PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PAREPARE-- Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Menurut American Heart Association, seseorang didiagnosis sindrom metabolik jika memiliki minimal tiga dari lima faktor: obesitas perut, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, dan HDL rendah. Kondisi ini memengaruhi sekitar 25% populasi dewasa global, berdasarkan studi di Journal of the American Medical Association (JAMA).
Gejala sindrom metabolik sering tidak terlihat jelas, tetapi tanda umumnya termasuk lingkar perut lebar (>90 cm untuk pria, >80 cm untuk wanita) dan resistensi insulin. Penelitian di Diabetes Care (2018) menemukan bahwa 80% penderita sindrom metabolik mengalami prediabetes, yang ditandai dengan gula darah puasa tinggi. Gejala lain seperti mudah lelah dan sering haus juga patut diwaspadai.
Penyebab utama sindrom metabolik adalah gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan tinggi gula dan lemak jenuh serta kurang aktivitas fisik. Studi di The Lancet (2020) menunjukkan bahwa kebiasaan sedentari (kurang gerak) meningkatkan risiko sindrom metabolik hingga 30%. Faktor genetik dan penuaan juga berperan, tetapi dapat dikendalikan dengan modifikasi gaya hidup.
Risiko sindrom metabolik meningkat pada orang dengan obesitas sentral (penumpukan lemak di perut). Penelitian di Nature Reviews Endocrinology (2019) menjelaskan bahwa lemak visceral memicu peradangan kronis dan gangguan metabolik. Kondisi ini diperparah oleh konsumsi makanan ultra-proses dan minuman manis berlebihan.
Pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan pola makan seimbang, seperti diet Mediterania yang kaya serat dan lemak sehat. Studi di The New England Journal of Medicine membuktikan bahwa diet ini mengurangi risiko sindrom metabolik hingga 50%. Aktivitas fisik rutin (minimal 150 menit/minggu) juga efektif menurunkan tekanan darah dan kadar gula darah.
Pemeriksaan kesehatan berkala penting untuk mendeteksi sindrom metabolik sejak dini. Para ahli merekomendasikan tes darah rutin untuk memantau gula darah, kolesterol, dan tekanan darah, terutama bagi orang dengan riwayat keluarga diabetes atau obesitas. Manajemen stres dan tidur cukup (7-8 jam/hari) juga terbukti mengurangi risiko, menurut studi di Sleep Medicine (2021).
Dengan memahami gejala dan penyebabnya, sindrom metabolik bisa dicegah melalui perubahan gaya hidup sederhana. Kurangi asupan gula dan lemak trans, perbanyak aktivitas fisik, serta kelola stres untuk menjaga kesehatan metabolik. Langkah ini tidak hanya mencegah sindrom metabolik, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh. (*)