Tak Hanya Bantai Keturunan Nabi, Yazid juga Memborbardir Ka’bah

  • Bagikan

PAREPOS.FAJAR.CO.ID, KHAZANAH– Nama Khalifah Kedua, Yazid bin Muawiyah selalu terangkat di setiap Muharram. Kekejiannya yang tanpa batas membuat namanya begitu busuk di mata kaum muslimin selama lebih seribu tahun.

Putra Muawiyah bin Abi Sufyan ini tidak saja ingin menghabisi seluruh keturunan Nabi Muhammad Saw, namun sejarah juga mencatat, dia pernah memerintahkan untuk meruntuhkan Ka'bah, situs yang paling disucikan oleh Umat Islam.

Dalam Tarikh Arrusul wal Muluk, Athabari menggambarkan sosok Khalifah Kedua ini haus kekuasaan sekaligus haus darah. “Kesucian Baitullah tidak pernah dilanggar sebagaimana pada masa Bani Umayyah, ketika batu dan api dilemparkan ke Ka'bah, darah ditumpahkan di Tanah Haram, dan kekuasaan dijadikan lebih sakral daripada agama.”

Setelah kematian Khalifah Pertama Muawiyah bin Abi Sufyan, tahta diwariskan kepada putranya, Yazid. Seperti diketahui, Muawiyah mengambil alih kekhalifahan dari Imam Hasan bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw dengan perjanjian, setelah Muawiyah wafat, posisi Khalifah harus dikembalikan kepada umat Islam untuk memilihnya.

Namun Muawiyah yang sudah mabuk kekuasaan melanggar perjanjian itu dan menunjuk putranya, Yazid, sebagai Khalifah Kedua. Untuk memuluskan jalannya suksesi, Muawiyah mengingatkan Yazid agar menghabisi figur yang bisa mengancam posisinya, khususnya Imam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw dan putra Imam Ali - Fathimah Az Zahra.

Setelah Muawiyah mati, Yazid pun naik tahta menjadi Khalifah Umat Muslim. Sistem pewarisan kekhalifahan yang belum dikenal dalam sistem khilafah Islam ini pun ditolak oleh tokoh-tokoh sahabat dan tabi’in. Di antaranya Abdullah bin Zubair, cucu Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia menolak membaiat Yazid lalu mencari perlindungan di Mekkah.

Yazid pun murka. Tahun 63 H, pasukannya melakukan pembantaian atas penduduk Madinah dalam Peristiwa al-Harrah. Penduduk yang tak mau mengakui kekhalifahannya langsung dieksekusi. Setelahnya, pasukan yang dipimpin Ibnu Numayr bergerak menuju Mekkah. Pasukan ini memasang ketapel raksasa di Gunung Abu Qubais lalu mulai meluncurkan batu-batu api ke kawasan Masjidil Haram. Kiswah Ka'bah terbakar, dan sebagian struktur Ka'bah runtuh.

Pengepungan baru berakhir ketika Yazid mati mendadak. Pasukan mundur dan meninggalkan Ka'bah yang rusak dan Mekkah yang penuh darah.

Kekejaman dan kekejian Khalifah Kedua Dinasti Umayyah, Yazid bin Muawiyah pun mendapat kecaman tidak saja dari Syiah. Namun juga tokoh-tokoh terkemuka Sunni. Berikut kutipan para pemimpin bermazhab Sunni di masanya;

Imam an-Nawawi (w. 676 H)

Dalam syarah Sahih Muslim (juz 2, hlm. 70): “Kaum Muslimin sepakat bahwa Yazid bin Muawiyah tidak layak menjadi pemimpin. Perbuatannya terhadap al-Husain dan penduduk Madinah sangat tercela dan tidak dapat diterima.”

Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)

Dalam Tarikh Dimasyq dan dinukil oleh Ibn Taimiyah dalam Minhajus Sunnah: “Barangsiapa mencintai Yazid, maka dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

Ibnu Katsir (w. 774 H)

Dalam al-Bidāyah wa al-Nihāyah (jilid 9):“Yazid tidak menunjukkan pengingkaran terhadap tindakan keji bawahannya. Maka, bagaimana mungkin seorang pemimpin lepas dari tanggung jawab atas kebiadaban tentaranya di Tanah Haram?” (dsr)

  • Bagikan