Diharapkan Pacu Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Bansos Rp 200.000 Dicairkan Juni Ini

  • Bagikan

PAREPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah resmi menggelontorkan tambahan bantuan sosial (bansos) sembako senilai Rp200 ribu per bulan selama Juni-Juli 2024 kepada 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kebijakan ini merupakan bagian dari paket stimulus fiskal yang dicanangkan pemerintahan baru untuk menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tekanan inflasi.

Menurut Menteri Sosial Saifullah Yusuf, penebalan bansos ini bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat kelas bawah yang paling rentan terdampak kenaikan harga. Aliran dana sebesar Rp7,3 triliun ini diharapkan dapat menyuntikkan permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal III/2024.

"Kita luncurkan juga di bulan ini (Juni) penebalan bansos, tambahan untuk mereka yang menerima sembako/BPNT,” ujar Gus Ipul usai memimpin rapat terkait penyaluran bansos dan persiapan Sekolah Rakyat, di Kantor Kemensos, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Ekonom memperkirakan kebijakan ini akan meningkatkan konsumsi rumah tangga kelompok 40% terbawah sebesar 1,2-1,5%. Sektor ritel dan UMKM diperkirakan menjadi penerima manfaat utama dari geliat konsumsi ini, khususnya di daerah pedesaan dan pinggiran kota.

Transisi ke Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) menjadi kunci efisiensi penyaluran. Dengan penyempurnaan basis data ini, pemerintah berhasil menghemat Rp2,7 triliun dari penyesuaian 1,8 juta penerima tidak eligible.

Analis menilai integrasi DTSEN antar kementerian dapat meminimalisir duplikasi bantuan dan kebocoran anggaran. Sistem yang terdigitalisasi ini juga memungkinkan penyesuaian real-time berdasarkan perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Meski berdampak positif, ekonom mengingatkan pentingnya pengawasan ketat untuk memastikan bantuan tepat sasaran. Koordinasi antara Kemensos, pemerintah daerah, dan OJK diperlukan untuk memastikan penyaluran lancar hingga ke pelosok.

Kebijakan ini menjadi ujian pertama efektivitas strategi ekonomi pemerintahan baru dalam menyeimbangkan perlindungan sosial dan disiplin fiskal. Hasilnya akan menjadi indikator penting untuk menyusun paket stimulus lanjutan di semester II/2024. (jp)

  • Bagikan