Kebisingan Ruang Politik Menjelang Pemilu 2024 Akibat Buzzer Politik

  • Bagikan
Nur Isra, Mahasiswi KPI IAIN Parepare. (IST)

OLEH: Nur Isra, Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Parepare

PAREPARE, PAREPOS.FAJAR.CO.ID -- Pemilihan umum merupakan momen penting dalam sistem demokrasi, di mana masyarakat berhak memilih pemimpin dan perwakilan mereka.

Namun, menjelang Pemilu 2024, kita dihadapkan dengan fenomena yang mengganggu, yaitu kebisingan ruang politik yang disebabkan oleh buzzer politik.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dampak negatif kebisingan ruang politik akibat buzzer politik, serta implikasinya terhadap demokrasi dan partisipasi masyarakat.

Buzzer politik merujuk pada individu atau kelompok yang dibayar atau dikoordinasikan untuk memengaruhi opini publik dan suasana politik melalui penggunaan media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan platform lainnya.

Kebisingan ruang politik mencakup penyebaran informasi yang tidak benar, serangan pribadi, ujaran kebencian, serta serangkaian kampanye yang bertujuan untuk memperkuat atau menghancurkan citra politik seorang kandidat atau partai politik.

Buzzer politik sering kali menggunakan taktik manipulatif dan menyesatkan untuk memengaruhi opini publik.

Mereka sering menyebarkan berita palsu, memanipulasi fakta, dan memperkuat narasi yang menguntungkan kandidat atau partai politik tertentu.

Hal ini merugikan proses demokrasi, karena masyarakat terpapar informasi yang tidak akurat dan memiliki sedikit pemahaman tentang isu-isu yang sebenarnya.

Buzzer politik cenderung memperdalam polarisasi di tengah masyarakat dengan memanfaatkan isu-isu sensitif dan menciptakan konflik.

Mereka berupaya menggiring opini publik agar memandang kandidat atau partai politik tertentu secara ekstrem.

Selain itu, buzzer politik juga sering melancarkan serangan personal yang bertujuan untuk menghancurkan reputasi lawan politik mereka melalui penyebaran fitnah dan serangan pribadi.

Akibat buzzer politik juga dapat menguatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap politik dan para politisi.

Ketika masyarakat terus-menerus terpapar oleh serangan, manipulasi, dan informasi palsu, mereka cenderung merasa bahwa politik adalah arena yang kotor dan tidak dapat dipercaya.

Akibatnya, kepercayaan publik terhadap institusi politik menurun, menghambat upaya untuk membangun tata pemerintahan yang baik dan transparan.

Dalam menghadapi kebisingan ruang politik akibat buzzer politik, penting bagi masyarakat untuk menjadi lebih sadar dan kritis terhadap informasi yang mereka terima.

Pendidikan politik yang baik, penguatan literasi media, dan pengembangan kemampuan untuk menganalisis dan memverifikasi informasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

Masyarakat juga harus memahami pentingnya mencari sumber informasi yang terpercaya dan beragam, serta menjaga sikap skeptis terhadap informasi yang terlalu provokatif atau tidak memiliki dasar yang kuat.

Kebisingan ruang politik akibat buzzer politik merupakan tantangan serius dalam mempertahankan integritas demokrasi dan partisipasi masyarakat.

Manipulasi opini publik, penyebaran informasi palsu, polarisasi, dan serangan pribadi yang dilakukan oleh buzzer politik dapat merusak proses pemilihan yang adil, menghancurkan reputasi, dan memperkuat ketidakpercayaan terhadap politik.

Oleh karena itu, kesadaran publik, kritisisme, dan literasi media dalah langkah-langkah penting dalam menghadapi tantangan ini.

Dengan upaya bersama, kita dapat membangun ruang politik yang lebih sehat dan menjaga integritas demokrasi kita. (*)

  • Bagikan