Dr. H. Muhammad saleh, M.Ag.
Dosen IAIN Parepare
Ketua Majelis Dikdasmen PDM Kota Parepare
Pengurus DMI Kota Parepare
Sejarah Islam mencatat sebuah momen monumental yang tidak hanya mengubah arah perjuangan umat Muslim, tetapi juga menjadi simbol transformasi besar dalam peradaban manusia, yakni peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah menuju Madinah. Hijrah bukan sekadar perpindahan geografis, tetapi juga perpindahan pola pikir, strategi perjuangan, hingga tatanan sosial menuju kehidupan yang lebih beradab, berkeadilan, dan bermartabat.
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sarat dengan tantangan besar. Kaum Quraisy di Mekah, yang merasa terancam oleh dakwah Islam yang mengusung nilai tauhid, keadilan, dan kesetaraan, meningkatkan tekanan terhadap Rasulullah dan para sahabat. Upaya intimidasi, penyiksaan fisik, boikot ekonomi, hingga rencana pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW menjadi bukti bahwa mempertahankan kebenaran tidaklah mudah. Allah SWT kemudian memberikan isyarat melalui firman-Nya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui.” (QS. An-Nahl: 41)
Perjalanan hijrah ditempuh dengan penuh strategi dan keberanian. Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari demi menghindari kejaran pasukan Quraisy. Perjalanan ini menjadi saksi ketabahan, kecerdikan, dan keimanan yang kuat. Hingga akhirnya, keduanya tiba di Madinah, disambut oleh kaum Anshar yang penuh antusiasme dan komitmen membangun masyarakat baru yang lebih beradab.
Penetapan Tahun Hijriyah: Keputusan Visioner Umar bin Khattab
Tujuh belas tahun setelah peristiwa hijrah, di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA, muncul kebutuhan untuk menyatukan sistem administrasi umat Islam melalui penanggalan resmi. Saat itu, umat Islam menggunakan berbagai patokan waktu yang membingungkan, seperti tahun gajah, tahun kemarau, atau waktu-waktu peristiwa besar, tanpa adanya sistem kalender baku.
Dalam musyawarah para sahabat, Umar bin Khattab mengusulkan agar peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai titik awal penanggalan Islam. Bukan kelahiran Rasul, bukan turunnya wahyu, melainkan hijrah yang dipilih sebagai penanda awal kalender umat Islam. Mengapa demikian? Karena hijrah adalah momen perubahan total, simbol transisi dari keterpurukan menuju kebebasan beragama, dan pondasi tegaknya masyarakat Islam yang inklusif, adil, dan berkemajuan.Sebagaimana disebutkan oleh Umar bin Khattab: "Hijrah telah memisahkan antara yang hak dan yang batil. Dengan hijrah, Allah memuliakan agama ini dan menguatkan umat."
Keputusan ini disepakati para sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib RA. Bulan Muharram pun dipilih sebagai awal tahun, meskipun Rasulullah SAW berhijrah di bulan Rabiul Awal. Hal ini karena bulan Muharram adalah bulan suci yang telah dimuliakan sejak masa Jahiliah, termasuk dalam empat bulan haram, dan menjadi momen di mana jamaah haji biasanya telah kembali ke daerah masing-masing.
Penetapan kalender Hijriyah ini bukan hanya sekadar sistem waktu, melainkan simbol perjuangan, keberanian, dan komitmen terhadap perubahan. Ini menjadi warisan besar yang harus terus dihayati, terutama oleh generasi muda di era modern.
Generasi Milenial dan Makna Hijrah di Era Digital
Lalu yang menjadi pertanyaan di era saat ini, bagaimana relevansi hijrah bagi generasi milenial dan Gen Z yang lahir di tengah era digital, kecanggihan teknologi, dan disrupsi informasi? Jika dahulu hijrah adalah perpindahan fisik demi keselamatan akidah, maka hari ini hijrah bermakna lebih luas: transformasi diri, perubahan pola pikir, dan pergeseran menuju kehidupan yang lebih produktif, beretika, dan spiritual di tengah derasnya arus globalisasi.
Generasi muda saat ini menghadapi tantangan berbeda namun sama kompleksnya. Ketergantungan pada gadget, paparan informasi tanpa filter, budaya instan, hedonisme, hingga krisis identitas spiritual adalah fenomena nyata. Di sinilah konsep hijrah menemukan konteks kekinian: hijrah digital.
