Merdeka Belajar dan Budaya Positif pada Satuan Pendidikan

  • Bagikan

Oleh : Sabir, S.Pd.
(Kepala UPT SD Negeri 16 Pinrang)

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dirancang agar dapat memenuhi karakteristik murid sebagai pembelajar sepanjang hayat dan secara holistik dapat menerima pembelajaran dari gurunya. Pembelajaran Berdiferensiasi mendukung sepenuhnya penerapan Kurikulum Merdeka pada program merdeka belajar.

Pada konteks kebudayaan yang merdeka juga murid memiliki peluang untuk menciptakan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan budaya lokal yang ada. Sehingga mudah diterima dan dijalankan serta dipatuhi oleh masing-masing murid dalam mengikuit proses pembelajaran di kelas maupun di sekolah.

Murid yang merdeka akan mampu mencerna pembelajaran dari guru dengan perasaan yang tenang, damai, dan tenteram. Selain itu melalui penerapan pembelajaran yang memerdekakan murid, setiap mata pelajaran yang diterima dari gurunya akan jauh lebih mudah dicerna dibanding harus mengikuti kehendak guru semata.

Merdeka belajar merupakan pembelajaran yang selalu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Anak didik merupakan pembelajar sepanjang hayat. Dalam mewujudkan pembelajaran sepanjang hayat tersebut dibutuhkan suatu kompetensi guru dalam memerdekakan murid. Banyak persepsi yang menganggap bahwa pembelajaran yang bermanfaat adalah ketika anak didik menjadi penurut kepada gurunya.

Namun hal ini memberikan dampak kepada murid yang hanya menjalani proses pembelajaran dengan unsur keterpaksaan. Sehingga pada saat menjadi bagian dari masyarakat pembiasaan dari dirinya akan sulit memunculkan motivasi intrinsik untuk berbuat. Hal ini akan menghambat pemenuhan profil pelajar Pancasila pada point mandiri dan kreatif.

Kemerdekaan belajar dan kemerdekaan berbudaya bagi seorang murid sangat dibutuhkan agar kelak murid dapat merasakan kesenangan dalam belajar. Murid yang senang belajar akan melahirkan rasa aman dan tenteram sehingga pembelajaran yang diterima dari gurunya akan memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Hakikat murid merdeka dan merdeka dalam berbudaya adalah bagaimana guru tersebut menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Bukan mengikuti kehendak guru semata. Harapan guru memanglah sangat tinggi. Namun untuk memenuhi harapan tersebut, perlu ditunjang dengan keterampilan berkomunikasi agar tujuan pembahasan dapat tercapai secara maksimal.

Transfer ilmu dari guru kepada muridnya akan jauh lebih berpengaruh ketika murid di dalamnya merasakan ketenangan dan kemerdekaan belajar. Sedangkan guru yang merdeka dalam memberikan
pembelajaran akan jauh lebih bersemangat untuk mengemban tugas yang mulia. Misalnya pada daerah perkampungan, guru dapat menyesuaikan konten yang ada di lingkungan perkampungan sebagai media belajar anak didik.

Contohnya pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan, seorang anak misalnya sangat senang dengan media dedaunan, maka guru dapat mengarahkan kepada anak didik untuk menghitung jumlah daun yang ada disekitarnya dan mengoperasikan ke dalam konsep penjumlahan dan pengurangan.

Melalui pembelajaran diferensiasi ini, murid akan lebih mudah memahami dibanding menggunakan
media cetak atau buku semata. Pada penerapan pembelajaran diferensiasi proses, guru akan dimudahkan dengan memberikan keleluasan kepada murid untuk memilih desain pembelajaran yang bagaimana dibutuhkan agar tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai?

Langkah awal adalah dengan memberikan asesmen diagnostik terkait minat belajar murid. Selanjutnya
sebagai fasilitator pembelajaran, guru memenuhi apa yang diharapkan oleh murid-muridnya tersebut. Penerapan pembelajaran yang seperti ini akan mampu memberikan motivasi belajar yang sangat tinggi kepada anak didik. Begitu Pula dengan penerapan diferensiasi produk.

