kekayaan alamnya, tetapi karena kualitas manusia yang dibentuk oleh pendidikan yang bernurani dan bermartabat "Jangan pernah ragu untuk mendidik, karena setiap cahaya peradaban dimulai dari nyala api pengetahuan."
Wassalam. (*)