Hijrah digital bukan hanya tentang berpindah dari dunia nyata ke ruang virtual, tetapi lebih dalam dari itu, yakni berpindah dari pola konsumsi informasi yang tidak sehat menuju ekosistem digital yang produktif, kreatif, dan bernilai. Generasi muda perlu menyadari bahwa transformasi zaman tidak bisa dihindari, tetapi dapat diarahkan. Melalui hijrah digital, generasi milenial dan Gen Z diajak untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana membangun kompetensi, memperluas jejaring sosial positif, memperdalam literasi keagamaan, serta menginspirasi perubahan sosial. Dengan demikian, teknologi bukan lagi ancaman, melainkan jembatan untuk hijrah menuju peradaban yang lebih baik, sejalan dengan semangat hijraturrasul yang mengubah keterpurukan menjadi kejayaan umat.
Hijrah Digital: Dari Konsumsi Negatif ke Produktivitas Bermakna
Teknologi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang besar untuk belajar, berkarya, dan berdakwah lintas batas tanpa sekat geografis. Di sisi lain, ia membawa ancaman berupa penyebaran hoaks, pornografi, ujaran kebencian, dan kecanduan game atau konten tidak produktif.
Hijrah digital adalah upaya sadar untuk memanfaatkan teknologi demi kebaikan. Generasi muda yang memahami hijrah digital akan lebih bijak dalam bermedia sosial, lebih produktif dalam memanfaatkan platform daring untuk belajar, berbisnis, atau berbagi konten positif. Mereka sadar bahwa setiap jejak digital adalah cerminan integritas diri dan akan dimintai pertanggungjawaban, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barang siapa yang meninggalkan apa yang dilarang Allah, maka ia adalah seorang muhajir (orang yang berhijrah)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Transformasi digital yang sejalan dengan semangat hijrah bukan hanya tentang teknologi, tetapi bagaimana generasi muda mengubah gadget menjadi ladang pahala, bukan sekadar sarana hiburan kosong. Lebih jauh, hijrah digital juga berarti meninggalkan konten-konten yang merusak mental dan spiritual, serta berpindah ke ruang-ruang digital yang menghadirkan ilmu, inspirasi, dan dakwah yang menyejukkan. Di era kecanggihan ini, generasi muda memiliki pilihan: larut dalam banjir informasi yang menyesatkan atau berhijrah ke ekosistem digital yang mencerdaskan. Semangat hijraturrasul harus menjadi motivasi untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat membangun citra diri yang positif, menyebarkan nilai kebaikan, serta berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih beradab di era teknologi tanpa batas ini.
Hijrah Spiritual: Membangun Kesadaran di Era Modern
Selain aspek digital, hijrah masa kini bermakna spiritualitas yang lebih autentik. Generasi muda di era modern kerap terjebak dalam ritual formal tanpa makna atau justru tergerus oleh narasi bahwa agama tidak lagi relevan di tengah perkembangan teknologi dan sains. Padahal, semakin canggih peradaban, kebutuhan manusia akan pedoman hidup yang bernilai spiritual justru semakin mendesak. Tanpa landasan iman dan akhlak, teknologi hanya akan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi kosong secara moral.
Hijrah spiritual adalah transformasi keyakinan dan pengamalan agama, bukan sekadar simbol, tetapi tindakan nyata dalam kehidupan. Ini mencakup membangun karakter mulia, menjunjung kejujuran, menjaga etika dalam komunikasi, hingga berperan aktif dalam isu sosial seperti keadilan, kemiskinan, dan pendidikan. Hijrah spiritual bukan berarti menjauh dari dunia modern, tetapi menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai kompas dalam menghadapi kompleksitas zaman.
Generasi muda harus sadar bahwa teknologi dan spiritualitas dapat berjalan beriringan. Kecanggihan digital bisa menjadi jembatan memperdalam ilmu agama, mengakses kajian daring, membaca literatur keislaman, dan berdiskusi lintas negara tentang Islam yang rahmatan lil 'alamin. Bahkan di tengah era big data, artificial intelligence, dan realitas virtual, prinsip keimanan, akhlak, dan kesadaran spiritual tetap relevan sebagai benteng moral. Dengan hijrah spiritual yang kuat, generasi muda tidak akan mudah terombang-ambing oleh arus budaya global yang serba instan, tetapi mampu menjadi pelopor perubahan positif dan penjaga nilai luhur di tengah derasnya arus modernisasi.