Diantara banyak nya jumlah murid di dalam kelas, sudah pasti memiliki banyak karakter yang
berbeda-beda. Misalnya ada murid sangat senang menggambar, ada juga yang senang
berpantun, membaca puisi, menulis, dan sebagainya. Melalui penerapan diferensiasi produk
ini, semua murid akan terjawab kebutuhan belajarnya.

Merdeka Berbudaya dalam Pembelajaran merupakan istilah yang sangat diharapkan oleh masing-masing murid. Salah satu bentuk penerapan merdeka berbudaya di dalam kelas adalah murid diberikan kebebasan untuk memperkenalkan dan menjaga kelestarian budaya yang dimiliki. Pada penerapan konsep merdeka berbudaya, guru diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada seluruh murid untuk dapat melestarikan budaya di sekitar tempat tinggalnya.

Selama tidak melanggar peraturan dan tata tertib sekolah serta peraturan yang berlaku di daerahnya. Namun warisan dari nenek moyang secara turun temurun sudah sangat relevan dengan peraturan yang berlaku di seluruh tanah air. Berbagai budaya positif yang dapat ditanamkan kepada anak didik. Sebagai langkah awal, guru hanya membutuhkan informasi terkait penerapan budaya lokal di sekitar tempat bertugas.

Selanjutnya memberikan kebebasan kepada seluruh murid untuk menentukan budaya mana yang cocok untuk membangun karakter yang dimiliki. Kebudayaan merupakan salah satu pendukung terciptanya
pembelajaran yang aman dan tenteram. Seperti halnya dengan praktik pembelajaran yang menerapkan kesepakatan belajar atau keyakinan kelas. Kesepakatan belajar mengangkat unsur budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Salah satu contoh penerapan budaya yang diterapkan oleh salah satu satuan pendidikan di Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan adalah adanya istilah "Tabe" yang artinya "permisi" di saat ingin berjalan di hadapan orang yang lebih tua atau kerumunan orang.

Kebudayaan ini dapat menjadi bagian dari kesepakatan kelas. Di mana setiap murid, jika ingin melintas di hadapan orang yang lebih tua atau kerumunan, maka perlu untuk melakukan praktik budaya lokal yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Penerapan merdeka berbudaya ini akan dapat melahirkan anak didik yang sesuai profil pelajar Pancasila. Selain itu, melalui praktik pembelajaran dengan kesepakatan atau keyakinan kelas tersebut, murid akan terbiasa di masyarakat untuk saling hormat menghormati.

Pembinaan karakter melalui merdeka berbudaya, akan banyak memberikan pengaruh kepada kehidupan murid kelak. Anak didik akan menjadi insan yang taat dan patuh sehingga melahirkan masyarakat yang aman, tertib, dan tenteram. Kebudayaan setiap daerah berbeda-beda. Sehingga terkadang perlu adanya
penyesuaian dan penyaluran hak dalam merdeka berbudaya kepada seluruh anak didik dalam
satu kelompok belajar.

Untuk itu, dibutuhkan peran dari seorang guru untuk membimbing muridnya agar setiap memberikan usulan kesepakatan tersebut dapat terpenuhi secara keseluruhan dari murid yang ada di dalam kelas.
Merdeka belajar dan merdeka dalam berbudaya membutuhkan dukungan sepenuhnya dari insan pendidik yang tersebar di seluruh tanah air. Konsep ini akan memberikan dampak yang sangat baik di masa yang akan datang.

Anak didik yang merupakan murid pembelajar sepanjang hayat, berkembang secara holistik untuk mencapai kesejahteraan hidup yang setinggi-tingginya di masyarakat. Pembelajaran yang memerdekakan murid akan berimbas pada pengetahuan murid secara menyeluruh atas suatu proses pembelajaran. Murid diberikan hak belajar sesuai dengan keinginannya selama tidak terlepas dari kurikulum yang berlaku.

Melalui penerapan pembelajaran yang merdeka, murid akan lebih mudah untuk mencerna dan memahami seluruh pembelajaran yang diberikan oleh gurunya. Peran guru terhadap keselarasan budaya lokal dan pembelajaran yang memerdekakan murid akan dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Sebagai pemilik masa depan, murid yang berbudaya akan menjadi panutan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. (*)

  • Bagikan