PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PAREPARE – Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, pelestarian bahasa dan aksara daerah menghadapi tantangan serius.
Namun, dari Kota Parepare, muncul sebuah inovasi solutif yang kreatif dan kontekstual: MANTRA BUGIS PAKATAJANG, singkatan dari MelestarikAN sasTRA BUGIS melalui aPlikasi AKsarA lonTAra sesuai tuntunan JAman sekaraNG.
Inovasi dari Kepala UPTD SDN 71 Parepare Haeruddin, S.Pd.,Gr ini hadir dalam bentuk aplikasi pembelajaran berbasis game edukasi yang mengajak peserta didik untuk belajar aksara Lontara Bugis dengan cara yang menyenangkan dan relevan dengan zaman.
Latar belakang masalah, karena Kemajuan teknologi membawa dampak besar pada menurunnya minat masyarakat terhadap pembelajaran bahasa daerah. Bahasa Bugis yang dulu menjadi identitas utama di wilayah Sulawesi Selatan, kini mulai tersingkir. Terutama di kalangan pelajar, pembelajaran Bahasa Bugis yang hanya masuk sebagai muatan lokal kerap dianggap kurang menarik. Minimnya bahan ajar dan media pembelajaran membuat siswa kesulitan dalam mengenal dan membedakan huruf-huruf Lontara. Tidak sedikit guru juga mengalami tantangan dalam menyampaikan materi secara efektif.
Nilai Kebaruan dan Keunggulan. MANTRA BUGIS PAKATAJANG menjadi terobosan pertama di Kota Parepare yang menggabungkan pembelajaran Lontara dengan game edukasi interaktif. Tidak seperti aplikasi pembelajaran Lontara yang sudah ada, inovasi ini menawarkan pendekatan bermain sambil belajar yang lebih cocok untuk anak-anak. "Dapat diakses melalui smartphone, laptop, dan Chromebook. Aplikasi ini sangat fleksibel untuk digunakan baik di sekolah maupun di rumah," ujar Haeruddin.
Lebih dari itu, inovasi ini membawa dampak luas karena mendorong guru-guru untuk meningkatkan kompetensi teknologi dalam pembelajaran, serta membuka akses kepada masyarakat luas—baik suku Bugis maupun non-Bugis—untuk belajar aksara Lontara secara mandiri.
"MANTRA BUGIS PAKATAJANG bukan hanya sebuah aplikasi, tetapi wujud nyata dari semangat kolaborasi antara budaya dan teknologi. Inovasi ini memberi harapan baru bahwa aksara Lontara tidak akan punah, tapi justru tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman," tegas Haeruddin. (*)