1 Muharram: Momentum Evaluasi Diri dan Resolusi Generasi Muda
Tahun Baru Hijriyah, khususnya 1 Muharram, adalah waktu refleksi, bukan sekadar seremoni tahunan. Ini momen mengevaluasi diri: apakah kita sudah berhijrah secara digital? Apakah kita sudah memanfaatkan media sosial untuk hal-hal produktif? Apakah spiritualitas kita sudah beranjak dari formalitas ke kesadaran hakiki? Momentum ini bukan hanya perayaan simbolik, tetapi panggilan untuk memperbaiki diri, meninggalkan pola hidup stagnan, dan melangkah ke arah perubahan yang lebih konstruktif.
Kaum muda adalah motor perubahan peradaban. Layaknya Rasulullah yang berhijrah demi membangun masyarakat inklusif, berkeadilan, dan berkemajuan, generasi milenial harus berhijrah mental: dari pesimisme ke optimisme, dari konsumtif ke produktif, dari budaya instan ke perjuangan jangka panjang. Di era Society 5.0, di mana teknologi dan nilai kemanusiaan harus seimbang, hijrah adalah kunci. Bukan hanya meninggalkan yang buruk, tetapi berani memasuki zona baru penuh tantangan demi kemajuan bersama.
Lebih dari itu, 1 Muharram adalah pengingat bahwa setiap perubahan besar selalu diawali oleh keberanian berhijrah, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Generasi muda tidak bisa lagi hanya menjadi penonton perubahan global. Dengan semangat hijrah, mereka harus menjadi aktor utama yang memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan, memperkuat jati diri keislaman, serta membangun jejaring sosial yang membawa kebaikan. Refleksi Tahun Baru Islam adalah kesempatan emas untuk mengukur sejauh mana kita sudah berkontribusi, sudah sejauh mana kita meninggalkan zona nyaman, dan apakah kita sudah mengambil bagian dalam mewujudkan peradaban yang lebih adil, cerdas, dan berakhlak mulia.
Spirit Hijraturrasul untuk Parepare Terbaik, Sejahtera, dan Maju
Hijrah Rasulullah SAW adalah proses panjang, penuh strategi, perjuangan, dan visi besar membangun peradaban. Begitu pula generasi muda hari ini, hijrah digital dan spiritual adalah perjalanan tanpa akhir untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kontributif, dan lebih dekat dengan nilai-nilai ilahiah.
Mari jadikan 1 Muharram sebagai titik tolak perubahan diri. Transformasi digital dan spiritual adalah wujud hijrah modern yang harus dijalani seimbang. Di tangan generasi cerdas, beriman, dan visioner, semangat hijrah akan melahirkan peradaban baru yang tidak hanya maju teknologinya, tetapi juga luhur moralitasnya dan kuat spiritualitasnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan segala larangan Allah menuju kebaikan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saatnya generasi muda Parepare menghidupkan spirit hijraturrasul dalam kehidupan nyata. Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tetapi berpindah dari kemalasan menuju produktivitas, dari ketidakpedulian menuju kepedulian sosial, dari stagnasi menuju inovasi, dan dari eksistensi semu di dunia maya menuju kontribusi nyata untuk kota kita tercinta.
Dengan semangat hijrah, kita wujudkan Parepare menjadi kota yang Terbaik, Sejahtera, dan Maju, bukan hanya dalam infrastruktur fisik, tetapi juga dalam kualitas sumber daya manusianya—generasi muda yang tangguh, berdaya saing, cerdas digital, dan kuat spiritual. Jadikan momentum Tahun Baru Islam 1447 H sebagai awal hijrah diri, hijrah sosial, dan hijrah untuk kemajuan Parepare yang kita banggakan bersama. Selamat Tahun Baru Islam, selamat berhijrah menuju pribadi yang lebih baik, masyarakat yang lebih kuat, dan Parepare yang lebih hebat!
Semoga semangat hijrah terus menginspirasi kita semua untuk melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik, baik dalam aspek digital, spiritual, maupun sosial. Jadikan Tahun Baru Islam ini sebagai titik awal untuk bertransformasi, meninggalkan kebiasaan buruk, dan menebarkan lebih banyak manfaat bagi sekitar.
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriyah, mari kita berhijrah bersama menuju pribadi yang lebih baik, generasi yang lebih cerdas, dan masyarakat yang lebih maju. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita dalam perjalanan hijrah menuju kehidupan yang penuh keberkahan, kesejahteraan, dan kemajuan. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H, Selamat berhijrah menuju perubahan yang bermakna menuju Parepare Terbaik Sejahtera dan Maju!
Semoga ada manfaat
Wassalam. (*)