PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PAREPARE–- Upaya pemberdayaan masyarakat terus digalakkan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar).
Salah satu program inovatif, adalah pemanfaatan limbah pertanian berupa tongkol jagung yang difermentasi untuk dijadikan pakan alternatif Sapi Bali di Kota Parepare.
Kegiatan ini merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM), yang didanai oleh DPPM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) tahun 2025.
Dipimpin oleh Dr. Rahmawati Semaun, S.Pt., M.P. (Dosen Fapetrik Umpar), tim pelaksana juga melibatkan dua dosen pendamping lainnya, yaitu Yasri Tarawiru, SE., M.Ak., Ak., CA., CTA., ACPA. (FEBIS Umpar) dan Dr. Eka Wisdawati, S.Si., M.P. (Politani Pangkep).
Sebanyak 20 mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan (FAPETRIK) serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBIS) Umpar turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Mitra Petani Lokal Antusias
Program PMM ini menggandeng dua kelompok tani sebagai mitra, yakni Kelompok Tani Mangimpuru dan Kelompok Tani Locci-Loccie, yang berlokasi di Kelurahan Wattang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kegiatan berlangsung dalam dua tahap, yaitu penyuluhan dan pelatihan teknis. Penyuluhan dilaksanakan pada Senin, 4 Agustus 2025, dengan fokus pada pemanfaatan limbah pertanian, khususnya tongkol jagung, yang difermentasi menggunakan mikroorganisme Aspergillus niger.
Melalui pendekatan ilmiah dan aplikatif, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dan peternak dalam mengolah tongkol jagung menjadi pakan ruminansia yang bernutrisi dan ekonomis.
Kombinasi tongkol jagung terfermentasi dengan ransum basal (hijauan) diharapkan mampu menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan produktivitas ternak sapi.
Solusi Murah dan Ramah Lingkungan
Menurut Dr. Rahmawati, penggunaan limbah pertanian sebagai bahan baku pakan merupakan solusi tepat dalam menghadapi tingginya harga pakan komersial.
“Tongkol jagung yang selama ini dibuang begitu saja, ternyata bisa dimanfaatkan setelah difermentasi. Ini tidak hanya murah, tapi juga bernutrisi bagi ternak,” ujarnya.
Kegiatan ini mendapatkan sambutan hangat dari para petani. Baik Kelompok Tani Mangimpuru maupun Locci-Loccie menunjukkan antusiasme tinggi selama proses penyuluhan hingga pelatihan.

“Dengan adanya pelatihan ini, kami jadi tahu cara memanfaatkan limbah pertanian yang sebelumnya tidak kami pikirkan. Kami berharap bisa terus mengembangkan ini untuk kelompok kami,” ujar salah satu perwakilan petani peserta pelatihan.
Mahasiswa untuk Pengabdian kepada Masyarakat
Program ini juga menjadi ajang nyata bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan di tengah masyarakat. Melalui interaksi langsung, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengalami dinamika sosial dan ekonomi masyarakat, khususnya petani dan peternak di Parepare.
Kegiatan PMM ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat dalam mengatasi tantangan di sektor pertanian dan peternakan secara berkelanjutan. (*)