Festival Sayyang Pattuduq, Tampilkan 175 Kuda Menari

  • Bagikan

Sejumlah penari yang tampil menari diatas punggung kuda. Diketahui yang tampil tersebut ikut menari.

POLMAN, PAREPOS.FAJAR.CO.ID — Bupati Polman H Andi Ibrahim Masdar resmi membuka festival Sayyang Pattuduq, yang di pusatkan di Stadion S Mengga, kelurahan Madatte kecamatan Polewali, Senin, 23 Mei 2022.

Dalam sambutannya Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar mengatakan, festival sayyang pattuduq akan memberikan banyak manfaat Bukan hanya bagi Polewali Mandar, tapi memberikan manfaat kepada seluruh elemen bangsa ini.

“Atas nama pemerintah Kabupaten Polewali Mandar kami menyambut baik dilaksanakannya festival budaya Sayyang Pattu'duq. Serta memberikan apresiasi yang setinggi-tinggi kepada jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, yang telah bekerja keras sehingga rangkaian even ini dapat terlaksana,” ujarnya.

Lanjut AIM sapaan akrab Bupati Polman ini, mengatakan, terselenggaranya kegiatan ini menjadi bukti serta kuatnya komitmen Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar dalam memajukan kebudayaan, sesuai amanat undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang kemajuan kebudayaan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Sayyang Pattu'duq sebagai warisan budaya tak-benda nasional. Ini berarti tradisi Sayyang Pattu'duq bukan hanya menjadi milik masyarakat mandar tapi juga milik masyarakat Indonesia.

"Oleh karena itu, melalui festival kebudayaan Sayyang Pattuqduq ini kami berharap UNESCO dapat menetapkan sayyang pattu'duq menjadi warisan ke tiga belas Indonesia untuk dunia," bebernya.

Lebih jauh, AIM menjelaskan, Sayyang Pattu'duq yang menjadi bagian dari masyarakat Mandar pada hakikatnya merupakan apresiasi seorang anak yang telah mengkhatamkan bacaan al-qurannya.

Apresiasi itu dalam bentuk menunggang kuda yang telah terlatih, diiringi bunyi rebana dan untaian kalinda'da atau puisi Mandar, dari pakkalinda'da yang berisi pujian kepada gadis penunggang (pessawe).

Bupati menambahkan, Tradisi ini dilakukan berdasarkan kepercayaan Masyarakat Mandar dan bersifat tradisional atau secara turun temurun. Jika ditelusuri lebih jauh, Sayyang Pattu'duq yang menjadi bagian dari Masyarakat Polewali Mandar bukan terletak hanya pada keunikan kudanya tapi pada seluruh rangkaian atau prosesnya, tradisi sayyang pattu'duq juga sebagai sarana gotong royong karena melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.

“Saat ini, rangkaian tradisi sayyang pattu'duq bukan hanya dilaksanakan untuk prosesi penamatan alquran saja, tapi juga digelar pada momen peringatan Maulid Rasulullah Muhammad SAW,” tambahnya.

Dalam kegiatan itu sebanyak 175 kuda dan Penunggang dua orang satu kuda yang diiringi sebanyak 8 pemain Rebana, 1 kuda ikut pada festival itu, festival tersebut dihadiri oleh Dr,Itje Khodijah ketua Harian komite nasional Indonesia untuk ( KNIU) UNESCO, Dr Muhlis Paeni ketua dewan pakar memori of the world, Dr Pudentia MPPS, ketua asosiasi tradisi lisan Indonesia, Dr Jabatin Bangun, sekertaris tradisi lisan Indonesia, Andi Samsul Rijal, Kepala Balai pelestarian nilai Budaya Makassar, serta para kepala OPD Polman dan Forkompinda serta tamu undangan lainnya. (Win)

  • Bagikan