Kalah dan Menang, Biasa

  • Bagikan

Oleh : Hj Erna Rasyid Taufan
(Ketua DPD Partai Golkar Parepare)

Laga PSM versus Bali United pekan lalu membawa sejumlah kejutan. Untuk kali pertama pada perhelatan Liga I, PSM kalah di Stadion Gelora Habibie. Kalah tipis, 2 - 1. Kejutan kedua, terjadi keributan antarsuporter PSM. Tapi bukan karena klub kesayangannya kalah. Tapi lebih ke masalah personal dan berlanjut pertikaian antarkubu. Keributan ini juga baru pertama kali terjadi.

Pada tulisan kali ini, saya ingin mengangkat isu kalah-menang menurut perspektif Islam yang saya pahami. Alquran mengajarkan kita bahwa kalah menang itu hal yang lumrah. Bahkan sejarah menunjukkan perang yang dipimpin Rasulullah Saw pun pernah beberapa kali mengalami kekalahan. Bukan hanya pada Perang Uhud yang diwarnai tragedi menyedihkan itu. Tapi juga beberapa perang lainnya.

Mari kita lihat Surah Ali Imran ayat 140. Ayat ini diawali tentang kekalahan pada Perang Uhud dan kemenangan di Perang Badar. Pesan morilnya menitik-beratkan tentang menang-kalah.

Tafsirannya seperti ini; "(Jika kamu ditimpa) seperti pada perang Uhud (oleh luka-luka) qarh atau qurh, artinya ialah penderitaan disebabkan luka dan sebagainya (maka sesungguhnya kaum kafir itu pun telah ditimpa pula oleh luka yang serupa) di waktu perang Badar."

"(Dan hari-hari itu Kami pergilirkan) silih berganti (di antara manusia) misalnya sekarang masa kejayaan bagi satu golongan dan esok bagi golongan lainnya agar mereka sama-sama menarik pelajaran (dan supaya Allah mengetahui) secara lahiriah (orang-orang yang beriman) secara ikhlas dari yang tidak (dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada) artinya dimuliakan-Nya dengan mati syahid. (Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang aniaya) yakni orang-orang kafir yang akan menerima hukuman daripada-Nya. Seumpama mereka diberi-Nya nikmat, itu hanyalah untuk mendekatkan mereka kepada siksa."

Jika pada peperangan saja Allah mengingatkan tentang adanya pergiliran kalah-menang, apalagi kalau hanya kompetisi seperti liga sepakbola. Bagi sebagian orang, pertandingan oleh klub kesayangannya mungkin saja dianggap sebagai perang. Tapi harus disadari, setiap kompetisi musti ada yang kalah, dan di pihak lain ada yang menang.

Yang selalu jadi persoalan adalah ketidak-terimaan atas kekalahan. Kecewa itu wajar. Tapi jangan sampai membuat kita jatuh dalam fanatisme buta. Yang ketika kalah memicu ketidakwarasan. Dan akhirnya merugikan diri sendiri dan orang lain.

Fanatisme buta tidak hanya buruk untuk pihak yang kalah. Pun untuk pihak yang menang. Seringkali kemenangan dirayakan secara berlebihan. Semisal mengejek pihak lawan yang kalah.

Pesan terpenting dari ayat 140, Surah Ali Imran ini adalah bagaimana menerima takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Menerima kekalahan atau kemenangan dengan ikhlas atau hati yang lapang. Akan lebih baik jika kita bisa mengingatkan diri sendiri bahwa kalah dan menang itu, sama-sama ujian dari Allah Swt.

Anak-anak muda kita harus selalu diingatkan tentang hal ini. Terutama ajaran agama. Bahwa Alquran selalu membimbing dan mengingatkan tentang hubungan antarsesama manusia. Termasuk soal kompetisi. Jangan kira tidak ada ayat yang mengajarkan tentang kompetisi. Itu sudah kita bahas di atas ayatnya.

Selain hal di atas, saya juga sempat terkejut mendengar saat mereka yel-yel. Sepintas saya mendengar yel-yel itu mirip takbir. Saya terperanjat sejenak. Benarkah para supporter sedang bertakbir? Setelah disimak baik-baik, ternyata lagu yel-yel yang dibawakan ada bagian tertentu yang seperti mengumandangkan suara takbir.

Masya Allah. Betapa indahnya andai yang menggema itu benar-benar suara takbir. Stadion Gelora BJ Habibie bisa-bisa ditimpa berkah. Dan menambah kesan kesakralan-spritualnya. (*)

  • Bagikan