ENREKANG, PAREPOS. FAJAR. CO.ID -- Salah satu Akademisi yang merupakan putra daerah Massenrenpulu Enrekang, Dr.Siswanto Rawali yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Lambung Mangkurat menyatakan keprihatinannya terhadap seringnya terjadi musibah longsor dan banjir bandang di Enrekang
Siswanto dalam pernyataannya kepada wartawan bahwa saya berpendapat dan memberi usulan solusi terhadap masalah ini sebagai bentuk kepedulian dan kewajiban moral sebagai putra daerah.
Banjir bandang seperti ini bukan berdiri sendiri. Pasti ada hubungannya dengan aktivitas manusia. Jika dicermati, mmg luar biasa saudara2 kita di daerah Duri dlm mengolah lahan2 yg sebelumnya tdk ada harapan menjadi kebun2 bawang yg subur. Puncak dan lereng2 gunung yg tandus disulap jd hamparan hijau daun bawang.
Pemanfaatan pompanisasi air dari sungai menjadi kunci kesuburan tanah.
Namun ada hal yang tidak lagi diperdulikan dan di sini letak masalah utamanya. Rumput semak dan pohon-pohon yang selama ini menjadi penahan dan penyelamat erosi tanah ketika terjadi hujan sudah berganti tanaman bawang. Tidak ada lagi ruang yang disediakan karena sejengkal tanah itu semuanya bernilai cuan. Hasilnya sudah kita lihat seperti sekarang ini hujan sedikit saja sudah membuat kalang_kabut. Bagaimana kira-kira kalau hujan deras dan lama?
Semoga kita segera menyadari kekeliruan selama ini.
Izin berbagi pendapat dan solusi untuk keselamatan kampung halaman tercinta Bumi Massenrempulu, sbb:
1. Gerakan Pertanian yang Selamat. Petani harus ikuti aturan. Lahan yg menurut aturan RTRW tidak boleh ditanami bawang, jagung dan hortikultura yg berakar serabut, mk hrs ditaati. Aktifkan penyuluh pertanian mengawal cara bertani rakyat supaya sesuai dgn kondisi dan daya dukung lahan.
2. Kebun2 di daerah kemiringan harus ditata sistem terasering horisontal. Tujuannya untuk membantu menahan dan memperlambat laju debit air hujan.
3. Pemerintah Daerah menertibkan kembali perda aturan penebangan pohon walau di kebun sendiri yg dibuat era Bupati H. La Tinro La Tunrung ( R.Lamada)