Hasrullah: Etape Terakhir Bentuk Branding Personal Capres

  • Bagikan
Pakar Komunikasi Politik Unhas, Doktor Hasrullah

Malam Nanti Debat Terakhir

MAKASSAR, PAREPOS.FAJAR.CO.ID - Malam nanti adalah debat terakhir calon presiden (capres) oleh KPU. Kegiatan yang digelar Jakarta Convention Center pukul 20:00 Wita  itu menjadi kesempatan terakhir bagi para calon memunculkan branding personal-nya lewat panggung yang disiapkan penyelenggara pemilu itu.

“Etape terakhir membentuk branding personal, siapa sesungguhnya tokoh paling layak. Momen ini dapat menggiring suara pemilih. Bisa menurunkan dan menaikkan popularitas,” ujar pakar komunikasi politik Unhas, Doktor Hasrullah yang dihubungi di Makassar siang ini.

Sebagai informasi, tema debat capres malam nanti adalah teknologi informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. 

Hasrullah meyakini, reaksi publik terhadap hasil debat pilpres sebelumnya menjadi bahan evaluasi bagi pasangan capres untuk menghadapi debat kelima atau terakhir ini.

“Tim pemenangan masing-masing calon tentulah membenahi hal-hal yang dinilai kelemahan dalam debat sebelumnya. Pembenahannya tentu diusahakan seoptimal mungkin, apalagi ini debat terakhir. Peluang terakhir lewat forum resmi yang disiapkan KPU untuk menunjukkan kemampuan calon kepada publik,” tuturnya.

Komunikolog yang beberapa kali menjadi pemandu dan panelis debat pilkada di sejumah kabupaten/kota di Sulsel ini pun kembali mengingatkan, debat itu adalah panggung mempertontonkan kematangan atau kecerdasan intelektual dan emosional. Karenanya, kata Hasrullah, penguasaan materi dengan dukungan data akurat sangatlah penting.

“Ini menyangkut citra. Karena itu, bersiaplah dengan bahan debat sebelum menuju panggung debat. Ini panggung terakhir yang disiapkan KPU,” tandasnya. 

Menurut Hasrullah, ada postulat dalam komunikasi debat, setiap pembicara yang beradu argumen di depan publik harus menguasai masalah yang diperbincangkan. Mereka harus menguasai  materi debat di dalam forum.

“Jika setiap pesan atau political message tidak dapat dikendalikan  atau dijawab, maka akan menjatuhkan wibawa dan leadership di depan publik. Jika pesan debat tidak dijawab, maka pesan itu berubah menjadi ‘peluru panas’ yang menembak kepala aktor politik, sehingga akan kehilangan wibawa dan jati dirinya sebagai pemimpin,” tuturnya.

Karena itu, tambah dosen yang kerap menjadi narasumber seminar nasional dan lokal ini, siapa yang bisa mempersuasi khalayak sehingga tetap pada pilihan atau malah berpindah, akan dilihat dari hasil debat malam nanti.

“Kita berharap masing-masing calon dapat menunjukkan kecerdasan intelektual dan emosional dalam debat. Keduanya merupakan variabel yang dapat mengontrol setiap kata, variabel yang menjadi kunci memahami setiap makna yang dipermasalahkan,” ujar pria kelahiran 7 Maret 1962 ini.

Ia mengingatkan, semua diksi yang keluar ke ruang publik, jika bobot narasinya rendah dan irasional akan menghasilkan nilai negatif di publik. Publik, kata dia, akan melihat bahwa kandidat itu kurang cerdas menjawab pertanyaan. Atau menjawab yang tidak ada relevansinya dengan pertanyaan.

“Itu artinya yang bersangkutan memperlihatkan ketidakmampuan, baik secara logika maupun pikiran jernih,” tandas penulis di sejumlah media massa, baik lokal maupun nasional ini.

Karena ini debat terakhir, Hasrullah meyakini para calon tersebut telah di-coaching maksimal di internal mereka. “Bagaimana hasil coaching-nya, kita lihat malam nanti,” tandasnya. (*)

  • Bagikan