PAREPOS.FAJAR.CO.ID, PINRANG--Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabupaten Pinrang menggelar kegiatan penguatan moderasi beragama untuk kalangan guru dan peserta didik di sekolahnya, Jalan Bulu Pakoro, Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang pada Sabtu, 9 Agustus 2025.
Kegiatan yang mengangkat tema "80 Tahun Indonesia : Hijau Alamku, Harmoni Bangsaku" tersebut mengejawantahkan nilai-nilai ekotologi dan moderasi beragama yang diusung oleh Kementerian Agama RI.
Ada beberapa agenda yang disuguhkan dalam kegiatan ini. Mulai dari workshop pengenalan konsep moderasi beragama, pelatihan pembuatan poster dan video kreatif, lomba konten, serta pameran karya.
"Semua dikemas dalam balutan konsep ekoteologi dan moderasi beragama," kata Wakil Kepala MAN Pinrang Bidang Kesiswaan, Subair, Minggu, 10 Agustus 2025.
Ia menjelaskan, moderasi beragama merupakan salah satu program prioritas Kementerian Agama Republik Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan bangsa di tengah keragaman agama, budaya, dan suku bangsa.
Moderasi beragama bukan berarti memoderasi ajaran agama, tetapi mengajak seluruh pemeluk agama untuk bersikap adil, seimbang, dan toleran dalam beragama serta mampu menghargai perbedaan sebagai bagian dari anugerah Tuhan. Nilai-nilai ini perlu ditanamkan sejak dini, terutama kepada generasi muda yang merupakan penerus estafet kepemimpinan bangsa.
"MAN Pinrang sebagai lembaga pendidikan Islam di bawah naungan Kementerian Agama memiliki tanggung jawab besar dalam membina dan membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam menyikapi keberagaman," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa lingkungan madrasah menjadi tempat yang strategis untuk menumbuhkan semangat toleransi, cinta damai, dan sikap saling menghargai antar umat beragama. Upaya ini perlu dilandasi dengan pendekatan edukatif dan kreatif agar pesan-pesan moderasi beragama lebih mudah dipahami dan dihidupkan dalam keseharian siswa.
Menurutnya, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi digital, siswa sangat rentan terpapar konten-konten negatif seperti ujaran kebencian, intoleransi, dan radikalisme berbasis agama.
"Banyak dari mereka yang aktif di media sosial, namun belum sepenuhnya memahami etika digital maupun dampak dari informasi yang mereka konsumsi dan sebarkan. Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai moderasi beragama harus diselaraskan dengan pengembangan literasi digital yang mendorong siswa menjadi agen penyebar konten positif di dunia maya," paparnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa konsep moderasi beragama dalam kegiatan ini digabungkan dengan ekotologi. Itulah sebabnya, pihaknya mengangkat tema "80 Tahun Indonesia : Hijau Alamku, Harmoni Bangsaku" sebagai acuan dalam pembuatan konten kreatif.
Konten bisa diproduksi dengan berbagai cara, seperti membuat edukasi tentang hubungan antara agama dan lingkungan, menyajikan kisah-kisah inspiratif tentang kepedulian lingkungan, atau mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
Konten ini bisa berupa video, infografis, artikel, atau postingan media sosial yang menarik dan mudah dipahami.
"Harapannya, kegiatan ini mampu melahirkan generasi-generasi muda yang paham konsep moderasi beragama dan ekoteologi," pungkasnya.
Untuk diketahui, ada beberapa narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini. Mulai dari Subair Umam selaku Fasilitator Moderasi Beragama, Hery Syahrullah selaku Pustakawan, dan Nurham Sadiq selaku Pegiat Konten Kreatif. (*)