Dapur Makan Bergizi Gratis Penghasil Harapan: Gizi dan Ekonomi Bersatu di Pinrang

  • Bagikan
Relawan SPPG Paletang 02 sedang menjamah makanan program makan bergizi gratis

PINRANG,PAREPOS.FAJAR.CO.ID— Asap mengepul dari dapur Satuan Pemunuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Kabupaten Pinrang. Di dalamnya, puluhan tangan sibuk mengolah bahan-bahan segar menjadi ratusan porsi makanan bergizi. Tapi ini bukan sekadar dapur. Di sini, setiap sayuran yang dipotong, setiap tempe yang digoreng, adalah denyut nadi perubahan kecil yang sedang bergulir. 

Dapur SPPG Paleteang 02 salah satu dari lima dapur SPPG yang telah beroperasi kini tak sekadar menjadi penyedia makanan gratis. Ia telah menjelma menjadi penggerak ekonomi mikro, menyentuh hidup petani, pedagang, dan ibu-ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya bisa bertahan di tepian penghidupan. 

Haris (45) tersenyum lebar sambil membungkus tempe buatannya dengan daun pisang. Dulu, produksinya hanya 100 bungkus per minggu, untuk melayani pelanggan. Tapi sejak Dapur SPPG Paleteang memesan tempe secara rutin, usahanya melesat. Kini, ia bisa memproduksi 1.000 bungkus, mengirimnya ke dapur-dapur SPPG, dan menghidupi keluarganya dengan lebih layak. 

“Dulu, kalau anak minta uang sekolah, saya sering gelisah,” ujarnya, mengusap keringat di dahi. “Sekarang, Alhamdulillah, bisa bayar utang dan beli buku mereka tanpa harus menunggu panen.” 

Haris hanyalah satu dari banyak pelaku usaha kecil yang merasakan dampak program Makanan Bergizi Gratis (MBG) ini. Di pasar tradisional Pinrang, penjual buah dan sayuran juga mengaku permintaan meningkat sejak SPPG mulai beroperasi. 

Rosmawati (40) dulu hanya bekerja sebagai penjaga kantin sekolah dengan upah tak seberapa. Kini, sebagai relawan di Dapur SPPG, ia tak hanya mendapat penghasilan tambahan, tetapi juga kebanggaan. 

“Setiap pagi, kami masak nasi, sayur, dan lauk untuk anak-anak sekolah. Rasanya senang sekali lihat mereka makan dengan lahap,” katanya sambil memilah kangkung segar. 

Sebagai bagian dari 47 relawan di setiap dapur SPPG, Rosma tak sendirian. Ada koki, tukang belanja, dan tim distribusi yang bekerja bergotong-royong. Upah mereka mungkin tak besar, tapi cukup untuk membuat perbedaan.  

Saat ini, Pinrang sudah memiliki lima dapur SPPG yang beroperasi penuh. Setiap harinya, mereka memasak ratusan porsi makanan bergizi untuk anak sekolah,Ibu Hamil dan Balita. Tapi lebih dari itu, program ini telah menciptakan ekosistem ekonomi yang saling menguatkan. 

Petani sayur kini punya pembeli tetap. Pedagang tempe seperti Haris bisa bernapas lega. Ibu-ibu rumah tangga seperti Rosma menemukan sumber penghasilan baru. Bahkan, tukang becak yang mengantar bahan makanan pun ikut merasakan imbasnya. 

“SPPG ini seperti rantai yang menghubungkan kami semua,” kata Haris. 

Di tengah terik matahari Pinrang, asap dapur SPPG terus mengepul. Di baliknya, ada cerita-cerita kecil tentang gizi yang terpenuhi, utang yang terlunasi, dan anak-anak yang bisa tersenyum karena perut mereka tak lagi keroncongan. 

Dan di situlah, di antara panci-panci berisi sayur dan wajan penuh tempe, harapan itu tumbuh—pelan tapi pasti.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version