Omzet Miliaran, Parepare Dapat Debu

  • Bagikan

PAREPARE,PAREPOS.FAJAR.CO.ID-- Bongkar muat lima ribu ton lebih batu bara di Pelabuhan Cappa Ujung Parepare, dilaksanakan mulai, Selasa siang, 24
Mei 2022. Batu bara itu dibawa ke PT
Biota Laut Ganggang (BLG) Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang melalak ada tambahan pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh Parepare dari aktivitas itu. Hanya debu yang diterima masyarakat di sekitar pelabuhan Cappa Ujung dan rute yang dilewati truk pengangkut.

Padahal omzet dari penjualan batu bara
itu sekira Rp 6,5 miliar lebih.Itu sesuai harga batu bara 90 dolar Amerika Serikat (Rp1.316.880) per ton, sesuai kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bagi industri di dalam negeri. Makanya, Pemerintah Kota Parepare bersikap. Sebab khawatir terkait dampak lingkungan yang dihasilkan atas aktivitas bongkar muat batu bara hingga pengangkutannya.

Pemkot melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi (DPLH) Sulawesi Selatan (Sulsel). “Karena melalui dua kabupaten/kota, maka kami melaporkannya pula ke Dinas LH Sulsel, dan kami sudah dapatkan responsnya,” ujar Sekda Parepare, Iwan Asaad, kemarin.

Pemkot Parepare dalam hal ini DLH Parepare meminta DPLH Sulsel melakukan pemantauan, karena dampak yang kemungkinannya bisa terjadi.
Berdasarkan surat yang disampaikan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulsel, lanjut Iwan Asaad, menindaklanjuti surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Parepare, dijadwalkan akan dilakukan rapat, Jumat, 27 Mei 2022 di Makassar.

Dampak lingkungan itu berpotensi terjadi. Menurut Kepala DLH Parepare, Budi Rusdi, pihaknya melakukan peneguran
karena penahan batu bara hanya
menggunakan tripleks dan terpal. “Saya menegur karena dipasangi tripleks dan terpal, itu banyak kotoran. Dan mobil yang memuat batubara itu tidak boleh melebihi daya angkut,” tegasnya.

Selain itu, DLH Parepare menyampaikan ke DPLH Provinsi Sulsel untuk memfasilitasi terkait pengecekan dokumen PT Ganggang (BLG) selaku penerima batu bara. “Kita sampaikan ke DPLH Sulsel. Tujuan saya yaitu saya mau melihat, mau membedah dokumennya PT Ganggang (BLG), tapi kita lintas wilayah. Makanya kita sampaikan ke provinsi. Pinrang juga dipanggil. Ini kan yang membutuhkan perusahaan di Pinrang. Apakah memang sudah lama merencanakan menggunakan batu bara. Kalau sudah lama, apakah sudah tertuang dalam dokumennya,” katanya.

Soal kapasitas angkut, beberapa armada truk ditambahkan papan samping kiri kanan guna menambah daya muatan, mendapat perhatian Dishub dan Satlantas Polres Parepare. “Kita mengawasi
untuk muatannya. Kalau penindakan itu ada sama Satlantas Polres Parepare,” kata Kadishub Parepare, Iskandar Nusu.

Informasinya ada beberapa yang sudah diberi teguran hingga penilangan karena mengangkut batu bara melebihi kapasi-
tas angkut. Itu dibenarkan Kasat Lantas
Polres Parepare, AKP Muhammad Yusuf. “Ada yang beberapa kita tilang. Kita bersinergi dengan dishub. Lima kita tilang. Yang lainnya ada yang kita tegur karena batu bara jatuh ke jalan. Begitu pun yang ada papan di sampingnya kita tegur karena berpotensi muatannya bisa jatuh apabila mendapat guncangan,” ungkap Muhammad Yusuf.

Sementara Kepala KSOP Parepare, Triono menilai, aktivitas bongkar muat batu bara sudah sesuai prosedur operasional standar (POS). Dia menegaskan, apabila aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cappa Ujung tidak sesuai POS, pihaknya bakal menindak tegas. “Kalau tidak sesuai, saya pasti hentikan kegiatannya. Kalau ada yang melenceng pasti dapat teguran dari KSOP,”
tegas Triono.

Bantuan Sembako

Sebagian warga Cappa Ujung sekitar pelabuhan mengaku menerima bantuan paket terkait bongkar muat batu bara. Dari pengakuan warga sekitar yang enggan menyebut identitasnya, ada seseorang yang memberi sembako kepada para penjual di pinggir jalan yang dilalui truk pengangkut batu bara.“Ada nakasihki sembako. Isinya mi instan, sabun, terigu, teh. Totalnya sekira Rp 19 ribu. Diberikan penjual di sini,” bebernya.

Ia menambahkan, pengangkutan batu
bara dimulai pagi hari hingga tengah malam. Warga lainnya juga mengaku
mendapat yang serupa. “Saya juga
ada saya dapat. Kakakku kasihka, dibawa ke rumah,” katanya. Berbeda satu warga lainnya. Ia mengaku, orang tuanya yang berjualan juga di pinggir jalan itu tidak
mendapat sembako sebagaimana
yang dimaksud. “Tapi saya mamaku tidak ada dia dapat. Mamaku menjual juga di sini,” ungkapnya.

GM PT Putra Sukses Baratama, Erwani Djafar membantah jika nilai sembako yang diberikannya senilai Rp 19 ribu. " Harga barangnya tak senilai itu, selain sembako juga ada uang tunai Rp 2 juta yang saya titipkan untuk dibagi ke warga sekitar pelabuhan,"tutupnya.(nan)

  • Bagikan