‎Para Jurnalis Menangis, Warga Gaza Bertumbangan di Jalanan karena Kelaparan

  • Bagikan

‎‎‎PAREPOS.FAJAR.CO.ID, INTERNASIONAL-- Kelaparan massal di Gaza akibat blokade bantuan pangan oleh Israel benar-benar di luar batas perikemanusiaan. Warga Gaza dilaporkan berjatuhan di jalanan karena sudah tidak punya tenaga lagi dan tidak tahu ke mana harus mencari makanan untuk dirinya dan keluarganya. ‎‎

Fakta ini disampaikan langsung oleh para jurnalis dengan reportase lapangan yang memilukan hati. "Seorang perempuan di sini baru saja jatuh pingsan karena kelaparan. Inilah yang saya bicarakan beberapa saat lalu. Warga Gaza sekarang jatuh di jalanan—satu demi satu—karena kelaparan yang begitu parah. Mereka hanya butuh satu kali makan. Satu potong roti. Satu tegukan air," kata jurnalis Palestina, Anas Al-Sharif saat melaporkan situasi di depan Kompleks Medis al-Shifa.‎‎

Dengan helm dan rompi pers, Anas berdiri di tengah bencana kelaparan yang luar biasa menyedihkan. Anas, sebagaimana jurnalis pemberani lainnya, hanya bisa menangis melihat kenyataan pahit ini. ‎

Laporan dari Badan Pangan Internasional menunjukkan Lebih dari 75 warga Palestina telah wafat karena kelaparan dalam 4 bulan terakhir. 19 di antaranya meninggal hanya akhir pekan ini termasuk seorang penyandang disabilitas.‎‎

Bencana kelaparan kini mengancam nyawa 2,1 juta penduduk Gaza. Tidak kurang dari 71.000 anak-anak telah menderita malnutrisi parah sepanjang 2025 ini. Kelangkaan pangan juga membuat harga naik hingga 40 kali lipat. ‎‎

Baru saja, seorang ibu muda, Raheel Rasras (32) meninggal di Kompleks Medis Nasser, Khan Younis, setelah berjuang keras melawan malnutrisi parah. Berat badannya turun drastis dari 50 kg menjadi hanya 25 kg akibat kelaparan dan pengepungan brutal. Tubuhnya yang lemah tak lagi mampu bertahan.

‎‎Kematian Raheel bukan sekadar tragedi—ini adalah cerminan mengerikan dari bencana kemanusiaan yang kini mengancam lebih dari 2 juta jiwa di Gaza.‎‎

Israel dengan kejam tidak saja membantai penduduk Gaza dengan bom dan peluru, tetapi juga dengan sengaja menahan bantuan pangan. Jika pun bantuan diizinkan masuk, itu tidak lebih dari strategi tentaranya untuk menembak mati orang-orang kelaparan yang berebutan makanan.

‎‎Informasi tentang bencana kelaparan ini telah mendunia berkat aksi heroik para jurnalis. Sayangnya, mereka pun kini sedang terancam kelaparan. ‎‎

Pernyataan resmi AFP mengungkapkan bahwa jurnalis terakhir mereka yang masih bertahan di Gaza kini berada dalam bahaya besar. Selama hampir dua tahun, media internasional dilarang masuk, sehingga para jurnalis ini menjadi satu-satunya saksi langsung atas krisis yang terjadi. ‎‎

Mereka kini menghadapi kelaparan parah, kelelahan, dan ancaman kematian setiap saat. ‎‎AFP mendesak intervensi internasional segera untuk melindungi tim mereka dan memastikan dunia tetap mendapatkan laporan independen langsung dari Gaza. (pp) ‎‎‎‎‎‎

  • Bagikan